Adanya 'Tsunami Informasi' yang terdeteksi dan terlihat suatu ketidaksiapan dan kebingungan dari semua lini termasuk kesehatan dalam menghadapi pandemi Covid-19 saya pribadi menggarisbawahi bahwa komunikasi kesehatan selain diketahui sebagai bagian dari Komunikasi Massa adalah tidak lain dari model komunikasi yang peduli kepada kesehatan masyarakat. Menurut saya komunikasi kesehatan diperlukan untuk memahami pola penanganan kesehatan masyarakat dan sebagai panduan untuk bertindak melakukan sesuatu dalam masa pandemi ini.
Covid-19 menjadi realitas penyakit yang mengubah struktur sosial masyarakat. Perilaku sosial berubah, begitu pun kohesi sosial. Cara (usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custom) turut beradaptasi
Masyarakat kesehatan membutuhkan informasi yang jelas dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini. Karena itu menurut saya, para praktisi komunikasi kesehatan harus sungguh memahami informasi dan layanan kesehatan secara bersama. Seperti para pembicara lainnya, dan juga saya menegaskan bahwa hoaks harus diperangi sehingga kebutuhan masyarakat akan informasi dan layanan kesehatan didapat secara seutuh.Intinya begini bahwa komunikasi kesehatan saat pandemi mengalami suatu permasalahan dengan adanya banyak informasi yang datang dan sulit dibendung.
Banyak “noise” dalam berita dan di awal pemerintah pun tidak siap untuk menangkalnya. Semua orang berbicara tentang kesehatan dari sekadar meneruskan pesan bahkan menambahkan pesan tersebut dan beberapa yang tidak kompeten terutama di media pertemanan seperti WA Group yang bisa menambah masalah. Semua mendadak ingin berbicara dan menjadi "ahli" di masalah tersebut. Dalam berkomunikasi seharusnya seorang komunikator mengetahui siapa dirinya dan siapa lawan yang diajaknya untuk berkomunikasi.
Di dalam manajemen rumah sakit juga terdapat berbagai permasalahan komunikasi dengan sejawat yang bertugas di pelayanan fungsional maupun di struktural manajemen. Dengan banyaknya perubahan perkembangan penyakit yang bisa setiap hari bahkan menit, menimbulkan "kegaduhan" di rumah sakit sendiri. Pernyataan tersebut harus ditangkis oleh komunikator kesehatan dengan cepat dan tepat serta orang yang kompeten karena bicara kesehatan itu milik semua kalangan dan kalangan medis saat ini sangat dibutuhkan di lapangan sebagai garda depan dalam pelayanan juga penyampaian informasi yang akurat, cermat dan tepat sesuai dengan keilmuannya kepada masyarakat. Dan bicara kesehatan harus dengan melakukan kolaborasi tdk menyalahkan akan suatu keadaan dan menghilangkan keegoisan masing2 untuk dapat bersama melawan pandemi.
Kemudian adanya Exit strategy yang dilakukan pemerintah saat ini dengan adanya istilah adaptasi kebiasaan baru,jika skenario itu menjadi pilihan sambil menunggu vaksin Covid-19 ditemukan, maka kolaborasi dari semua pihak menjadi syarat wajib. Tidak hanya pemerintah, tetapi masyarakat pun harus menjalankan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan dengan sangat ketat. Jika tidak ada kolaborasi, kasus terinfeksi Covid-19 akan semakin parah peningkatannya seperti yang diprediksi oleh para ahli kesehatan.Kita tahu kesehatan bukan hanya milik para dokter atau perawat akan tetapi berbicara kesehatan adalah milik semua bidang ilmu dari sudut pandang mereka masing-masing, tentunya masalah medis itu yang menjadi tanggung jawab sejawat dokter maupun perawat yang berada di garda depan dalam menghadapi pandemi ini.
Sering terdapat beda pendapat dan pernyataan yang terburu-buru terlihat beberapa kali dikeluarkan oleh komunikator kunci dalam bidang kesehatan. Dari perspektif komunikasi krisis, pola komunikasi terutama dari komunikator kesehatan kunci itu layak kiranya menjadi bahan pembelajaran bagi setiap aktor negara di masa depan untuk meningkatkan kompetensi komunikatifnya.
Sedangkan tugas sebagai komunikator kesehatan dan darurat masyarakat adalah menawarkan informasi yang dibutuhkan dan melawan perilaku berbahaya.
Demikian catatan kecil saya di saat pandemi ini sedang panas-panasnya di beritakan bukan hanya di negara ini saja tapi bahkan seluruh dunia.
Oleh: dr. Enrico A. Rinaldi,M.A.R.S.,M.H.,CHRM. Mahasiswa Doktoral Ilmu Komunikasi,praktisi sumber daya manusia dan pemerhati hukum kesehatan
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Cak Imin Akui BPJS Kesehatan Belum Bisa Diklaim untuk Pengobatan Judol di Beberapa RS
-
Rumah Sakit Gaza Batasi Layanan dan Terancam Tutup, Bahan Bakar Hanya Cukup 2 Hari!
-
Viral Sosok Hitam Menyerupai Anak Kecil Terekam CCTV Rumah Sakit, Benarkah Itu Hantu atau Fenomena Pareidolia?
-
Rumah Sakit Swasta Indonesia Mengalami Pertumbuhan Pesat, Fokus pada Transformasi Layanan Kesehatan
-
Tewas di Pohon Warga, Staf RS di Lombok Timur Akhiri Hidup Diduga karena Asmara
News
-
Satukan Dedikasi, Selebrasi Hari Guru di SMA Negeri 1 Purwakarta
-
Dari Kelas Berbagi, Kampung Halaman Bangkitkan Remaja Negeri
-
Yoursay Talk Unlocking New Opportunity: Tips dan Trik Lolos Beasiswa di Luar Negeri!
-
See To Wear 2024 Guncang Industri Fashion Lokal, Suguhkan Pengalaman Berbeda
-
Harumkan Indonesia! The Saint Angela Choir Bandung Juara Dunia World Choral Championship 2024
Terkini
-
PSSI Targetkan Timnas Indonesia Diperingkat ke-50 Dunia pada Tahun 2045 Mandatang
-
Review Gunpowder Milkshake: Ketika Aksi Bertemu dengan Seni Visual
-
Memerankan Ibu Egois di Family by Choice, Kim Hye Eun: Saya Siap Dihujat
-
3 Serum yang Mengandung Tranexamic Acid, Ampuh Pudarkan Bekas Jerawat Membandel
-
3 Varian Cleansing Balm Dear Me Beauty untuk Kulit Kering hingga Berjerawat