Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Novi Ardila
ilustrasi pasangan (pexel.com/Andrea)

Ibaratnya sebuah tanaman, terdapat fase menanam bibit, kemudian muncul tunas dan berkembang hingga berbuah. Seperti itu cinta yang kamu rasakan saat ini.

Masih ingat tidak, mengenai perasaanmu saat pertama kali merasa pasanganmu adalah orang yang spesial? Pastinya kamu saat itu sedang merasakan sebuah kasmaran dan kebahagiaan. 

Seiring dengan berjalannya waktu, apakah saat ini kamu masih merasa kebahagiaan tersebut bersama pasangan? Jawabannya bisa iya atau tidak. Untuk bisa memahami fenomena tersebut, simak beberapa siklus rasa cinta yang sering dialami saat menjalani hubungan dengan pasangan. 

1. Fase kasmaran, pasangan pusat kebahagiaanmu

Dilansir dari Hellosehat, hal yang pertama pastinya adalah fase kasmaran. Dirimu bisa melihat dia sebagai sosok yang spesial dan cenderung menjanjikan sebagai pusat kebahagiaanmu.

Apapun rasanya dapat kamu lakukan hanya untuk menyenangkan hati gebetan ini. Kamu juga cenderung menjaga image saat berada di depan gebetan.

Apapun tindakannya pasti kamu pikirkan, bahkan bahasa chatmu harus diperhitungkan sebelum dikirim ke gebetan. Di masa PDKT ini kamu akan sulit melihat celah pada diri gebetan. Ia akan terasa sebagai orang yang sempurna. Meskipun kamu merasa ada kekurangannya, di fase ini sangat mudah untuk memakluminya. 

2. Fase awal jadian, waktunya melakukan kegiatan bersama

Apabila sudah berhasil melangkah ke arah yang lebih serius, cintamu kemungkinan masih bisa dirasakan. Namun pada fase ini, rasanya kamu ingin terus melakukan kegiatan bersama dengan pasangan.

Meskipun hanya sekadar jalan di mall atau makan pada weekend, hal itu sangat berkesan buatmu. Sepadat apapun jadwalnya, pastinya kamu sudah menyediakan waktu untuk quality time.

Dilansir dari Klikdokter, fase ini tentunya rasa rindu masih intens menghampiri. Sehingga kamu selalu ingin bertemu bersama pasangan.

Kamu juga cenderung ingin membawa pasangan masuk lebih dalam ke lingkungan sekitarmu. Misalnya saja ke keluarga atau teman sepermainan. 

3. Fase menghadapi masalah dan menyadari karakter pasangan 

Seiring berjalannya waktu, masalah mungkin mulai berdatangan. Umumnya, diiringi juga kamu mulai bisa mengenali karakter sesungguhnya dari pasangan.

Begitu sebaliknya pasangan melihat dirimu. Hal ini karena karakter asli seseorang bisa dengan mudah nampak saat menghadapi masalah. 

Dari sini mulai muncul konflik dan kata maklum perlahan mulai sulit untuk bisa diucapkan. Kesalahan kecil saja dapat membuat pertengkaran di antara kalian.

Di masa ini, kamu akan mengurangi menjaga image di depan pasangan. Hal ini karena perasaan sudah memiliki status dengannya. 

4. Fase memperkuat komitmen dan menerima pasangan 

Hal yang bukan menjadi akhir, bisa menjadi pegangan untuk melangkah ke arah lebih serius. Ini merupakan fase saat kamu dan dia memutuskan untuk memperkuat komitmen. 

Mungkin kamu bisa menikah atau bertunangan. Umumnya, kamu harus memahami sikap pasangan dan sudah bisa menerimanya. 

Dilansir dari Halodoc, fase ini cinta sudah tidak jadi hal yang spesial, namun pasti kamu dan dia memiliki pertimbangan sendiri saat hendak melangkah ke arah pernikahan.

Di kehidupan pernikahan selanjutnya, kamu dan dia tentunya memiliki fase kehidupan sendiri. Namun, biasanya fasenya hampir sama saat masih pacaran.

Siklus dalam percintaan di atas bisa saja akan terus berulang. Saat sudah di fase bosan, tidak jarang kamu akan balik ke fase awal.

Tergantung dari bagaimana kamu dan pasangan merawat hubungan kalian. Kembali lagi, apa tujuan kamu dan dia dalam menjalani hubungan yang dapat membuat hubungan menjadi langgeng.

Video yang mungkin Anda lewatkan.

Novi Ardila