Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Sabit Dyuta
Ilustrasi perempuan sedang membaca buku tentang perempuan (Freepik/prostooleh)

Hari Perempuan Sedunia adalah momen yang tepat untuk merayakan keberanian, ketangguhan, dan kisah inspiratif para perempuan di seluruh dunia. Setiap tahunnya, hari ini menjadi pengingat bahwa perempuan punya peran besar dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari keluarga, karier, hingga perubahan sosial. 

Tapi, di balik semua itu, masih banyak perempuan yang harus menghadapi berbagai tantangan—mulai dari diskriminasi, tekanan sosial, hingga perjuangan menemukan suara mereka sendiri.

Salah satu cara untuk lebih memahami perjalanan perempuan adalah melalui buku. Dari cerita yang ditulis oleh perempuan, kita bisa melihat dunia dari sudut pandang mereka—merasakan kegelisahan, harapan, dan perjuangan mereka.

Ada banyak buku yang bisa membuka mata kita tentang pengalaman perempuan, baik dalam menghadapi ketidakadilan, mengejar mimpi, atau sekadar bertahan dalam kehidupan yang penuh lika-liku.

Nah, kalau kamu lagi cari bacaan yang inspiratif di Hari Perempuan Sedunia ini, berikut lima novel yang ditulis oleh perempuan dan punya makna kuat buat sesama perempuan.

1. Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Dian Purnomo

sampul novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam (Goodreads)

Novel ini bercerita tentang perempuan yang terjebak dalam budaya patriarki dan harus menghadapi pilihan sulit: tunduk pada tradisi atau berjuang demi kebebasannya sendiri.

Melalui latar budaya yang masih kuat, cerita ini membuat kita sadar bahwa di beberapa tempat, perempuan masih sering dihadapkan pada batasan yang tidak adil.

Dian Purnomo menyajikan cerita yang penuh emosi dan sarat makna, membuat kita larut dalam pergulatan batin tokoh utamanya. Dari novel ini, kita bisa melihat betapa pentingnya keberanian dalam melawan aturan yang sering kali tidak berpihak pada perempuan.

2. Perempuan di Titik Nol Nawal El Saadawi

Novel Perempuan di Titik Nol (Goodreads)

Diangkat dari kisah nyata, novel ini menceritakan tentang Firdaus, perempuan Mesir yang hidupnya penuh penderitaan. Sejak kecil, dia mengalami kekerasan, eksploitasi, dan ketidakadilan dari sistem yang menindas perempuan.

Tapi Firdaus tidak mau terus-menerus jadi korban. Dia memilih melawan dengan caranya sendiri dan akhirnya menjadi simbol perlawanan perempuan terhadap patriarki.

"Perempuan di Titik Nol" bukan sekadar novel, tapi juga tamparan keras buat kita semua tentang bagaimana ketidakadilan terhadap perempuan masih terjadi di banyak tempat.

3. Little Women Louisa May Alcott

Novel Little Women (Gramedia)

Walaupun novel ini sudah berusia lebih dari 150 tahun, ceritanya tetap relevan sampai sekarang. "Little Women" mengikuti kehidupan empat saudari March—Meg, Jo, Beth, dan Amy—yang punya kepribadian dan impian berbeda-beda.

Tokoh Jo March jadi salah satu ikon perempuan yang berani menentang norma sosial. Memiliki cita-citanya sebagai penulis, dia menunjukkan bahwa perempuan bisa memiliki ambisi besar dan mengejar mimpinya tanpa harus terjebak dalam ekspektasi orang lain. 

Novel ini memberikan gambaran indah tentang keluarga, impian, dan perjuangan perempuan di zamannya.

4. Lebih Senyap dari Bisikan Andina Dwifatma

Novel Lebih Senyap dari Bisikan (Gramedia)

Ini bukan sekadar kisah cinta biasa. Novel ini mengangkat cerita tentang seorang perempuan yang berusaha menemukan dirinya sendiri di tengah hubungan yang tidak pasti.

Menggunakan sentuhan bahasa yang puitis dan mendalam, Andina Dwifatma mengajak kita merasakan setiap luka dan harapan yang menyelimuti tokoh utamanya.

Buku ini mengingatkan bahwa perempuan punya hak untuk bersuara, menentukan jalan hidupnya sendiri, dan tidak harus terus-menerus berada di dalam hubungan yang merugikan. Kadang, keberanian untuk pergi dan memilih kebahagiaan sendiri adalah bentuk perlawanan terbaik.

5. Gadis Kretek Ratih Kumala

Novel Gadis Kretek (Gramedia)

Kalau kamu suka novel dengan latar sejarah, "Gadis Kretek" bisa jadi pilihan yang menarik. Ceritanya tentang Dasiyah (Jeng Yah), perempuan yang jago meracik kretek di industri yang didominasi laki-laki.

Sayangnya, keahliannya malah dianggap ancaman, dan dia harus menghadapi banyak tantangan hanya karena dia seorang perempuan.

Lewat novel ini, Ratih Kumala menggambarkan bagaimana perempuan sering kali harus berjuang ekstra hanya untuk mendapatkan tempat yang seharusnya bisa mereka miliki.

Di samping itu, "Gadis Kretek" juga membawa kita ke dunia industri rokok kretek di Indonesia yang penuh dengan konflik keluarga, sejarah, dan kisah cinta.

Kelima novel ini membuktikan bahwa perempuan punya suara yang kuat dalam dunia sastra. Mereka tidak hanya menulis kisah perempuan, tapi juga menggambarkan realitas yang sering kali tersembunyi di balik aturan sosial.

Di Hari Perempuan Sedunia ini, yuk luangkan waktu untuk membaca dan memahami kisah-kisah mereka. Karena dengan membaca, kita bisa belajar lebih banyak tentang perjalanan dan perjuangan perempuan di berbagai belahan dunia!

Sabit Dyuta