Mungkin bagi sebagian orang masih asing dengan istilah post power syndrome. Melansir pada alodokter.com, post power syndrome adalah kondisi ketika seseorang masih membayangkan pencapaiannya pada masa lalu dan membandingkannya dengan masa kini. Hal ini bisa saja menurunkan rasa percaya diri dan menimbulkan depresi.
Post power syndrome juga bisa dimaknai kondisi kejiwaan seseorang saat kehilangan jabatan atau kekuasaan yang sebelumnya dia miliki. Biasanya post power syndrome ini dialami oleh orang yang pensiunan atau orang yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Tapi kondisi ini juga perlu dibahas di dalam organisasi karena gejalanya bisa muncul pada alumni, demisioner, mantan ketua umum maupun ketua bidang dari organisasi atau komunitas.
Tentu setiap orang akan menghadapi masa demisioner/pensiunan dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang yang merasa senang karena merasa sudah bebas dan lepas dari tanggung jawab. Hingga kemudian membuatnya akan mencari wadah baru untuk (sekurang-kurangnya) beraktivitas.
Namun, ada pula yang merasa kebingungan dan merasa gelisah karena beranggapan bahwa masa pensiunan adalah masa yang menakutkan dan penuh ketidakjelasan.
Melansir pada akun Instagram @pemimpin.idonesia, berikut gejala-gejala yang menjadi tanda seseorang mengalami post power syndrome, yakni:
- Kurang bergairah menjalani kehidupan setelan pensiun.
- Gampang tersinggung.
- Menarik diri dari pergaulan.
- Tidak suka mendengarkan pendapat orang lain.
- Mengkritik atau mencela pendapat orang lain.
- Suka membicarakan dan membanggakan kehebatan dan pencapaiannya di masa lalu.
Nah, untuk mengatasi post power syndrome, berikut cara yang bisa dilakukan sebagaimana dilansir dari Instagram @pemimpin.indonesia.
1. Menerima perubahan
Harus bisa menghadapi dan menerima kenyataan bahwa posisi atau kekuasaan bisa berubah dan memilih untuk berkembang dari situasi tersebut.
2. Temukan identitas baru
Karena sudah berbeda dengan kesuksesan yang sebelumnya, maka penting untuk fokus pada pencarian identitas yang lebih dalam daripada sekedar posisi atau kekuasaan di masa lalu.
3. Bangun dukungan sosial
Jaringan sosial yang solid dapat menjadi penopang dukungan emosional dan moral selama masa transisi ini. Maka dari itu, penting untuk membangun dukungan sosial yang baik untuk mencari dunia baru.
4. Jaga Kesehatan mental
Jangan ragu untuk mencari bantuan dari orang yang profesional jika perasaan merasa kehilangan atau terjadi kecemasan yang berkepanjangan terus berlanjut.
Nah, itulah maksud dari post power syndrome dan gejala-gejalanya, serta cara untuk menghindarinya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Estafet Jokowi ke Prabowo, Bisakah Menciptakan Rekrutmen Kerja yang Adil?
-
6 Alasan Kenapa Banyak Orang Lebih Memilih WhatsApp Dibanding yang Lain
-
6 Pengaturan di Windows yang Dapat Memaksimalkan Masa Pakai Baterai Laptop
-
7 Fitur Keamanan Android yang Bisa Lindungi Data Pribadi Kamu
-
4 Trik Tingkatkan Kualitas Audio di Laptop Windows
Artikel Terkait
-
Mengatasi Kanker Rektum Tanpa Kehilangan Fungsi Anus melalui Operasi Intersphincteric Resection
-
Taspen Telah Salurkan Program Pensiun ke 3,1 Juta Peserta di Kuartal III-2024
-
Bagaimana Cara Mengatasi Rem Blong saat Berkendara?
-
Apakah PPPK Dapat Pensiun? Ini Bedanya dengan PNS!
-
Warga yang Tinggal di Lereng Gunung Rentan Gangguan Tiroid, Ini Penyebabnya
Lifestyle
-
3 Produk Wardah Crystal Secret Mengandung Arbutin Ampuh Samarkan Noda Hitam
-
Bikin Makeup Flawless dan Terlindungi! 3 Produk Primer yang Mengandung SPF
-
4 Gaya Feminin untuk Hangout ala Marsha Aruan dengan Padu Padan Rok
-
3 Konsep Unik Jepang yang Bisa Mengubah Hidupmu Jadi Lebih Positif
-
Fashionable Setiap Hari dengan 4 Padu Padan Daily OOTD ala Lee Yoo-mi
Terkini
-
Duka di Balik Komedi, Ulasan Novel Capslok: Capster Anjlok
-
Winger Jepang Kritik Pedas Kualitas Rumput GBK: Lapangan Tidak Rata
-
Bertabur Bintang, Film Wife & Dog Resmi Umumkan Jajaran Pemain
-
Nicholas Saputra Siap Bintangi Film 'Tukar Takdir', Adaptasi Buku Laris!
-
Prediksi Timnas Indonesia akan Main Defensif, Jepang Siap Tunjukan Dominasi