Masa pandemi seperti saat ini, pasti kamu sering merasa bosan. Terlalu lama berada di dalam rumah tanpa dibarengi dengan suatu kegiatan tidak hanya membuat bosan tetapi juga stress. Namun, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi stress ketika pandemi seperti ini. Membaca buku merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan. Membaca buku bisa membuat kamu sukar merasakan cepatnya waktu berlalu, tidak membutuhkan banyak energi, mendapat ilmu baru dan banyak manfaat lainnya.
Jika kamu merupakan penyuka buku yang mengangkat tentang keadilan wanita, maka buku-buku karya Ayu Utami bisa menjadi rekomendasi yang tepat untuk anda. Ayu Utami merupakan salah satu penulis yang mengangkat tema feminisme sejak tahun 1998. Buku pertamanya, Saman, berhasil meraih pengehargaan Roman Terbaik di DeWan Kesenian Jakarta di tahun 1988.
Ayu Utami merupakan salah satu penulis yang sangat berpengaruh di Indonesia. Ia dikenal dengan pemikirannya yang berasal dari sudut pandang seorang perempuan. Ayu Utami yang lahir di Bogor pada tahun 1968 ini merupakan seorang novelis, penulis esai dan kolom, serta aktivis dalam menyuarakan isu-isu perempuan.
Ayu Utami sudah banyak mengkritik dan merasakan ketidakadilan mengenai bagaimana perempuan dianggap rendah dan tabu untuk menyuarakan apa yang mereka rasakan. Ia ingin adanya kesamaan hak yang didapat oleh perempuan dan laki-laki. Pada masanya perempuan ditekankan oleh sistem patriarkis yang membuatnya merasa gelisah.
Melalui novelnya, Ayu Utami menyeruakan pendapatnya terhadap apa yang ia rasakan sebagai perempuan. Saman merupakan novel pertama yang ia luncurkan dan novel ini sempat membuat heboh sastra Indonesia karena mengundang banyak kontroversi. Novel ini dianggap dapat mendorong para wanita untuk menyadari hak-haknya dan memberontak dari posisi mereka yang inferior dalam budaya yang dianut oleh masyarakat Indonesia.
Berkat novelnya juga, muncul adanya istilah Sastra Wangi. Sastra Wangi ditujukan untuk penulis perempuan dalam menyampaikan ideologinya tentang feminisme. Sastra Wangi juga merupakan sebutan bagi karya sastra yang berusaha membinasakan cara pandang orang-orang yang menyudutkan perempuan. Ayu Utami mengangkat topik yang dianggap tabu dalam tulisannya, yaitu hak perempuan, kritik pada pemerintah, agama dan budaya.
Terdapat pernyataan yang menganggap bahwa perempuan itu makhluk lemah, kurang mampu, emosional dan harus dilindungi. Hal ini membawa pemikiran bahwa perempuan tidak mampu memutuskan sesuatu sendiri sehingga perempuan harus dipimpin oleh laki-laki. Itu semua berawal dari pemahaman yang salah. Pemahaman yang salah tersebut berlindung di balik alasan untuk melindungi atau memuliakan perempuan. Dari novel-novel karya Ayu Utami ini dapat membawa energi keberanian baru bagi perempuan untuk keluar dari rumah dan mengambil hak-haknya.
Melelui novelnya, Ayu Utami bertujuan untuk mendalami dan memahami bagaimana setiap perempuan memiliki kebebasan dalam hidupnya. Kebebasan perempuan ini terlepas dari bayang-bayang deskriminatif antara laki-laki dan perempuan. Ia mengungkapkan bahwa perempuan telah berada di bawah penindasan masyarakat yang patriarkal.
"Dunia ini penuh dengan orang jahat yang tidak dihukum. Mereka berkeliaran. Sebagian karena tidak tertangkap, sebagian lagi memang dilindungi, tak tersentuh hukum, atau aparat," kata Ayu Utami.
Novel karya Ayu Utami ini menawarkan model berpikir yang disebut dengan spiritualisme kritis. Ia menggali nilai-nilai kelokalan yang ada di Indonesia untuk diterapkan dan disesuaikan di kehidupan modern. Dilihat dari perkembangan zaman pada saat ini, masyarakat dan juga pemerintah harus memberikan perlindungan terhadap perempuan. Sehingga walaupun tanpa adanya laki-laki sebagai suami untuk melindungi, perempuan sudah mendapatkan perlindungan dari negara yang diatur dalam undang-undang.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Review Novel 'Jane Eyre': Ketika Perempuan Bicara soal Harga Diri
-
Ulasan Novel Perempuan di Titik Nol: Membongkar Dunia Patriarki bagi Wanita
-
Berkat Program Klasterkuhidupku BRI, Klaster Usaha Tenun Ulos Ini Sukses Berdayakan Perempuan
-
Kepingan Mosaik Keadilan Reproduksi bagi Perempuan Korban Kekerasan Seksual
-
All Girls All Around: Ketika Lari Menyatukan dan Menguatkan Perempuan
News
-
Mahasiswa PPG FKIP Unila Asah Religiusitas Awardee YBM BRILiaN Lewat Puisi
-
Jobstreet by SEEK presents Mega Career Expo 2025: Temukan Peluang Kariermu!
-
Sungai Tungkal Meluap Deras, Begini Nasib Pemudik Sumatra di Kemacetan
-
Record Store Day Yogyakarta 2025, Lebarannya Rilisan Fisik Kini Balik Ke Pasar Tradisional
-
Kode Redeem Genshin Impact Hari Ini, Hadirkan Hadiah Menarik dan Seru
Terkini
-
Review The Bondsman: Dibangkitkan dari Kematian Oleh Iblis
-
Gili Trawangan, Wisata Incaran Turis Lokal Maupun Mancanegara di Lombok
-
Rilis Juni Ini, Stray Kids Siap Comeback Lewat Album Jepang Hollow
-
Romansa Berbalut Misteri, Ini Alasan Kowloon Generic Romance Patut Ditonton
-
Sinopsis The Remarried Empress, Drama Korea yang Dibintangi Shin Min Ah dan Lee Jong Suk