Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani
Ilustrasi pria lakukan kekerasan pada wanita. (Pixabay/Geralit)

Belakangan ini maraknya kasus Abusive Relationship menjadi pembahasaan yang ramai dibicarakan di media sosial. Para korban bahkan para pelaku Abusive Relationship yang seringkali tidak sadar jika sebenarnya mereka terjebak di dalam hubungan Abusive Relationship. Perlu dipahami bahwa Abusive Relationship adalah suatu hubungan yang disertai dengan tindak kekerasan baik fisik, emosional, finansial, verbal, maupun seksual.

Perlu diketahui bahwa Abusive Relationship bukan lah tanda cinta. Ya, semua orang pasti mendambakan hubungan yang harmonis dan menemukan pasangan ideal yang tentunya bisa memahami batas batas apa saja yang tidak boleh dilakukan pasangan kita terhadap kita, serta pahamilah cinta itu lahir tanpa paksaan dan tumbuh karna terbiasa. Jadi, jangan selalu mengatasnamakan cinta dalam menjalankan hubunganmu yang ternyata justru termaksud kedalam tindakan Abusive Relationship.

Pentingnya kesadaran terhadap bahaya dari Abusive Relationship yang sering kali tidak terlihat dan sering kali diabaikan dapat bepengaruh kepada kesehatan mental seseorang. Berikut adalah Jenis-jenis dari Abusive Relationship. Sadarilah apabila kamu berada dalam situasi ini.

  1. Physical Abuse merupakan situasi di mana terjadi suatu intensional kontak fisik yang dilakukan seseorang atau pasanganmu terhadap tubuhmu. Seperti memukul, menendang, ataupun mendorong mu. Kadang perilaku Physical Abuse tidak selalu menyakitkan atau meninggalkan bekas namun tetap saja ini merupakan suatu hal yang tidak benar untuk di lakukan seseorang ataupun pasangan mu terhadap dirimu.
     
  2. Sexual Abuse adalah keadaan dimana pasanganmu memaksamu untuk melakukan sesuatu secara sexual untuk kepuasan dirinya. Perlu diketahui dan diingat hanya karna kalian tidak bilang  “No” bukan berati kalian bilang ”Ya” dan menyetujui. Ketahuilah “tidak menolak” atau “diam” saat keadaan ini terjadi juga merupakan salah satu bentuk Abusive Relationship yang pasanganmu lakukan terhadap mu.
  3. Emotional Abuse adalah keadaan dimana pasangan atau seseorang mengancam dirimu, menghina, memonitor dirimu secara terus menerus, overprotective, stalking, selalu mengkontrol dirimu akan segala hal dan selalu mencari alasan untuk terus menemuimu adalah tindakan Abusive Relationship yang sering sekali orang tidak memahami bahwa ini merupakan salah satu jenis Abusive Relationship yang bedampak kepada kesehatan mentalmu. Emotional Abuse biasanya bertujuan untuk menjatuhkan harga diri mu dan memaksa mu untuk bergantung kepada mereka.
     
  4. Digital Abuse adalah kedaan di mana seseorang menggunakan dan memanfaatkan teknologi seperti social networking untuk mengintimidasi, merundung (bully), mengintai, serta memonitor pasangan masing masing. Digital Abuse sering kali berbentuk pelecehan verbal yang dilakukan pasanganmu yang disebarluaskan secara online di media sosial. Dalam bentuk lain Digital Abuse juga bisa dilakukan saat pasangan mu mengatur akun akun yang kamu follow dan siapa saja yang mem- follow mu di media sosial dan ingin mengetahui semua password akun social networkingmu.
     
  5. Financial Abuse adalah keadaan dimana pasangan mu sangat mengatur tentang hal-hal apa saja yang harus kamu beli dan tidak kamu beli dengan uangmu. Seringkali Financial Abuse dilakukan seseorang dengan memaksa untuk mengetahui dan mengkontrol bank account mu. Dalam arti lain pasangan mu sering memaksamu untuk membelikan sesuatu dan menggunakan uangmu tanpa izin serta selalu membuat pasanganmu membiayai kebutuhan mu.
     

Cara terbaik untuk menyadari bentuk bentuk Abusive Relationship adalah dengan cara mengenali perlakuan kejamnya terhadap dirimu dan tegaskan kepada pasanganmu bahwa dirimu terbuka untuk mendengar keluhan pasanganmu  perlunya saling mengutarakan isi hati dan bagaimana perasaanmu terhadap perlakuan pasanganmu sehingga dirimu tidak terjerumus kedalam Abusive Relationship

Lima bentuk Abusive Relationship di atas adalah tanda bahwa dirimu terjebak di dalam hubungan Abusive Relationship, jika kamu menyadari bahwa kamu mengalaminya maka ada baiknya jika kamu bercerita dengan orang terdekat dan perjuangkanlah hak mu untuk berani angkat bicara dan keluar dari hubungan tersebut.

Pengirim: Verzalia Rosalind / Mahasiswi London School of Public Relations Jakarta
E-mail: verzalia.echa@gmail.com