Kota Yogyakarta merayakan ulang tahun ke-264 pada hari ini (7/10). Bekas ibu kota Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat ini telah melewati berbagai perkembangan dan perubahan zaman.
Sejarah mencatat bahwa kota Yogyakarta mulai dibangun pada 13 Maret 1755. Saat itu, Pangeran Mangkubumi yang kelak bergelar Sri Sultan Hamengkubuwana I memerintahkan rakyat untuk membuka lahan di wilayah antara Beringan dan Pesanggrahan Garjitowati. Kelak wilayah tersebut menjadi kompleks Keraton Ngayogyakarta seperti yang dapat kita lihat saat ini.
Pembangunan kompleks Keraton berjalan dalam waktu kurang lebih satu tahun. Tepat pada 7 Oktober 1756, 264 tahun yang lalu, Sri Sultan Hamengkubuwana I berkenan untuk menempati kompleks Keraton yang baru saja rampung.
Yogyakarta pernah jadi ibu kota RI
Dalam perkembangan selanjutnya, kota Yogyakarta telah melewati peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia.
Mungkin peristiwa paling penting yang terjadi di kota Yogyakarta adalah ketika mendapat kedudukan sebagai ibu kota Republik Indonesia. Sejak Januari 1946 hingga Desember 1949, Yogyakarta menjadi kediaman resmi Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan Indonesia.
Pemilihan lokasi ibu kota di Yogyakarta merupakan hasil pertimbangan keamanan. Pada saat itu, kota Jakarta hampir sepenuhnya diduduki oleh tentara Sekutu dan Belanda. Keselamatan Presiden menjadi hal yang genting.
Presiden Sukarno dalam otobiografinya menuturkan bahwa pemindahan ibu kota harus dilakukan dan Yogyakarta memenuhi kriteria sebagai ibu kota negara.
Setelah peristiwa Konferensi Meja Bundar, tepatnya di bulan Desember 1949, peranan Yogyakarta sebagai ibu kota negara berakhir dengan kembalinya Presiden dan jajaran pemerintah ke Jakarta.
Yogyakarta kini
Setelah 264 tahun, Yogyakarta telah mengalami perubahan yang signifikan. Wilayah yang dahulunya hanya meliputi kawasan Keraton dan sekitarnya, kini telah berkembang menjadi kota besar dengan fasilitas umum yang lengkap.
Dewasa ini Yogyakarta dikenal sebagai kota tujuan wisata di Indonesia. Berbagai objek wisata tersebar di kota Yogyakarta dan daerah kabupaten di sekitar Yogyakarta. Tak heran jika saat liburan, kota ini akan dipadati wisatawan menghabiskan liburan di kota gudeg ini.
Sektor pariwisata di kota Yogyakarta memiliki pengaruh yang cukup besar bagi masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya. Hal ini terbukti ketika awal pandemi Covid-19. Bagi Anda yang tinggal di wilayah DIY, barangkali anda pernah menyaksikan bagaimana kawasan wisata ditutup dan Yogyakarta menjadi kota yang sepi.
Meski kini wisata sudah dibuka, namun tentu dampak kerugian akibat penutupan kawasan wisata beberapa bulan lalu masih dirasakan oleh masyarakat kota Yogyakarta hingga sekarang.
Di hari spesial ini, kita berharap semoga semua warga kota Yogyakarta mampu bangkit dari permasalahan yang dihadapi dan dapat membangun kotanya sendiri menjadi kota yang semakin lebih baik.
Sekali lagi, selamat ulang tahun Kota Yogyakarta!
Baca Juga
Artikel Terkait
-
CEK FAKTA: Presiden Prabowo Pakai Dana Haji untuk Lanjutkan Bangun IKN
-
Berkaca dari Menteri Pariwisata, Pentingkah Pejabat Publik Kuasai Public Speaking?
-
Apa Pekerjaan Widi Wardhana Sebelum Jadi Menpar? Kualitas Public Speaking Ramai Disorot
-
Psikolog Lita Gading Kritik Tajam Kemampuan Bicara Menteri Pariwisata Widiyanti di Depan Umum
-
Grogi Berbahasa Inggris, Harta Kekayaan Menteri Pariwisata Widiyanti Sentuh Rp 5,4 Triliun
News
-
Kode Redeem Genshin Impact Hari Ini, Hadirkan Hadiah Menarik dan Seru
-
Pasar Literasi Jogja 2025: Memupuk Literasi, Menyemai Budaya Membaca
-
Bukan Hanya Kembali Suci, Ternyata Begini Arti Idulfitri Menurut Pendapat Ulama
-
Contoh Khutbah Idul Fitri Bahasa Jawa yang Menyentuh dan Memotivasi
-
Hikmat, Jamaah Surau Nurul Hidayah Adakan Syukuran Ramadhan
Terkini
-
Review Novel 'TwinWar': Pertarungan Harga Diri di Balik Wajah yang Sama
-
Piala Asia U-17: Timnas Indonesia Kembali Gendong Marwah Persepakbolaan Asia Tenggara
-
Ulasan Webtoon Our Secret Alliance: Perjanjian Palsu Ubah Teman Jadi Cinta
-
Pemain PC Kini Bebas dari PSN! Sony Ubah Kebijakan Akun PlayStation
-
Timnas Indonesia, Gelaran Piala Asia dan Bulan April yang Selalu Memihak Pasukan Garuda