Melirik jam tangan pintar, masih kurang 2.000 langkah lagi menuju target harian. Padahal matahari sudah hampir tenggelam! Situasi ini pasti familiar bagi banyak dari kita yang berusaha mencapai 'angka keramat' 10.000 langkah setiap hari. Tapi tunggu dulu! Sebenarnya perlu tidak sih mencapai angka sebanyak itu? Yuk, kita kupas kebenarannya!
1. Asal usul target 10.000 langkah
Apakah kamu tahu kalau angka 10.000 langkah sebenarnya berawal dari strategi pemasaran? Ya, target ini pertama kali muncul di Jepang tahun 1965 saat perusahaan Yamasa Clock membuat alat penghitung langkah bernama 'Manpo-kei' (dalam bahasa Jepang berarti '10.000 langkah'). Mereka memilih angka ini karena dalam karakter Jepang, 10.000 () terlihat seperti orang yang sedang berjalan!
Meski angka ini menjadi standar global yang populer selama puluhan tahun, sebenarnya tidak ada penelitian ilmiah yang mendasari pemilihan angka 10.000. Target ini lebih mirip seperti 'mitos sehat' yang tersebar luas dan diterima begitu saja oleh masyarakat tanpa pertanyaan lebih lanjut.
2. Apa kata sains?
Berbagai penelitian ilmiah memang membuktikan bahwa jalan kaki membawa segudang manfaat bagi tubuh. Jurnal The Lancet Public Health mengungkapkan bahwa aktivitas jalan kaki secara teratur dapat menurunkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan depresi.
Fakta menariknya, para peneliti tidak menemukan bahwa harus tepat 10.000 langkah untuk mendapatkan manfaat kesehatan ini. Dan faktanya, manfaat positif sudah mulai terlihat bahkan dari langkah yang jauh lebih sedikit.
Sebuah studi besar yang dipublikasikan dalam JAMA Network Open pada 2021 juga memberikan kabar baik. Tim peneliti yang mengamati lebih dari 2.000 orang dewasa tengah baya di Amerika Serikat menemukan bahwa mereka yang berjalan sekitar 7.000 langkah per hari memiliki risiko kematian dini 50-70 persen lebih rendah dibanding yang berjalan kurang dari 7.000 langkah.
Temuan ini menunjukkan bahwa kita tidak perlu terobsesi mencapai angka 10.000, target yang lebih realistis pun sudah memberi manfaat signifikan bagi kesehatan.
3. Manfaat utama jalan kaki
Terlepas dari berapa langkah yang kita ambil, jalan kaki tetap menjadi salah satu aktivitas fisik terbaik untuk tubuh dan pikiran. Gerak sederhana ini terbukti membantu menjaga kesehatan jantung dengan melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan tekanan darah.
Bagi yang sedang menjaga berat badan, 30 menit jalan kaki bisa membakar sekitar 150-200 kalori, bonus yang lumayan untuk aktivitas yang bisa dilakukan sambil ngobrol atau menikmati pemandangan!
Jalan kaki ternyata juga punya efek tidak biasa untuk kesehatan mental kita. Saat berjalan, otak melepaskan hormon endorfin, si pembawa rasa bahagia alami, yang membantu meredakan stres dan kecemasan.
Penelitian dari California State University menunjukkan bahwa bahkan jalan kaki singkat di taman selama 10 menit saja sudah bisa meningkatkan suasana hati. Pantas saja banyak orang merasa lebih segar dan positif setelah jalan-jalan sore!
4. Apakah 10.000 langkah itu wajib?
Jangan terpaku pada angka 10.000 langkah. Setiap orang punya kebutuhan berbeda; seorang guru yang aktif bergerak di kelas tentu berbeda dengan karyawan yang lebih banyak duduk di kantor. Bagi sebagian orang, 5.000 atau 7.000 langkah sudah cukup untuk mendapat manfaat kesehatan yang optimal.
Yang terpenting adalah meningkatkan aktivitas secara bertahap. Mulailah dengan menambah 500 langkah per minggu dari rutinitas normalmu. Bisa dengan cara sederhana seperti parkir mobil lebih jauh atau turun dari angkot satu halte lebih awal. Ingat, konsistensi lebih penting daripada mengejar target yang tidak realistis.
Meskipun 10.000 langkah menjadi tren yang populer, kunci utama tetaplah beraktivitas secara konsisten sesuai kemampuan tubuh. Tidak perlu memaksakan diri, yang penting adalah menjaga tubuh tetap bergerak.
Jadi, bagaimana denganmu? Sudahkah kamu mencatat langkahmu hari ini?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Cermin Bangsa: Ketika Jalur Busway Menjadi Ajang Ketidakdisiplinan
-
Kehamilan Remaja: Bisakah Kita Berhenti Melihat Pernikahan Sebagai Solusi?
-
Dilema Guru Honorer: Ketika Mendidik Berujung Tuntutan
-
Mengemis Digital di TikTok: Ketika Harga Diri Menjadi Komoditas
-
Fenomena Lipstick Effect: Korban FOMO atau Memang Tak Bijak Mengatur Uang?
Artikel Terkait
-
Manfaat Mentega Murni untuk Kesehatan Wanita, Redakan Nyeri Menstruasi?
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Prediksi Trend Fashion 2025: Angkat Isu Lingkungan, Gender hingga Teknologi
-
Tips Minum Air Putih yang Efektif untuk Kesehatan
-
Oleh-oleh dari Kunjungan Prabowo ke Amerika Serikat, Dapat Suntik Dana Jumbo Rp17,5 Triliun untuk Kesehatan Indonesia
Health
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Suka Konsumsi Kulit Buah Kopi? Ini 3 Manfaat yang Terkandung di Dalamnya
-
Sehat ala Cinta Laura, 5 Tips Mudah yang Bisa Kamu Tiru!
-
4 Minuman Pengahangat Tubuh di Musim Hujan, Ada yang Jadi Warisan Budaya!
-
6 Penyakit yang Sering Muncul saat Musim Hujan, Salah Satunya Influenza!
Terkini
-
Cetak 2 Gol, Bukti "Anak Emas" Tak Sekadar Julukan bagi Marselino Ferdinan
-
Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah Sejak Juli 2024, Mahar Emas 3 Gram dan Uang 200 Ribu
-
Ulasan Buku Sabar, Syukur, dan Ikhlas: Kunci Sukses Bahagia Dunia Akhirat
-
Spoiler! Hunter X Hunter Chapter 403: Balsamilco vs Pangeran Halkenburg
-
Hazelight Studios Umumkan Game Baru, Siap Hadirkan Inovasi Co-Op Unik!