Di saat banyak daerah mulai kehilangan sumber air bersih, warga Desa Kahuman di Kecamatan Ngawen, Klaten, justru punya cara sendiri untuk merawatnya.
Bukan melalui program besar, melainkan lewat tradisi yang tahun ini menggelar perayaan ke-1159, yaitu Merti Ngupit.
Bagi masyarakat setempat, Merti Ngupit bukan sekadar tradisi. Ini adalah cara mereka mengucap syukur, menjaga alam, dan mengingat bahwa air adalah sumber kehidupan yang tak boleh hilang.
Rangkaian kegiatan Merti Ngupit telah berlangsung sejak awal November 2025. Tradisi ini bukan hanya seremoni tahunan, tetapi wujud kesadaran bersama untuk menjaga mata air dan ruang hidup desa.
Berbagai kegiatan digelar, mulai dari perlombaan anak dan remaja, Ngupit Bersholawat, hingga pementasan seni seperti Karawitan, Tari Pisungsung Upit, dan Ketoprak.
Semua ini bukan sekadar hiburan, melainkan ruang belajar lintas generasi. Di dalamnya, anak-anak diajak mengenal desa sebagai ruang hidup yang harus dijaga, bukan hanya tempat tinggal.
Kirab Budaya dan Falsafah Sedulur Papat Limo Pancer
Puncak prosesi dilaksanakan pada Minggu (09/11/2025) melalui kirab budaya yang dimulai dari MI Muhammadiyah Kahuman dan berakhir di Balai Desa.
Sekitar 1.200 peserta ikut ambil bagian, mulai dari warga, tokoh agama, perangkat desa, unsur Muspika, hingga pelajar satu Kecamatan Ngawen.
Sebanyak 26 rombongan berjalan membawa gunungan hasil bumi dan berbagai pernak-pernik lainnya. Inti prosesi berlangsung di Sumber Pengilon, mata air yang selama ratusan tahun menjadi penopang pertanian dan kebutuhan rumah tangga warga.
Dalam prosesi itu, warga membawa air dan tanah dari empat penjuru desa untuk kemudian disatukan di sumber utama. Ritual ini menegaskan falsafah Sedulur Papat Limo Pancer, bahwa manusia tidak hidup sendirian, tetapi terhubung dengan air, tanah, dan sesama.
Menanam Beringin, Menanam Harapan
Bagian paling simbolik dari Merti Ngupit adalah ketika air dan tanah yang disatukan tadi dibawa ke pelataran Balai Desa untuk menanam pohon beringin.
Akar beringin yang dapat menahan tanah dan menyimpan air menjadi simbol komitmen warga untuk menjaga lingkungan.
Dalam prosesi itu, Dalang Jawahir menampilkan fragmen wayang “Wahyu Tirta Wening.” Penampilan ini menceritakan bahwa mengelola sumber kehidupan dengan baik adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya satu orang saja.
“Desa Kahuman adalah salah satu desa tua di Klaten. Tradisi ini sebagai pengingat bahwa desa punya cara untuk menjaga air dan kehidupan,” tutur Lurah Wedoyo Joko Sumitro.
Pegiat seni, Rohani, mengungkapkan tentang pentingnya menjaga tradisi ini. Baginya, air adalah sumber kehidupan, dan menjaga tradisi seperti ini berarti ikut merawat kehidupan itu sendiri.
“Kami sadar dunia berubah. Tapi justru karena perubahan itu, tradisi harus tetap ada. Anak-anak harus tahu bahwa desa ini hidup karena air. Kalau air hilang, kita semua hilang,” ujarnya.
Di tengah menurunnya kualitas air tanah akibat eksploitasi dan perubahan iklim, Merti Ngupit hadir bukan hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga bentuk perlawanan terhadap krisis ekologis.
Ketika banyak pihak mencari solusi di luar, warga Kahuman menunjukkan bahwa jawabannya bisa dimulai dari dalam yaitu menjaga sumber air, menanam pohon, dan menjalin kebersamaan.
Baca Juga
-
Campaign Bullying Tidak Sama dengan Jokes: Bercanda Boleh, Menyakiti Jangan
-
Kamu Hobi Healing? Jusuf Hamka Ingatkan Pentingnya Menabung untuk Masa Tua
-
Mager Mix and Match, Aurel Hermansyah Percayakan Style ke Atta Halilintar
-
Kevin Hillers Ungkap Trauma Asmara, Pernikahan Tak Lagi Jadi Prioritas!
-
Prilly Latuconsina Buka-Bukaan Soal Bisnis Kapalnya: Untung Rugi Naik Turun Bak Main Saham!
Artikel Terkait
-
Sebut Kejagung Layak Tetapkan Sri Mulyani Tersangka, OC Kaligis: Masa Anak Buah yang Dikorbankan?
-
PLN Hadirkan Terang di Klaten, Wujudkan Harapan Baru Warga di HLN ke-80
-
Insiden MG ZS EV "Terbang" ke Lobi Hotel: Pelajaran Mahal Buat yang Baru Pindah ke Mobil Listrik
-
Tradisi Bertemu Inovasi: Ritual Kecantikan Modern dari Filosofi Teh Bangsawan
-
Menguak Potensi Krisis Air Bersih di Balik Kecanggihan AI
News
-
Lestarikan Bahasa Daerah, Mahasiswa Unila Gelar Layar Sastra Dua Bahasa
-
Akuntansi Keuangan, Manajemen, atau Perpajakan: Mana yang Cocok untuk Anda?
-
Fenomena Gen Z Rela Kerja Lembur Demi Bisa Berlibur, Tren yang Sepadan?
-
Bukan Drama, Ini 5 Respons Penyintas Trauma yang Sering Disalahpahami
-
7 Kebiasaan Finansial yang Terbukti Membantu Anda Cepat Kaya Raya
Terkini
-
Kingdom Season 6 Berakhir, Sekuel Anime Umumkan dalam Tahap Produksi
-
Liburan ke Anyer? Ini 5 Hotel Nyaman dengan View Pantai untuk Bersantai
-
CERPEN: Walaupun Hidup Memang Tidak Pernah Mudah
-
Salip Film Pertama, Pemain Agak Laen Siap Mengabdi di Panti Jompo
-
Review Cashero: Aksi Heroik Lee Jun Ho Selamatkan Nyawa dengan Uang Tunai