Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Theresa Yessivania
Suasana di Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Kamis (6/6). [ANTARA FOTO/Galih Pradipta]

“Negara maju bukan tempat di mana orang miskin memiliki mobil. Negara maju adalah di mana orang kaya menggunakan transportasi umum.” – Gustavo Petro

Apakah MRT Jakarta sudah sebanding dengan subway New York yang kerap digunakan oleh selebriti papan atas Amerika Serikat?

Membayangkan transportasi umum di Jakarta, pasti membuat pusing. Kegiatan berdesak-desakan, waktu berangkat yang tidak pasti dan sampai yang tidak tentu, disebabkan kondisi jalan yang macet. Pada akhirnya orang memilih untuk menggunakan transportasi pribadi. Hasilnya? Jakarta semakin macet.

Sadar atau tidak, dewasa ini kondisi transportasi umum di Jakarta sudah mulai berubah. Moda Raya Terpadu Jakarta (Jakarta Mass Rapid Transit) adalah transportasi umum menggunakan kereta rel listrik yang mulai beroperasi secara komersial pada 1 April 2019.

Posisi Jakarta yang dulunya kota termacet ke-4 di dunia, kini menjadi kota ke-7 menurut TomTom Traffic Index. Namun tidak sampai di situ saja. “Diharapkan kedepannya, tidak lagi masuk 10 besar,” ungkap Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar pada Kuliah Umum Mahasiswa D-IV PKN STAN di Depo PT MRT Jakarta.

Apa sih yang sudah dilakukan oleh BUMD ini yang membawa perubahan yang begitu signifikan di kota Jakarta? Menurut William Sabandar, hal yang paling utama agar kepemimpinannya berhasil adalah memiliki visi dan misi yang kuat. Visi  dan misi PT MRT Jakarta  tercermin dalam slogannya: Increasing Mobility, Improving Life Quality.

Bagaimana MRT Jakarta bisa meningkatkan kualitas hidup?

Tiga competitive advantage yang ditawarkan MRT Jakarta yaitu ketepatan waktu, kenyamanan, dan tarif.

Jadwal kedatangan dan keberangkatan MRT Jakarta 100% tepat waktu. Ini dapat terwujud dengan adanya kerja sama antara Operation Control Center sebagai pihak yang mengendalikan pergerakan kereta dengan pihak yang ada di stasiun MRT Jakarta.

Keunggulan kedua adalah kenyamanan.  Penumpang akan merasa nyaman dalam MRT Jakarta yang dapat bergerak dengan kecepatan tinggi namun tetap stabil. Kursi prioritas sampai dengan toilet umum juga mempertimbangkan kenyamanan kaum lansia, penyandang disabilitas, ibu hamil dan ibu membawa anak. Penumpang juga akan merasa nyaman ketika keluar dari MRT Jakarta karena stasiunnya yang bersih. Kebersihan stasiun dapat terwujud dengan meletakkan tempat sampah di luar stasiun.

William Sabandar mengungkapkan keunggulan ketiga adalah tarifnya.  Harga tiket MRT sewajarnya diperkirakan sekitar Rp. 30.000 apabila disesuaikan dengan kualitas layanan. Namun ternyata tiket dapat diberikan dengan harga rata-rata sekitar Rp. 10.000. Ini bentuk strategi cost leadership, yaitu memberikan layanan terstandarisasi dengan biaya yang rendah. Harga tersebut bisa diberikan kepada masyarakat dengan dukungan dari pemerintah serta pendapatan non tiket. Pendapatan non tiket sendiri berasal dari penyediaan ruang iklan, retail, dan naming rights di stasiun-stasiun MRT Jakarta.

Tak hanya memiliki beberapa keunggulan, ternyata MRT Jakarta didesain untuk merubah budaya masyarakat yang didorong melalui sistemnya. Adanya petunjuk di lantai stasiun tempat penumpang naik turun dari MRT bertujuan untuk mendorong budaya mengantre. Pembangunan trotoar serta lingkungan yang nyaman di sekitar stasiun bertujuan untuk mendorong budaya berjalan kaki dan meningkatkan interaksi sosial di masyarakat. Penyediaan tempat parkir sepeda bertujuan untuk mendorong budaya menggunakan kendaraan yang lebih ramah lingkungan. Pembayaran secara elektronik bertujuan untuk mendorong budaya tanpa menggunakan uang tunai. Semua hal tersebut bertujuan untuk menanamkan budaya yang baik di masyarakat.

Bagaimana MRT Jakarta bisa meningkatkan mobilitas?

Meningkatkan mobilitas artinya MRT Jakarta memudahkan masyarakat berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Caranya adalah melalui integrasi dan kolaborasi dengan penyedia transportasi lain yakni PT Transjakarta, PT Kereta Api Indonesia sampai dengan Gojek dan Grab. Integrasi ini tidak hanya menguntungkan pengguna MRT,tetapi juga pengguna jalan umum. Kemungkinan terjadi kemacetan di jalan sekitar pintu stasiun akibat penumpukan ojek akan berkurang dengan adanya transit plaza. Transit plaza yang dibangun oleh MRT Jakarta adalah titik ojek online menjemput dan menurunkan penumpang.

Dengan meningkatnya mobilitas, tentu kualitas hidup juga akan meningkat. Penghematan waktu dan uang yang semula digunakan untuk transportasi, akan memberi kesempatan agar sumber daya tersebut dialokasi ke tujuan yang lebih baik dan produktif. Pada akhirnya ini dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Sudahkah anda mencoba naik MRT Jakarta? Mari dukung transportasi umum demi perubahan Jakarta ke arah yang lebih baik. Ini bisa menjadi cara bagi Indonesia untuk perlahan-lahan berubah dari negara berkembang menjadi negara maju. Untuk perjalanan Anda berikutnya, ayo naik MRT!

Oleh: Theresa Yessivania Simarmata / Mahasiswa D-IV Politeknik Keuangan Negara STAN

Theresa Yessivania