Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Tsaniya NR
Sapardi Djoko Damono (Instagram/@Damonosapardi)

Kabar duka saat ini tengah menyelimuti dunia literasi Indonesia. Sastrawan fenomenal Sapardi Djoko Damono, mengakhiri usianya pada Minggu, (19/7/2020) pukul 09.17 WIB.

Akrab dengan sapaan eyang, Sapardi menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan. Melansir dari tribun.news, sampai saat ini belum diketahui penyebab meninggalnya Sapardi di usia ke 80 tahun.

Sapardi lahir pada 20 Maret 1940 di Surakarta adalah sastrawan besar Indonesia sekaligus akademisi dari Universitas Indonesia. Beliau pernah menjadi Dekan Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada tahun 1999-2000.

Eyang Sapardi telah meninggalkan banyak karya yang meluluhkan hati penggiat literasi Indonesia, khususnya penikmat puisi. Salah satu karya terbaik almarhum Sapardi, Hujan Bulan Juni sebuah Novel trilogi yang mengkisahkan kisah cinta Sarwono dan Pingkan.

Novel ini juga telah diadaptasi ke layar lebar, dengan 2 orang pemain utama Adipati Dolken dan Velove Vexia. Penghayatan makna pada kumpulan puisi Hujan Bulan Juni sehingga novel ini telah dialihbahasakan ke dalam empat bahasa yaitu Inggris, Jepang, Arab, dan Mandarin.

Dalam novel ini, almarhum Sapardi lihai memajaskan sajak puisinya kepada keindahan alam, seperti hujan, langit, daun, dan bunga. Di samping itu, almarhum Sapardi juga mengangkat isu perbedaan agama dalam nuansa romansa untuk memanjakan mata pembaca dalam mengikuti alur ceritanya. Sekalipun akhir cerita dari novel ini masih menggantung, akan tetapi almarhum Sapardi mengajarkan bahwa perasaan adalah fitrah dan tidak bisa dipaksa untuk beradaptasi dengan kebudayaan dan keyakinan.

Novel Hujan Bulan Juni dan karya-karya lain almarhum Sapardi akan selalu abadi di hati masyarakat Indonesia. Selamat jalan eyang, kami percaya akan setiap sajak dalam puisimu seperti dalam salah satu judulmu  ‘Pada Suatu Hari Nanti’

Pada suatu hari nanti

Jasadku tak aka nada lagi

Tapi dalam bait-bait sajak ini

Kau takkan kurelakan sendiri

Pada suatu hari nanti

Suaraku tak terdengar lagi

Tapi di antara larik-larik sajak ini

Kau akan tetap ku siasati

Pada suatu hari nanti

Impianku pun tak dikenal lagi

Namun di sela-sela huruf sajak ini

Kau takkan letih-letihnya ku cari.

Tsaniya NR