Belakangan ini, berita ekonomi yang beredar tampaknya tak jauh dari suasana suram. Gelombang PHK di berbagai sektor, kenaikan harga akibat inflasi yang tak kunjung reda, hingga sulitnya mencari pekerjaan kini menjadi perbincangan sehari-hari.
Namun, ada fenomena kontras yang menarik di tengah kondisi tersebut, di mana pusat perbelanjaan tetap ramai, kedai kopi premium selalu dipenuhi pengunjung, konser internasional habis terjual dalam hitungan menit, dan peluncuran gadget terbaru selalu disambut antrean panjang. Sebenarnya apa yang sedang terjadi?
Mungkin inilah yang dalam ilmu ekonomi disebut sebagai Lipstick Effect, sebuah fenomena yang kini kembali ramai dibicarakan, di mana masyarakat tetap mengonsumsi barang-barang yang dianggap mewah meskipun dalam kondisi ekonomi yang menantang.
Istilah ini berawal saat Leonard Lauder dari Estée Lauder mencatat peningkatan penjualan lipstik di masa resesi. Kini, fenomena tersebut tak lagi terbatas pada lipstik. Skincare mahal, smartphone flagship, hingga tiket konser bernilai jutaan rupiah menjadi "lipstik" masa kini. Di era digital seperti sekarang, FOMO (Fear of Missing Out) menjadi pemicu utama fenomena ini.
Media sosial menjadi panggung utama dalam menciptakan standar gaya hidup yang seolah wajib diikuti. Paylater dan cicilan menjadi 'tongkat ajaib' yang memungkinkan gaya hidup ini bertahan, menciptakan lingkaran berbahaya dimana dana darurat terkuras dan investasi masa depan terabaikan.
Namun, perilaku ini juga bukan semata-mata soal ketidakmampuan mengatur uang. Penelitian dalam bidang Behavioral Economics sempat menghubungkan belanja impulsif dengan pengurangan stres dan pencarian kebahagiaan sementara. Daniel Kahneman, melalui konsep prospect theory, menunjukkan bahwa saat menghadapi ketidakpastian, orang cenderung mengambil keputusan berdasarkan emosi daripada logika, termasuk dalam pola konsumsi mereka.
Hal ini menjelaskan mengapa di masa sulit, orang justru lebih mudah terdorong untuk berbelanja, baik karena FOMO maupun mencari pelepasan emosional.
Jadi, apakah semua ini murni karena takut ketinggalan atau sebenarnya kurang bijak dalam mengatur uang? Mungkin jawabannya adalah kombinasi keduanya. Memang, mencari kebahagiaan dari hal-hal kecil itu manusiawi, namun literasi keuangan juga penting agar kita tidak terbawa arus konsumsi yang malah merugikan diri sendiri di masa depan.
Dan meskipun fenomena Lipstick Effect ini bisa membantu mempertahanan rasa “waras” di masa sulit, penting untuk lebih bijak dalam membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Dengan begitu, keseimbangan antara kebahagiaan jangka pendek dan stabilitas finansial jangka panjang dapat tetap terjaga.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
5 Pilihan Film Netflix yang Tayang April 2025, dari Horor hingga Sci-Fi!
-
Review Film 'Pabrik Gula': Teror Mistis di Balik Industri Gula Kolonial
-
Ulasan Film 'Setetes Embun Cinta Niyala', Dilema Cinta dan Perjodohan
-
Review Novel 'Perjalanan Menuju Pulang': Pulang Tak Selalu Soal Rumah
-
Review Novel 'Sumur': Pergi atau Bertahan, Tak Ada yang Benar-Benar Menang
Artikel Terkait
-
Jumlah Pemudik Turun, Rano Karno: Mungkin karena Ekonomi
-
Ekonomi Lesu? Permintaan ART Infal di Jabodetabek Menurun
-
Lebaran Perdana era Prabowo Hambar: Ekonomi Lesu, Uang Beredar Turun dan Jumlah Pemudik Turun
-
Sehat dan Bugar dengan Lari: Gaya Hidup Aktif Perempuan Masa Kini
-
Produsen Otomotif Mulai Khawatir Imbas Tarif Baru Trump, Ekonomi Indonesia Bisa Terdampak?
Lifestyle
-
Selain Donatur Dilarang Ngatur: Apakah Pria Harus Kaya untuk Dicintai?
-
Lebih Bahagia dengan Cara Sederhana: Mulai dari Micro-Moments of Happiness
-
Koreksi Diri, 3 Hal Ini Membuat Kita Terjebak dalam Pilihan Salah
-
Tampil Menarik dan Keren! Intip 4 Daily Outfit Edgy ala Yoon STAYC
-
4 Gaya Andalan Chaeyoung TWICE yang Bisa Kamu Tiru untuk Outfit Sehari-hari
Terkini
-
Real Madrid Babak Belur Demi Final Copa del Rey, Carlo Ancelotti Buka Suara
-
Remake Film Mendadak Dangdut: Apa yang Berubah?
-
Piala Asia U-17: 3 Pemain Timnas Indonesia yang Diprediksi akan Tampil Gemilang
-
Review Film Kuyang: Sekutu Iblis yang Selalu Mengintai, dari Ritual Mistis sampai Jumpscare Kejam
-
Review Novel A Scandal in Scarlet: Acara Lelang yang Berujung Tragedi Mengerikan