Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | SYIFA FAUZIA
Ilustrasi curhat (Pexels.com/Liza Summer)

Seringkali terjadi, salah satu hal yang membuat kita menolak permintaan orang lain ialah adanya ketakutan di masa depan ketika kita menjadi orang yang membutuhkan bantuan juga, dan ditolak. Kecemasan itu membuat kita otomatis mempertanyakan diri "Bagaimana jika yang membutuhkan bantuan adalah aku?" Kenyataannya, roda kehidupan itu selalu berputar. 

Kita tidak selamanya ada, begitupun dengan orang lain, mereka yang sedang meminta pertolongan pun tidak selamanya ada. Harus diakui, perasaan 'tidak enakan' yang kita rasakan adalah sebuah anugrah yang Tuhan beri agar kita mau peduli pada orang lain. Namun, kita bisa mengendalikan perasaan itu.  

Inilah beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasi perasaan 'tidak enak' dalam diri kita: 

1. Bangun kesadaran diri

Sadari, kita manusia yang punya keterbatasan dalam membantu. Juga bukan tugas kita untuk menolong semua orang. Ambil jarak beberapa saat sebelum memutuskan untuk membantu atau tidak. Tanyakan pada diri kita, misalnya: apakah kita mampu membantunya? Apakah hanya kita yang dapat membantunya? Apakah ia termasuk bagian dari prioritas kita? Apa yang terjadi padanya jika kita tidak membantunya? 

2. Jujur pada diri sendiri

Bagaimana mungkin bisa membantu orang lain ketika kita pun masih terbatas? Apakah boleh kita memaksakan diri, meski tidak ada keikhlasan didalamnya? Maka, sebisa mungkin jujurlah pada diri sendiri. Karena sebenarnya hati kecil kita paham, apakah kita sebenarnya mampu atau tidak membantu orang lain.

3. Belajar menyampaikan ketidakmampuan kita dalam membantu

"Maaf ya, untuk saat ini aku  belum bisa bantu karena, .." atau "Aku sebenarnya bisa bantu, tapi untuk sekarang ada hal mendesak yang juga harus aku lakukan". Begitulah kira-kira contoh kalimat yang dapat kita sampaikan pada orang lain jika belum bisa membantunya. Suka atau tidak, kita memang harus belajar dan melatih diri menyampaikan ketidakmampuan kita membantu orang lain. Anggap saja sama seperti kita melatih diri berbicara di depan umum, sama-sama butuh latihan yang berulang-ulang.

4. Belajar untuk tidak menyesali

Setelah mengambil dan menyampaikan ketidakmampuan kita, belajarlah untuk tidak menyesali apa yang sudah kita putuskan. Overthinking pasca menolak itu pasti selalu menghantui kita. Biasakan untuk merasakan hal-hal yang tidak enak itu, lama-lama nanti juga kita akan terbiasa. Tak perlu merasa bersalah.

Dengan mengatakan tidak, bukan berarti kita adalah teman yang jahat, karena setiap orang memiliki prioritas hidupnya masing-masing. Semoga bermanfaat. 

SYIFA FAUZIA