Dalam dunia yang terus berubah, konsep pekerjaan yang fleksibel semakin mendapat perhatian, apalagi setelah dunia diguncang oleh pandemi COVID-19. Salah satu dampak besar dari pandemi ini adalah cara kerja yang semakin mengarah pada model hybrid, yakni kombinasi antara bekerja dari rumah dan di kantor. Perubahan ini tidak hanya mengubah cara kita bekerja, tetapi juga memengaruhi kualitas kehidupan kerja (Quality of Work Life/QWL) bagi banyak orang. Di tengah dinamika tersebut, penelitian oleh Rinda Kumala Wati dan Indrayanti (2024) ini menawarkan sebuah kajian yang menarik tentang bagaimana kepribadian yang disebut dark triad, yang terdiri dari narsisme, psikopati, dan Machiavellianisme, berinteraksi dengan kualitas kehidupan kerja karyawan dalam situasi kerja hybrid, serta peran kepemimpinan empowering sebagai mediator dalam hubungan ini.
Tentu saja, saat pertama kali membaca judulnya, kita mungkin akan bertanya-tanya, apa hubungan antara kepribadian gelap (dark triad) dengan model kerja hybrid yang semakin populer ini? Bukankah model kerja hybrid menawarkan fleksibilitas yang seharusnya dapat meningkatkan kenyamanan dan produktivitas karyawan? Namun, di balik fleksibilitas tersebut, ada tantangan besar yang tak bisa diabaikan, terutama dalam hal pengelolaan perilaku individu dan bagaimana hal tersebut berpengaruh pada kualitas kehidupan kerja mereka.
Mari kita mulai dengan memahami lebih dalam tentang konsep dark triad. Dark triad merujuk pada tiga dimensi kepribadian yang secara umum dianggap negatif: narsisme, psikopati, dan Machiavellianisme. Narsisme berhubungan dengan rasa superioritas yang berlebihan, kebutuhan akan perhatian dan kekaguman dari orang lain. Psikopati menggambarkan ketidakmampuan untuk merasakan empati dan perilaku yang cenderung antisosial, sementara Machiavellianisme lebih berkaitan dengan manipulasi dan strategi licik untuk mencapai tujuan pribadi tanpa peduli akan dampaknya terhadap orang lain.
Secara intuitif, kita bisa membayangkan bahwa individu dengan kepribadian dark triad ini mungkin akan menghadapi kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan model kerja hybrid. Mereka mungkin merasa bahwa kebebasan dan fleksibilitas yang ditawarkan oleh model ini justru memberi mereka ruang untuk bertindak lebih egois atau manipulatif. Misalnya, individu narsistik yang sangat membutuhkan perhatian mungkin akan merasa bahwa mereka tidak cukup dihargai jika tidak berada di kantor secara fisik dan tidak mendapatkan pengakuan yang mereka harapkan. Begitu pula, individu dengan psikopat cenderung tidak memiliki empati terhadap orang lain, sehingga mereka mungkin lebih sulit beradaptasi dengan lingkungan kerja yang mengutamakan kolaborasi dan hubungan interpersonal yang sehat.
Namun, penelitian ini juga menggali lebih dalam tentang peran penting kepemimpinan dalam konteks ini. Bagaimana kepemimpinan yang empowering atau memberdayakan dapat memediasi hubungan antara kepribadian dark triad dan kualitas kehidupan kerja? Di sinilah aspek yang menarik dari penelitian ini muncul. Kepemimpinan empowering, yang memberikan kebebasan dan kepercayaan kepada karyawan untuk mengambil keputusan dan mengelola pekerjaan mereka secara mandiri, terbukti memiliki dampak yang signifikan dalam meningkatkan kualitas kehidupan kerja, terutama bagi mereka yang memiliki kepribadian narsistik dan psikopat.
Salah satu temuan utama dalam penelitian ini adalah bahwa gaya kepemimpinan empowering dapat memediasi hubungan antara kepribadian narsistik dan psikopat terhadap kualitas kehidupan kerja. Artinya, meskipun individu dengan kepribadian dark triad mungkin memiliki potensi untuk merasa kurang puas dengan kualitas kehidupan kerja mereka, keberadaan pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan yang memberdayakan dapat membantu mereka merasa lebih terlibat dan dihargai, meskipun mereka mungkin cenderung kurang empati atau terfokus pada diri sendiri. Pemimpin yang memberdayakan tidak hanya memberikan kebebasan dalam pekerjaan, tetapi juga mendorong karyawan untuk berkembang secara pribadi dan profesional, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan produktif.
Namun, yang menarik adalah bahwa gaya kepemimpinan empowering tidak mempengaruhi kepribadian Machiavellian dalam hal kualitas kehidupan kerja. Individu dengan kepribadian Machiavellian, yang cenderung manipulatif dan pragmatis, mungkin merasa bahwa mereka tidak membutuhkan dukungan dari pemimpin mereka untuk mencapai tujuan mereka. Mereka lebih cenderung bekerja dengan cara mereka sendiri dan menggunakan strategi licik untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Dalam konteks ini, meskipun pemimpin yang memberdayakan dapat meningkatkan kualitas kehidupan kerja bagi individu narsistik dan psikopat, mereka mungkin tidak memiliki dampak yang sama pada individu Machiavellian, yang lebih fokus pada keuntungan pribadi mereka daripada pada kolaborasi yang mendukung perkembangan bersama.
