Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Tika Maya Sari
Novel Lewat Tengah Malam (Laman Perpustakaan Lab School Cibubur)

Suatu hari, ketika asyik memilah-milah buku bacaan di rak-rak belakang perpustakaan SMP, aku menemukan sebuah novel bersampul gelap, yang berjudul Lewat Tengah Malam. Iya, novel ini bergenre horor misteri, dan sebaiknya dibaca di siang hari buat yang bermental tahu susu. Tapi, kalau kamu pemberani, ya monggo dibaca kapanpun senggang. Sebab, aku pun ngeri sendiri.

Identitas Buku

Judul: Lewat Tengah Malam

Penulis: Gola Gong, Ibnu Adam Avicena

Bahasa: Bahasa Indonesia

Tebal: 174 halaman

Tahun Terbit: 2007

Penerbit: Gagas Media, Jakarta

Selayang Pandang

Lewat Tengah Malam adalah novel yang ditulis oleh Gola Gong bareng Ibnu Adam Avicena yang mengangkat genre horor, misteri, dan dibumbui unsur psychological yang kental.

Novel terbitan Gagas Media pada tahun 2007 ini menyajikan kisah yang full benang merah antara satu karakter dengan karakter lainnya. Sampulnya sendiri menampilkan seorang perempuan yang tengah duduk, dan sebuah bayangan mengerikan di belakangnya. Warna background-nya pun cenderung gelap sekali. Sekali lihat, sudah merinding sih.

Sinopsis Buku

Lewat Tengah Malam menceritakan keseharian Alice, seorang siswi SMA yang tinggal bareng sang Mama di apartemen baru setelah perceraian kedua orang tuanya. Hidup mereka cukup normal sih, walau ada beberapa kali Mamanya meledak-ledak saat marah.

Hal itu dipicu akibat perceraiannya dengan sang suami, yang konon karena isu perselingkuhan. Papa Alice sendiri kini mendekam di rumah sakit jiwa, karena depresi akibat perceraian. Meski, lelaki itu kerap melantur bahwa dia digentayangi oleh hantu perempuan.

Sayangnya, di apartemen yang mereka tinggali, Alice mendapati misteri dari sebuah kulkas bekas di dalam gudang. Dari dalam kulkas itu mengalir darah yang perlahan mengering, dan belatung yang banyak. Setiap kali Alice bercerita pada sang Mama, perempuan itu nggak pernah percaya dan malah mengira Alice bohong.

Selain keberadaan kulkas aneh itu, Alice juga kerap dihantui oleh hantu perempuan. Ditambah lagi, orang-orang sekitar dan kawan-kawan sekolahnya juga mulai bertingkah aneh padanya, kecuali seorang sahabat. Dengan bantuan sahabatnya itulah, Alice mencoba memecahkan misteri dan teror yang dia alami, hanya untuk mendapatkan fakta pahit yang mengubah seluruh hidupnya.

Temanya Bagus dan Eksekusi Gelap

Merinding, itulah kesan pertamaku saat melihat dan membaca novel ini. Bukan tanpa alasan sih, tentunya karena desain sampul yang dark dan yah horor abis.

Tema yang dipilih sangat keren karena berani menyandingkan unsur-unsur gelap yang berkesinambungan dan memiliki benang merahnya sendiri. Adapun unsur horor dan misteri sebagai tema utama penulisan novel, unsur psychological yang diwakili oleh kedua orang tua Alice yang dikuak perlahan-lahan oleh alur cerita.

Sang Papa yang berani selingkuh hingga membunuh selingkuhannya, harus berpisah dari istri dan putrinya untuk mendekam di rumah sakit jiwa. Lelaki itu menjadi gila akibat depresi karena dihantui oleh sosok selingkuhannya. Puncaknya, saat dia mencongkel bola matanya dan ditemukan meninggal beberapa saat kemudian. Ini murni karma sih menurutku ya.

Atau Mama Alice yang di awal kisah diceritakan biasa-biasa saja, ternyata bikin pembaca ternganga di ending. Boleh dikata, Lewat Tengah Malam juga menampilkan plot twist karena villain disini adalah sang Mama sendiri. Perempuan itu menjadi sensitif dan emosian setelah perselingkuhan suaminya dan pasca perceraian. Nggak tanggung deh, dia bahkan bisa menggampar Alice kalau lagi lepas kendali.

Jumpscare-nya sendiri memang disajikan sebagai ending, yang mana juga turut menguak misteri mengenai kulkas bekas di gudang apartemen mereka. Bahwasanya, Alice nggak (lagi) benar-benar ada. Sebab, tubuhnya yang membusuk telah berada di dalam kulkas tersebut.

Alur Menarik, Tapi Memiliki Plot Hole

Untukku yang asli penakut, ini ngeri beneran. Bayangkan saja, ketika ada banyak tanda tanya dan jawabannya justru mengubah dunia Alice. Namun sayangnya, novel ini juga terasa mengganjal. Ada beberapa plot hole yang timbul setelah membacanya.

Seperti misal, pertama, kalau Alice mendapati kulkas bekas itu ada darah dan belatung, kok nggak dibuka? Yah, positif thinking saja dulu, barangkali ada bangkai tikus.

Yang kedua, kalau memang dikisahkan tubuh Alice sudah membusuk, otomatis yang berkeliaran kan hantunya ya. Kok nggak ketahuan di cermin? Simpelnya gini, pasti dalam satu hari adalah kita bercermin. Memangnya nggak ketahuan kah? Kan hantu nggak ada bayangan?

Buatku, secara keseluruhan novel ini layak mendapat nilai 7/10. Baik dari temanya yang cakep, eksekusi yang okelah walau agak mengganjal, dan beberapa plot hole tadi. Meski begitu, Lewat Tengah Malam juga memberikan pesan moral mengenai pentingnya menjaga sikap. Karena, apa yang kita perbuat akan selalu diikuti oleh sebab akibat yang kadang juga bikin hati nyesek.

So, kamu berminat baca?

Tika Maya Sari