Setahun yang lalu pada tahun 2019, ASEAN melaksanakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Bangkok, Thailand. KTT ASEAN ini dilaksanakan pada tanggal 2–4 November yang sudah terlaksana untuk yang ke-35. KTT ASEAN ini dihadiri oleh para pemimpin negara termasuk dari pemimpin Indonesia yaitu Presiden Ir. Joko Widodo.
KTT ASEAN ke-35 di Bangkok mengusung tema “Memajukan Kemitraan untuk Keberlanjutan” di mana ada tiga dokumen utama yang sudah disekapakati sebelumnya pada KTT ASEAN ke-34 yaitu Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik, Deklarasi Bangkok tentang Memerangi Limbah Laut Kawasan ASEAN, dan yang terakhir Kerangka Aksi ASEAN tentang Limbah laut.
Di sini Indonesia ikut memprakarsai konsep kerjasama yaitu Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik yang didasarkan pada keterbukaan, inklusif, serta menjujung hukum internasional.
Di tilik dari sejarah terbentuknya, ASEAN merupakan sebuah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara. Sebelum tahun 1967, negara-negara di kawasan Asia Tenggara menghadapi berbagai macam permasalahan seperti konfrontasi Indonesia-Malaysia pada masa pemerintahan Presiden pertama Indonesia yaitu Ir. Soekarno, jatuhnya Vietnam Utara ke tangan Komunis dan masih banyak lagi.
Sebelum terbentuknya ASEAN, beberapa kali muncul organisasi regional yang muncul seperti SEATO yang dibentuk pada 8 September 1954 di Manila.
Anggota dari SEATO ini adalah Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Australia, Selandia Baru, Pakistan, Thailand, dan Filipina. Namun yang perlu digaris bawahi adalah bahwa hanya ada dua negara dari Asia Tenggara saja yang tergabung di dalam organisasi ini.
SEATO yang menjadi organisasi regional pertama di kawasan Asia Tenggara tidak bisa mencakup semua negara di kawasan Asia Tenggara sehingga Perdana Menteri Malaysia, tengku Abdul Rahman berkunjung ke Filipina pada tahun 1959.
Ia mengajak pembentukan organisasi kerjasama yang dapat melindungi dan memperjuangkan kepentingan nasional. Ususan itu hanya disetujui oleh dua negara yaitu Filipina dan Thailand sehingga pada tanggal 31 Juli 1961 dibentuk ASA (Association of Southeast Asia).
Penolakan dari beberapa negara didasari bahwa ASA dianggap sebagai bawahwan SEATO dan sebuah organisasi imperialis. Namun sayangnya karena ada konfrontasi antara Malaysia dengan Filipina membuat organisasi kerjasama internasional ini berhenti.
Setelah berhentinya ASA, Malaysia berusaha membuat organisasi lagi dengan nama Maphilindo yaitu kepanjangan dari Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Organisasi ini berdiri setelah pada tahun 1963 ketiga negara ini mengadakan pertemuan di Manila, Filipina. Sayangnya organisasi ini harus berhenti setelah konfrontasi Indonesia dengan Malaysia serta tidak lagi adanya kerjasama dengan Malaysia.
Konfrontasi ini juga memicu Indonesia untuk keluar dari PBB sehingga merusak citra politik luar negeri Indonesia di mata dunia. Setelah terjadi peristiwa G30 S di Indonesia, pemerintahan Soeharto dimulai. Pemerintahan ini berusaha melaksanakan politik luar negeri secara baik dan benar.
Dari pemerintahan baru ini, perlahan konfrontasi dengan Malaysia juga semakin membaik dan Indonesia kembali ke PBB. Dari sini juga dimulai kembali penataan kembali tentang organisasi regional di kawasan Asia Tenggara.
Peran Indonesia dalam pembentukan ASEAN ini adalah yang menarik perhatian. Setelah perubahan besar di Indonesia dengan bergantinya pemerintahan baru oleh Soeharto maka Indonesia mulai mengembalikan citra politik luar negerinya.
Indonesia mengajak beberapa negara di kawasan Asia Tenggara seperti Singapura, Filipina, Thailand, Malaysia, Kamboja, dan Myanmar untuk tergabung dalam suatu wadah organisasi.
Sayangnya, Kamboja dan Myanmar memilih untuk tidak ikut. Kelima negara ini akhirnya mengadakan pertemuan di Bangkok, Thailand.
Sebelumnya, kelima negara sempat mengutarakan pendapat yang berbeda tentang pernyataan Indonesia yang menentang pasukan asing ke kawasan Asia Tenggara.
Namun, akhirnya kelima negara ini tetap mengadakan pertemuan di Bangkok pada 5–8 Agustus 1967 dan membentuk wadah organisasi bernama ASEAN (Association of Southeast Asian Nations).
Peran Indonesia benar-benar besar terhadap terbentuknya ASEAN di mana dengan organisasi ini diharapkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara dapat berkembang ke arah yang lebih maju tak terkecuali untuk Indonesia yang dapat memberikan kembali harapan tentang politik luar negeri yang sesungguhnya.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
ASEAN Club Championship Resmi Mundur Lagi ke 2022
-
AFF Kongres Virtual, Jadwal Piala AFF & ASEAN Club Championship Diputuskan
-
Tukar dengan India, Indonesia akan Menjabat Presiden G20 di Tahun 2022
-
Update Covid-19 Global: Infeksi Harian Indonesia Tertinggi di Negara ASEAN
-
Donald Trump Sempat-sempatnya Bermain Golf saat KTT G20 Arab Saudi
News
-
Pandji Pragiwaksono Sebut Pembunuh Charlie Kirk Ada di Indonesia, Kok Bisa?
-
Pidato Tegas Prabowo di PBB: Desak Dunia Akui Palestina, Siap Kirim Pasukan Perdamaian
-
Sumitronomics: Strategi Menkeu Purbaya untuk Genjot Pertumbuhan Ekonomi
-
Jelajahi Agrisymphony 2025: Pagelaran Festival Terbesar Siap Sambut Dies Natalis IPB University!
-
Mahfud MD Kasih Dua Jempol untuk Prabowo: Ada Apa Ini?
Terkini
-
The Power of Selebrasi: Menghidupkan Gelora Energi di Lapangan Futsal
-
PSIM Yogyakarta, Kejutan Awal Musim dan Pertanda Bakal Munculnya Kuda Hitam Kompetisi?
-
Futsal dan Healing: Cara Seru Pria Lepas Penat dan Usir Stres!
-
Soal SD Rasa CPNS! Curhat Ibu Viral Bongkar Kurikulum Pendidikan yang Bikin Geleng Kepala
-
Es Goyang 'Iki Panggung Sandiwara', Jajanan Jadul Naik Kelas di Pasar Kangen Jogja