Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Priscilla Olga Salim
Ilustrasi Penerapan Zero Waste Lifestyle (Freepik.com/Freepik)

Dewasa ini permasalahan sampah tidak ada habisnya, dan belum ada gebrakan besar dari pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini. Peraturan-peraturan yang dibuat juga masih tidak konsisten, berbagai himbauan telah dilakukan namun belum menunjukan hasil.

Dilansir dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, setiap orang dapat menghasilkan sampah sebanyak 0,8 kg per harinya. Bayangkan berapa juta penduduk yang tinggal di Indonesia, mungkin tumpukan sampah yang dihasilkan bisa melebihi tinggi Candi Borobudur. 

Lantas apakah kita sebagai masyarakat harus berdiam diri saja dan pasif menunggu gerakan dari pemerintah? tentu saja tidak. Kita dapat melakukan kontribusi dari diri kita sendiri dengan menerapkan gerakan Zero Waste Lifestyle.

Oke, mari kita bahas mengenai gerakan Zero Waste Lifestyle. 

Apa sih Zero Waste Lifestyle itu? dilansir dari website zerowaste.id, Zero Waste Lifestyle adalah sebuah filosofi yang dijadikan gaya hidup dengan tujuan agar kita lebih bijaksana dalam mengkonsumsi dan memaksimalkan siklus penggunaan suatu produk sehingga tidak terbuang begitu saja dan menjadi sampah.

Pengaplikasian dapat kita mulai adalah dengan mengenal prinsip 5 R: Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, Rot. Mari kita bahas satu per satu, Refuse atau menolak, adalah langkah pertama untuk menerapkan gaya hidup ini. Berani mengatakan tidak pada barang sekali pakai seperti alat makan plastik, plastik kresek, dan gelas plastik yang tergolong tidak penting dan dapat diganti dengan pilihan lain tanpa menghasilkan sampah.

Yang kedua adalah Reduce atau mengurangi, banyak kebutuhan penting yang diperlukan dan tidak dapat kamu hindari, contohnya mencetak tugas dengan printer, kamu dapat melakukan praktik reduce dengan mengurangi penggunaan kertas dengan mencetak tugas tersebut bolak-balik.

Selanjutnya ada Reuse atau menggunakan kembali, biasanya dipraktikan pada barang yang tidak bisa ditolak atau dikurangi, cobalah untuk menggunakan kembali barang tersebut, seperti misalnya galon air yang telah pecah dapat digunakan sebagai pot bunga.

Recycle atau daur ulang, akhir-akhir ini marak diperbincangkan seiring dengan praktik ekonomi sirkular, kumpulkan sampah seperti sampah botol plastik, kemasan kosmetik, dan sebagainya untuk di daur ulang. Bisa tempatkan di kantung terpisah untuk diberikan kepada pemulung, atau kirimkan ke tempat yang menyediakan jasa daur ulang seperti waste4change.

Terakhir ada Rot atau membusukan yang biasanya dilakukan pada sampah organik, kumpulkan sampah organikmu di satu tempat lalu lakukan pengomposan. Kompos yang dihasilkan dapat digunakan untuk taman rumahmu. 

Mungkin ga sih kita mengaplikasikannya? ya mungkin banget. Penerapan gaya hidup ini tak hanya berdampak positif bagi lingkungan loh, kita sebagai pelaku juga merasakan manfaatnya. Manfaat yang kita peroleh, dapat meningkatkan kesehatan karena belanjaan pasti less toxic dibandingkan sebelumnya, lebih hemat karena kita menahan diri untuk tidak membeli barang-barang yang tidak diperlukan, dan tidak ribet mengurusi sampah yang harus dibuang sehingga waktu untuk hal lain tersedia lebih banyak. 

Memang tidak mudah sih untuk memulai gerakan ini, namun perlahan-lahan kamu pasti bisa menyesuaikan diri kok. Coba saja dulu!

Priscilla Olga Salim