Temuan ini membuka pintu untuk diskusi yang lebih luas tentang bagaimana kepribadian individu dapat memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan lingkungan kerja mereka. Model kerja hybrid, meskipun memberi kebebasan, tetap membutuhkan tingkat disiplin dan kolaborasi yang tinggi. Tanpa adanya kolaborasi yang efektif, karyawan tidak akan dapat bekerja secara optimal. Oleh karena itu, penting bagi organisasi untuk memahami bahwa kepemimpinan yang memberdayakan dapat menjadi kunci dalam membantu karyawan dengan berbagai jenis kepribadian untuk berkembang dalam lingkungan kerja yang lebih fleksibel dan dinamis.
Namun, meskipun penelitian ini memberikan banyak wawasan berharga, kita juga harus mempertimbangkan keterbatasan yang ada. Penelitian ini dilakukan dengan sampel yang terbatas, yakni 217 karyawan dari berbagai instansi dan jabatan. Tentu saja, semakin besar dan lebih beragam sampel yang digunakan, semakin valid dan umum temuan tersebut. Selain itu, penelitian ini tidak membahas faktor eksternal lain yang mungkin mempengaruhi kualitas kehidupan kerja, seperti kebijakan organisasi tentang kesejahteraan karyawan, dukungan sosial dari rekan kerja, atau peran teknologi dalam memfasilitasi model kerja hybrid. Semua faktor ini dapat memainkan peran penting dalam membentuk pengalaman kerja seseorang.
Ada pula pertanyaan penting yang tidak dijawab oleh penelitian ini: Bagaimana pengaruh jangka panjang dari model kerja hybrid terhadap kesejahteraan karyawan dengan kepribadian dark triad? Apakah karyawan dengan kepribadian tersebut akan semakin sulit beradaptasi dengan waktu, atau sebaliknya, mereka bisa menjadi lebih terlibat seiring berjalannya waktu? Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menggali lebih dalam mengenai aspek ini, terutama mengingat betapa cepatnya dunia kerja terus berkembang.
Secara keseluruhan, penelitian ini berhasil memberikan wawasan yang mendalam dan berharga tentang bagaimana kepribadian dark triad dapat memengaruhi kualitas kehidupan kerja dalam lingkungan kerja hybrid, dan bagaimana kepemimpinan empowering dapat memainkan peran penting dalam memediasi hubungan tersebut. Temuan-temuan ini sangat relevan mengingat semakin banyak organisasi yang mengadopsi model kerja hybrid pasca-pandemi. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang dinamika ini, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif, produktif, dan sehat bagi semua karyawan, terlepas dari kepribadian mereka.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Tag
Baca Juga
-
Kesejahteraan Psikologis Guru Honorer, Solusi atau Ilusi?
-
Penyebab hingga Solusi, Mengapa Generasi Z Cenderung Mudah Berhenti Kerja?
-
Mengapa Ibu Indonesia Menghindari Pembicaraan Emosional pada Anak?
-
Menghadapi Ketimpangan Kekuasaan, Ketahanan Penganut Kepercayaan Leluhur
-
Menggali Makna Me Time, Tantangan dan Strategi Ibu Bekerja di Indonesia
Artikel Terkait
-
Prabowo Setuju Moratorium Dicabut! PMI Bisa Kembali Kerja ke Arab Saudi, Ada Bonus Umrah Setelah Dua Tahun
-
Pimpinan DPR Desak Pemerintah Percepat Pengangkatan CPNS dan PPPK, Semua Harus di 2025!
-
Mentan Amran Panen dan Serap Gabah di Gresik: Petani Bahagia, Terima Kasih Presiden Prabowo
-
Cara Perhitungan THR 2025: Ketahui Hak Karyawan Sesuai UU Cipta Kerja
-
Akui Lapangan Kerja Sektor Wisata Berkurang dan Persaingan Makin Ketat, Begini Solusi Dari Kemenpar
Lifestyle
-
Tampil Fresh dan Elegan! Ini 3 Dress Putih untuk Lebaran yang Wajib Dicoba
-
4 Outfit Ngantor Elegan dan Profesional ala Nam Ji Hyun
-
5 Menu Buka Puasa yang Gak Bikin Begah, Tetap Nyaman di Perut
-
5 Inspirasi Outfit Hangout ala Jessica Jung, Simpel tapi Tetap Fashionable!
-
Cozy Vibes! Ini 4 Padu Padan Outfit Harian ala Park Bo Gum yang Effortless
Terkini
-
Kesepian di Tengah Keramaian: Review Novel 'Malam Putih'
-
3 Rekomendasi Merk Beras Terbaik untuk Kegiatan Zakat Fitrah, Apa Saja?
-
Sinopsis Court: State Vs A Nobody, Film India yang Dibintangi Harsh Roshan
-
Jelang Hadapi Australia, Mees Hilgers Ungkap Rasa Optimisme di Skuad Garuda
-
Goes to Coachella, ENHYPEN Torehkan Tinta Emas Lewat Tripple Million Seller