Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Yudha Alvares
Ilustrasi Twitter. [Shutterstock]

Usaha Memerangi Pornografi terus dilancarkan oleh pemerintah dengan melakukan aksi blokir. Hal ini juga digencarkan oleh beberapa platform lain seperti Google yang menyedian fitur safesearch utuk membendung hal hal yang berbau mesum.

Sayangnya upaya pemerintah dan pemilik platform dalam aksi blokir, pornografi tetap saja tidak bisa hilang dari internet, khususnya media sosial. Terlebih lagi bebas nya akses yang ada di Twitter. Para pengguna mendapatkan kebebasan untuk berekspresi. Media sosial ini menjadi alternatif terbaik untuk menyebarkan dan mendapatkan konten dewasa.

Pornografi tidak diblokir di platform ini, maka tidak heran hal hal berbau pornografi sering muncul. Kita tidak tau bagaimana algoritma yang ada di Twitter sehingga bisa menjadi sebuah tren dan tagar yang muncul di pencarian Twitter.
Pornografi memang menjadi suatu ha yang menarik bagi banyak orang, terbukti dengan seringnya tagar berbau porno naik menjadi trending. Kita tidak tau kapan sebuah konten akan viral. Namun yang jelas di saat semua orang menyukai dan mencari tau hal hal ini sebuah konten mau tidak mau harus menjadi trending dan akhirnya semakin banyak orang yang tertarik dengan konten tersebut.

Tidak sedikit juga netizen yang mencari penghasilan dari media sosial. Mereka memanfaatkan pornografi sebagai konten yang banyak diminati khalayak. Mereka akan terus menerus berusaha bagaimana pornografi tetap menjadi trending, dengan cara jual beli video porno atau bahkan menyediakan jasa pemuasan Hasrat konsumen.

Hal ini tentu sangat berbahaya bagi generasi muda kita saat ini, mengingat Twitter adalah media sosial yang dapat diakses oleh siapa saja. Siapa sangka saat orang menggunakan Twitter untuk mencari berita hangat di trending, namun yang muncul adalah pornografi. Yang ditakutkan nantinya akan terbawa arus dan malah ikut menikmati pornografi tersebut.

Mauro Coletto, dalam dalam papernya berjudul “Pornography Consumption in Social Media” (2016), mengatakan bahwa media sosial memudahkan orang-orang untuk membentuk jaringan menyimpang. Salah satu topik populernya ialah pornografi.

Konten pornografi mungkin menguntungkan bagi platform media sosial, tetapi dalam hal ini anak-anak, harus menjadi pihak utama yang harus dilindungi. Jaga diri dan keluargamu dari provokasi pornografi di media sosial. Awasi adik adik mu, jangan biarkan bermain Twitter jika otaknya belum siap dan mentalnya belum dewasa.

Yudha Alvares

Baca Juga