Dalam sebuah kompetisi, menang dan kalah merupakan hal yang pasti. Saat seseorang berkompetisi, ada kalanya ia harus menerima bahwa saingannya lebih unggul darinya. Terkadang, tidak mudah bagi seseorang menerima kekalahan. Bukan hanya karena ia menyesal dan merasa belum maksimal dalam berusaha, tapi ada beberapa penyebab lainnya, di antaranya adalah:
1. Menganggap kekalahan sebagai aib
Ketika seseorang sudah merasa bahwa kemenangan adalah segalanya, akan cenderung lebih kesulitan dalam menerima kekalahan. Terlebih, jika ia memang terbiasa menang atau unggul, sehingga ia merasa rendah saat mengalami kekalahan.
Padahal, kekalahan bukanlah sebuah aib, melainkan dapat menjadi ajang pembelajaran bagi setiap orang untuk bisa berupaya dan berkompetisi dengan lebih baik. Orang yang pernah mengecap kekalahan juga akan memahami bahwa saat ia merasa sudah mahir, tetap ada orang yang lebih unggul darinya, sehingga ia tidak akan berlaku sombong atau angkuh.
2. Takut dicemooh
Ada orang yang sulit mengakui kekalahan, karena ia takut dicemooh oleh orang lain. Ia merasa tidak bisa menampakkan wajahnya di hadapan orang banyak jika ia tidak memenangkan kompetisi.
Padahal, orang-orang yang tulus mendukung tentu tidak akan mengejek kita saat harus mengalami kekalahan, tapi memberikan motivasi agar kita bisa menjadi lebih baik. Jika dengan mendengarkan cemoohan kita tidak bisa menjadi lebih baik, maka lebih baik kita mengabaikannya.
3. Meremehkan lawan
Orang yang meremehkan rival atau lawannya bisa saja mengalami fase di mana ia sulit menerima kekalahannya. Ia menganggap enteng kemampuan saingannya, sehingga merasa saingannya tersebut tidak mungkin mendapatkan kesempatan untuk menang darinya.
Ia merasa berada di atas angin dan jemawa akan kemampuan dan hasil yang didapatnya selama ini yang barangkali selalu mengungguli orang lain. Akibatnya, ia dapat mengalami syok ketika lawannya berhasil mengalahkannya. Hal inilah yang akhirnya membuat dirinya sulit menerima kekalahan.
Demikian tiga penyebab seseorang sulit menerima kekalahan. Hendaknya kita menyadari bahwa kita tidak bisa setiap saat memenangkan kompetisi atau selalu unggul dari orang lain. Ada saatnya kita mengalami kekalahan dan harus mengevaluasi diri.
Video yang mungkin Anda lewatkan.
Baca Juga
-
Wajib Tahu! Ini 3 Alasan Pentingnya Riset bagi Penulis
-
Selamat! Go Ayano dan Yui Sakuma Umumkan Pernikahan Mereka
-
Selamat! Keita Machida Resmi Menikah dengan Aktris Korea-Jepang Hyunri
-
4 Manfaat Membuat Kerangka Karangan dalam Kegiatan Menulis
-
NiziU Nyanyikan Lagu Tema Film Animasi 'Doraemon: Nobita's Sky Utopia'
Artikel Terkait
-
Dorong Mobilitas Berkelanjutan, LRT RUN 2025 Siap Guncang Jakarta!
-
Nonton Langsung Timnas di Jeddah, Umi Pipik Adu Mulut dengan Warga Arab Saudi
-
Kemal Palevi: Koruptor Banyak, Bensin Pakai Etanol, Mau Happy Nonton Timnas Gak Bisa
-
3 Titik Lemah yang Bikin Timnas Indonesia Takluk dari Arab Saudi
-
Investasi Bikin Deg-degan? Taklukkan Pasar Modal di ISTC 2025 dan Raih Hadiah 20 Juta!
Lifestyle
-
4 Krim Retinol untuk Anti-Aging, Efektif Kurangi Flek dan Kerutan di Wajah
-
FOMO: Penyakit Generasi Z yang Bikin Stres dan Kehilangan Diri Sendiri
-
Kompak Meski Pisah: Raisa dan Hamish Daud Terapkan Co-Parenting, Apa Itu?
-
7 HP Samsung Terbaik 2025: Spek Gahar, Harga Mulai 1 Jutaan!
-
4 Rekomendasi Krim Wajah Mengandung Gold, Skincare Mewah untuk Anti-Aging
Terkini
-
Respons Ririn Dwi Ariyanti usai Jonathan Frizzy Beri Kode Gelar Pernikahan
-
Bob Odenkirk Main Film Crime Thriller Bertajuk Normal, Ini Sinopsisnya
-
Serie A: Jay Idzes Optimis pada Masa Depan Lini Pertahanan Sassuolo
-
Bukan Cuma Buat Anak IT: Panduan Belajar AI Biar Gak Ketinggalan Zaman
-
Milano Lubis Angkat Bicara Soal Isu Raisa Pisah Rumah dengan Hamish Daud