Catcalling menjadi fenomena yang hingga saat ini masih banyak terjadi di lingkungan sekitar. Perempuan seringkali menjadi sasaran empuk pelaku catcalling. Meski begitu fenomena ini harus tetap diwaspadai oleh semua kalangan baik perempuan, laki-laki, anak-anak maupun orang tua. Hal ini lantaran catcalling tidak hanya berpotensi menyerang perempuan saja.
Fenomena catcalling tentu tidak dapat dibenarkan karena perbuatan ini termasuk ke dalam ranah pelecehan. Melansir dari penjelasan dokter spesialis jiwa, dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ, catcalling disebut juga pelecehan seksual dalam bentuk verbal.
Pelaku biasanya tidak menyadari jika tindakan yang dilakukannya sudah termasuk ke dalam perilaku catcalling. Jika fenomena-fenomena ini terus dibiarkan maka dikhawatirkan akan mengarah pada tindakan-tindakan berbahaya lainnya pada korban.
Oleh karena itu, penting kiranya untuk sama-sama memahami apa saja bentuk-bentuk catcalling atau pesan verbal yang biasanya disampaikan oleh para pelaku.
Melansir dari jurnal berjudul "Fenomena Catcalling sebagai Bentuk Pelecehan Seksual secara Verbal terhadap Perempuan di Jakarta", ada 3 jenis pesan verbal yang dapat dikategorikan sebagai tindakan catcalling.
1. Nada
Beberapa contoh catcalling dalam bentuk nada seperti siulan, suara kecupan, suara ciuman dari jarak jauh dan dan bunyi-bunyi lainnya yang dilayangkan oleh pelaku hingga membuat korban tidak nyaman.
2. Komentar
Komentar tidak senonoh yang diujarkan oleh pelaku kepada korban juga termasuk perilaku catcalling dan mengarah pada pelecehan verbal.
Kebanyakan dari pelaku catcalling mengomentari bentuk tubuh, hingga terang-terangan berkata vulgar kepada korban. Ada pula kata sapaan yang dibuat-buat guna menggoda dan mencari perhatian korban.
Tak hanya melalui nada dan komentar, pandangan mata yang membuat korban tidak nyaman juga merupakan salah satu bentuk catcalling. Memandangi anggota tubuh orang lain dari atas sampai bawah termasuk tindakan yang berlebihan. Meski tidak menimbulkan suara namun pandangan yang berlebihan juga bisa menyebabkan tindakan berbahaya lainnya.
Mengutip dari penjelasan dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ, catcalling tidak berhubungan langsung dengan cara pakaian, mau tertutup ataupun tidak, sesorang bisa jadi korban catcalling.
Hal yang sama juga tertuang dalam buku berjudul "Stereotip dan Relasi Antarkelompok" karya Susetyo, tidak jarang perempuan objek kekerasan dan pelecehan seksual seringkali menjadi pihak yang justru disalahkan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Pesona Mistis Bukit Surowiti Panceng: Ada Tempat Berkumpulnya Wali Songo
-
Mengenal Sembayat Bamboo Carnival, Tradisi Kemerdekaan Mirip Ogoh-Ogoh Bali
-
Bongko Kopyor Khas Gresik, Pelengkap Takjil yang Unik dan Paling Diburu
-
Bareng NCT Dream, Super Junior D&E Dikonfirmasi Comeback Bulan Depan
-
Intip Pesona Wisata Pantai Dalegan Gresik, Banyak Spot dan Fasilitas Baru
Artikel Terkait
-
Korban Kasus Bullying Binus School Serpong Diduga sebagai Pelaku Pelecehan
-
Netizen Belain Dokter yang Ditegur Mayor Teddy Sampai Nempel ke Dinding: Tandai Mukanya Kalau Sakit
-
Jurus Ampuh Menjinakkan Komentar di TikTok
-
Awalnya Tawarkan Bantuan, Tukang Ojek di Bromo Malah Lecehkan Turis Perancis
-
8 Tips dan Pencegahan Jika Kamu Menghadapi Tindakan Catcalling, Mari Simak!
Lifestyle
-
4 Daily Look ala Kim Tae-rae ZEROBASEONE, Gaya Simpel yang Gak Bikin Ribet!
-
Mau Look Fresh ala Idol? Ini 4 Inspirasi Wavy Hair dari Member Aespa!
-
Tecno Pova 6 5G Ditenagai Baterai 6000 mAh dan 70 Watt Ultra Charger
-
Adu Spek Infinix NOTE 50 dan Infinix HOT 50, Mana yang Lebih Memikat?
-
5 Hairdo Simpel ala Shin Hayoung, Tampak Anggun Tanpa Ribet!
Terkini
-
Don't Say You Love Me oleh Jin BTS: Ingin Lepas dari Cinta yang Menyakitkan
-
Review Film Cocote Tonggo: Yang Jualan Jamu Kesuburan tapi Nggak Subur
-
Tayang Hari Ini, 3 Alasan Kamu Wajib Menonton Drama Korea Netflix Dear Hongrang
-
Bakal Berduel Lawan Cape Verde, Timnas Malaysia Belum Mampu Samai Level Uji Coba Indonesia
-
Pulau Mahitam, Menyaksikan Pesona Terumbu Karang di Pesawaran Lampung