Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | šŸ€e. kusuma. nšŸ€
ilustrasi curhat di media sosial (Pexels.com/Anete Lusina)

Dalam era digital yang semakin berkembang seperti sekarang, curhat di media sosial sudah menjadi hal yang lumrah. Orang-orang merasa lebih mudah untuk membuka hati mereka di dunia maya melalui beberapa platform yang populer dan marak digunakan seperti Facebook, Twitter, Instagram, atau TikTok. Namun, curhat di media sosial juga bukannya tanpa risiko negatif bagi kesehatan mental dan hubungan interpersonal seseorang. Berikut lima dampak negatif jika terlalu sering curhat di media sosial.

1. Menimbulkan rasa tidak nyaman dan ketidakpastian pada sekitar

Sering curhat di media sosial dapat membuat teman dan keluarga merasa tidak nyaman atau bahkan tertekan. Banyak orang yang merasa terpaksa untuk memberikan dukungan atau nasihat ketika melihat teman atau keluarga mereka curhat di media sosial. 

Selain itu, curhat di media sosial juga dapat menimbulkan ketidakpastian pada sekitar mengenai apa yang sebenarnya terjadi dalam hidup seseorang. Hal ini karena curhat di media sosial seringkali tidak memberikan konteks yang cukup atau hanya memberikan cerita sepihak tanpa melibatkan perspektif yang seimbang.

2. Mengundang komentar dan tanggapan yang tidak diinginkan

Curhat di media sosial juga dapat membuka potensi datangnya komentar dan tanggapan yang tidak diinginkan dari orang-orang yang tidak dikenal. Hal ini bisa sangat mengganggu dan merugikan bagi kesehatan mental, terutama jika tanggapan tersebut negatif atau memicu konflik lebih lanjut. 

Bahkan curhat di media sosial juga dapat membuat seseorang jadi target perundungan alias cyber bullying. Bukan tanpa sebab, curhat di media sosial akan membuat orang lain merasa bahwa seseorang sedang lemah dan dalam kondisi yang rentan.

BACA JUGA: 5 Alasan Berhenti Beli Baju Baru: Jaga Lingkungan dan Kesehatan Mentalmu

3. Mudah mengalami kecemasan dan depresi

Curhat di media sosial dapat membuat seseorang menjadi lebih rentan terhadap kecemasan dan depresi. Pasalnya, curhat seringkali dilakukan saat sedang tertekan atau sedih dan membuat seseorang merasa terus-menerus terpapar perasaan negatif. 

Selain itu, curhat di media sosial juga dapat membuat seseorang merasa lebih terasing atau kesepian, terlebih jika tidak ada yang benar-benar mendengarkan atau memahami perasaan mereka.

4. Menimbulkan masalah dalam hubungan interpersonal

Tidak dimungkiri bahwa hubungan interpersonal seseorang juga bisa ikut terganggu saat lebih sering curhat di media sosial. Orang kerap tidak mempertimbangkan dampak curhatannya pada orang lain, seperti pasangan, keluarga, atau teman dekat. 

Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan konflik yang berawal dari ketidakpercayaan dalam hubungan. Apalagi jika menyangkut hal-hal yang pribadi atau bersifat rahasia, orang yang bersangkutan bisa saja merasa tidak dihargai karena aibnya dibongkar di ruang publik.

5. Berpotensi menurunkan produktivitas

Terlalu sering curhat di media sosial tentu saja akan menganggu rutinitas hingga membuat seseorang menjadi kurang produktif. Penggunaan gadget yang terlalu lama untuk urusan curhat akan menurunkan fokus pada tugas atau pekerjaan yang sedang dihadapi. 

Selain itu, seseorang yang terlalu sering curhat di media sosial juga akan terganggu oleh notifikasi dan tanggapan yang datang dari orang lain. Ujungnya, konsentrasi dan produktivitas malah jadi terganggu.

Curhat di media sosial memang dapat memberikan rasa lega dan meredakan tekanan pada batin seseorang. Namun, jika terlalu sering justru dampak negatif pada kesehatan mental dan hubungan interpersonal yang akan didapat. Oleh karena itu, bijaklah saat curhat di media sosial dan pertimbangkan efeknya lebih dulu. Jika sangat butuh ruang berbagi cerita, lebih baik mencari dukungan dari orang terdekat dan terpercaya atau berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

šŸ€e. kusuma. nšŸ€