M. Reza Sulaiman
Zita Anjani (Instagram/zitaanjani)

Setelah beberapa hari jadi bulan-bulanan karena "menghilang" dari seminar penting di Unpad, staf khusus Presiden Zita Anjani akhirnya buka suara. Ia merilis sebuah surat terbuka berisi permohonan maaf yang tulus.

Niatnya mungkin baik, ingin meredakan amarah para panitia dan peserta. Tapi, di era di mana netizen punya mata setajam elang, permintaan maafnya ini justru memicu drama baru yang lebih kocak sekaligus miris.

Kenapa? Karena banyak yang curiga surat maafnya itu hasil copy-paste dari ChatGPT!

Flashback Dulu: Drama 'Ghosting' dan Foto Gym

Biar nggak lupa, mari kita putar waktu sebentar. Zita Anjani dijadwalkan jadi pembicara utama di Seminar Nasional Magister Pariwisata Unpad. Panitia sudah berkoordinasi dengannya sejak bulan Februari. Tapi, drama dimulai pada H-1, saat ia tiba-tiba minta hadir secara daring via Zoom.

Panitia pun nurut, bahkan sampai menyiapkan berbagai permintaan khususnya, dari teleprompter sampai daftar tamu. Tapi di hari-H, setelah ditunggu-tunggu dan molor 15 menit, ajudannya cuma bilang, "Agendanya menumpuk, tidak bisa hadir."

Yang bikin makin nyesek? Di saat yang bersamaan, Zita justru kegep mengunggah aktivitasnya lagi nge-gym di Instagram. Sebuah pemandangan yang auto bikin panitia dan netizen kebakaran jenggot.

Surat Maaf yang Tulus, tapi Kok Aneh?

Setelah menuai kritik pedas, Zita akhirnya merilis surat permintaan maaf di akun Instagram-nya, @zitaanjani.

"Saya ingin menyampaikan permohonan maaf yang tulus karena tidak dapat hadir dalam acara Seminar Magister Pariwisata UNPAD," tulis Zita.

Ia mengakui bahwa pembatalan mendadak adalah kekeliruan timnya. Soal foto nge-gym, ia mengklarifikasi bahwa itu adalah late post yang sudah dijadwalkan, bukan diunggah saat itu juga.

"Saya memahami bagaimana itu bisa memicu persepsi yang keliru, dan untuk itu saya mohon maaf," sambungnya.

Netizen Jadi Detektif: "Lupa Hapus Tanda Stripnya, Mba!"

Nah, di sinilah letak lucunya. Alih-alih fokus pada isi permintaan maafnya, netizen yang jeli justru menemukan keanehan pada format dan gaya bahasa surat tersebut. Banyak yang merasa tulisannya terlalu kaku, formal, dan mirip banget dengan hasil tulisan dari AI seperti ChatGPT.

Dan "bukti" terkuatnya? Beberapa tanda baca aneh, seperti tanda strip (—) yang sering muncul di hasil tulisan AI, diduga lupa dihapus.

Sontak, kolom komentarnya langsung berubah jadi ajang "investigasi" dadakan.

"Terima kasih — chatgpt," tulis seorang netizen, sebuah sindiran telak yang disertai emotikon tertawa.

"Kebaca banget, lupa belum hapus tanda stripnya. Oh jadi ini toh alasan nggak mau ada sesi tanya jawab. Soalnya nanti nggak bisa tanya ChatGPT," sahut pengguna lain, menghubungkannya dengan permintaan khusus Zita.

"Duh, adminnya lupa hapus tanda strip," timpal yang lain.

Drama ini menjadi sebuah pelajaran yang sangat modern. Di zaman sekarang, bukan cuma tindakanmu yang dinilai, tapi juga ketulusan di balik kata-katamu.

Sebuah permintaan maaf yang terkesan dibuat oleh mesin, alih-alih meredakan suasana, justru bisa jadi blunder baru yang lebih memalukan.

Jadi, gimana menurutmu? Ini beneran blunder admin yang lupa ngedit hasil ChatGPT, atau Zita memang lagi sibuk sampai nggak sempat nulis permintaan maafnya sendiri?