Menjadi orang tua adalah salah satu peran paling penting dalam kehidupan, dengan tanggung jawab besar dalam merawat dan mendidik anak-anak. Namun, dalam masyarakat tidak ada persyaratan formal atau sertifikasi untuk menjadi orang tua. Isu ini telah menimbulkan perdebatan di kalangan masyarakat serta para ahli.
Menyadur dari Journal of Family Studies, ada beberapa alasan mengapa hingga saat ini tidak ada sertifikasi resmi untuk menjadi orang tua dan mengulas argumen-argumen yang mendukung maupun menentang ide tersebut.
1. Kompleksitas dan Subyektivitas
Salah satu alasan utama mengapa tidak ada sertifikasi untuk menjadi orang tua adalah karena kompleksitas peran ini. Orang tua dihadapkan pada beragam situasi dan tantangan unik dalam mendidik anak-anak mereka. Menilai kelayakan dan kemampuan seorang individu untuk menjadi orang tua menjadi tugas yang sangat subjektif. Standar apa yang akan digunakan untuk mengukur kelayakan sebagai orang tua? Sertifikasi formal mungkin tidak bisa mencakup semua aspek yang relevan dan penting dalam peran ini.
2. Hak Asasi Manusia
Pendekatan formal dalam sertifikasi orang tua dapat menimbulkan masalah hak asasi manusia. Setiap orang memiliki hak untuk memiliki keluarga dan memiliki keturunan. Memerlukan sertifikasi formal untuk menjadi orang tua dapat membatasi hak ini dan menimbulkan pertanyaan tentang campur tangan pemerintah dalam kehidupan pribadi setiap individu.
BACA JUGA: Strategi Pemasaran, Simak 5 Cara Mengelola Bisnis Online agar Cepat Untung!
3. Dilema Etika dan Hukum
Penerapan sertifikasi orang tua juga menimbulkan dilema etika dan hukum yang kompleks. Siapa yang akan menentukan kelayakan seseorang untuk menjadi orang tua? Bagaimana kriteria evaluasi akan ditetapkan? Apakah kegagalan dalam sertifikasi berarti seseorang tidak boleh memiliki anak? Implementasi sistem ini dapat membuka pintu bagi diskriminasi dan penyalahgunaan kekuasaan.
4. Faktor Sosial dan Ekonomi
Sertifikasi formal untuk menjadi orang tua juga dapat mempengaruhi faktor sosial dan ekonomi. Apakah orang yang tidak memiliki sertifikasi akan dianggap kurang kompeten dalam mengasuh anak? Bagaimana jika mereka tidak mampu mengikuti program sertifikasi karena alasan ekonomi? Hal ini dapat menciptakan kesenjangan sosial dan mengorbankan hak-hak mereka yang kurang beruntung.
Penting bagi masyarakat untuk mencari keseimbangan antara memberikan dukungan dan bantuan bagi calon orang tua tanpa mengorbankan hak asasi manusia dan memperkuat peran orang tua dalam mendidik dan merawat anak-anak dengan penuh kasih sayang.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Kuliah di Luar Negeri Tanpa Ribet Syarat Prestasi? Cek 6 Beasiswa Ini!
-
Jangan Sembarangan! Pikirkan 5 Hal Ini sebelum Pasang Veneer Gigi
-
6 Beasiswa Tanpa Surat Rekomendasi, Studi di Luar Negeri Makin Mudah
-
Belajar dari Banyaknya Perceraian, Ini 6 Fase yang Terjadi pada Pernikahan
-
Tertarik Kuliah di Luar Negeri Tanpa TOEFL/IELTS? Simak 5 Beasiswa Ini!
Artikel Terkait
Lifestyle
-
Anti Repot, Tetap Cantik! Ini 4 OOTD Feminin Simpel ala Belle KISS OF LIFE
-
OOTD Kasual ala Kang Hye Won: 4 Inspirasi Minimalis untuk Gaya Harian
-
4 Sheet Mask Korea Kandungan Vitamin C, Ampuh Bikin Wajah Cerah dan Sehat!
-
Main ke Pantai Lebih Fashionable dengan 4 Inspirasi OOTD ala Yeojin LOONA
-
4 Serum Korea Zinc PCA untuk Kulit Berminyak, Kontrol Minyak Tanpa Kering!
Terkini
-
Dari Mimbar Megah hingga Meme: Mengurai Paradoks Kritik di Indonesia
-
Batal Lawan Kuwait, Timnas Indonesia Bisa Dapatkan 2 Keuntungan Jika Ajak Vietnam Beruji Tanding
-
Menendang Stereotip: Futsal Perempuan Mengubah Persepsi
-
Kembali Diterpa Rumor, Jimin BTS Disebut Berkencan dengan Song Da-eun
-
Ipswich Town dan Opsi Peminjaman yang Jadi Jalan Terbaik bagi Elkan Baggott untuk Saat Ini