Bayangan saya tentang Paris, Prancis yang indah seperti layaknya foto-foto di postcard lenyap sudah. Ternyata Paris tak seindah yang saya bayangkan. Walau pun tidak mengurangi kekaguman saya terhadap keindahan bangunan-bangunan tua yang memang indah.
Yang saya maksud adalah daerah-daerah di sudut kota yang ternyata tak kalah kumuh dari Jakarta. Buktinya, saat saya di stasiun kereta bawah tanah, juga tak seindah yang saya bayangkan. Atau di beberapa tembok kota yang dipenuhi dengan coretan yang tidak beraturan.
Kalau dipenuhi dengan mural masih oke, tetapi tidak yang saya temukan di kawasan tempat saya menginap, di daerah Gare du Nord. Selain sepi, tembok sepanjang kawasan ini dipenuhi dengan coretan-coretan, jadi terkesan kumuh.
Tetapi, memang tidak ada yang sempurna. Paris masih menarik buat saya, terutama mengagumi bangunan-bangunan dengan arsitektur khas Eropa yang indah. Juga menara Eiffel-nya.
Artikel ini dikirim oleh Arsanti, Yogyakarta.
Anda memiliki foto atau artikel menarik? Silakan kirim ke email: yoursay@suara.com
Tag
Baca Juga
-
Lebih dari Sekadar Kebiasaan: Bahaya Kecanduan Scrolling bagi Kesehatan Mental Remaja
-
Ulasan Novel Bandung After Rain: Cita Rasa Cinta dan Budaya Lokal yang Khas
-
Gagal Liburan karena Kerja? Lakukan Cara Ini Agar Mood Tetap Terjaga
-
CERPEN: Senyuman Ibu Penuh Cinta
-
4 Rekomendasi Restoran BBQ di Jakarta, Surganya Pencinta Daging Berkualitas
Artikel Terkait
News
-
Lebih dari Sekadar Kebiasaan: Bahaya Kecanduan Scrolling bagi Kesehatan Mental Remaja
-
Gagal Liburan karena Kerja? Lakukan Cara Ini Agar Mood Tetap Terjaga
-
4 Rekomendasi Restoran BBQ di Jakarta, Surganya Pencinta Daging Berkualitas
-
Waspada Ancaman Digital: Kenali dan Atasi Virus Komputer
-
Rahasia Sukses di Usia Muda: 7 Kisah Inspiratif dari Dunia Teknologi
Terkini
-
Ulasan Novel Bandung After Rain: Cita Rasa Cinta dan Budaya Lokal yang Khas
-
CERPEN: Senyuman Ibu Penuh Cinta
-
6 Cara Mengenali Inner Critic yang Diam-Diam Menguras Energi Emosional
-
CERPEN: Clarabella dan Anak-Anak Perindu Bulan
-
Harapan di Penghujung 2025: Kekecewaan Kolektif dan Ruang Refleksi Pribadi