Malioboro merupakan salah satu destinasi yang terkenal di Yogyakarta dan menjadi ikon di kota tersebut. Wisatawan asing maupun lokal, ketika berkunjung atau sekedar liburan ke Yogyakarta seperti wajib hukumnya untuk mengunjungi Malioboro. Ada beberapa penjual yang menjajakan dagangannya seperti penjual baju batik, angkringan, bakpia, dan masih banyak lagi. Pengujung biasanya akan berfoto di Titik Nol Kilometer atau di bawah plakat tulisan Jalan Malioboro.
Selain itu, ada kendaraan berupa andong dan becak yang menawarkan wisatawan untuk berkeliling dan menikmati sekitaran Malioboro. Harga yang ditawarkan untuk wisatawan pada saat ingin memgendarai andong mulai dari Rp 150.000 sedangkan untuk becak mulai dari Rp 10.000.
Wisatawan bisa membeli oleh - oleh yang dicari seperti bakpia atau kain batik untuk buah tangan keluarga dan orang terdekat, dapat mengunjungi di Pasar Bringharjo yang terletak di daerah Malioboro. Tempat ini lebih terkenal dengan wisata malamnya, sebab pada saat malam hari Malioboro menjadi lebih hidup dibandingkan pada saat siang hari. Berbelanja di area Malioboro kita bisa menawar harga untuk barang yang akan dibeli, tetapi harus pintar dalam tawar menawar.
Malioboro untuk saat ini mengalami banyak perubahan pada sekitaran tahun 2016, mulai dari lahan parkir yang dipindahkan, jam operasional untuk kendaraan lewat, sampai arah jalan yang berubah.
Pada saat sebelum tahun 2016, wisatawan dapat parkir di area pinggiran Malioboro, tetapi setelah dibangunnya pendestrian khusus untuk pejalan kaki area parkir kendaraan dipindahkan di Taman Parkir Abu Bakar Ali.
Setelah dibangunnya pendestrian tersebut, muncul banyaknya hiburan seperti grup angklung yang meramaikan Malioboro pada malam hari.
Pada saat ini selama pandemi Covid-19 berlangsung perubahan yang ada di Malioboro mengalami banyak perubahan yang signifikan, seperti Malioboro mengalami sepi pengunjung wisatawan, hiburan angklung tidak ada lagi di Malioboro, pada pukul 18.00 - 21.00 WIB kendaraan dilarang melewati area jalan Malioboro kecuali bus trans jogja, becak, dan andong.
Selain itu, rute untuk mengunjungi Malioboro juga mengalami perbedaan dibandingkan dengan sebelumnya, seperti jalan Mataram yang awalnya memiliki 2 arah menjadi 1 arah, begitu pula dengan jalan lain yang mengarah ke tempat wisata Malioboro.
Titik Nol Kilometer yang dahulu menjadi tempat berkumpulnya wisatawan untuk sekedar duduk dan menikmati suasana Malioboro atau tempat berfoto, untuk saat ini ditutup dengan pagar agar wisatawan tidak berkerumun selama pandemi Covid-19.
Titik Nurjanah - Prodi Manajemen - Fakultas Ekonomi - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Welas Asih dalam Balutan Keramahan Miss Raminten
-
Wali Kota Yogyakarta Minta Pengamen Malioboro Berkualitas di Atas Rata-Rata!
-
Unisi Hotel Rayakan Milad ke-9 dengan Semangat Berbagi dan Berbenah
-
Menjelajahi Kuliner Malam Yogyakarta: Tak Sekadar Gudeg dan Angkringan
-
Pembongkaran Parkiran Abu Bakar Ali: Antara Penataan Malioboro dan Nasib Masyarakat
News
-
Muda, Berbudaya, dan Adaptif: Tukar Akar Hadirkan Sastra yang Lebih Inklusif
-
Dinner with Strangers: Jawaban atas Tingginya Tingkat Kesepian di Yogyakarta
-
Maaf PSSI, Timnas Indonesia Memang Layak Pulang Cepat dari SEA Games Kali Ini
-
Ini 3 Top Skill yang Dicari HR Kalau Kamu Mau Mulai Karir Kerja Remote
-
Niatnya Bikin Konten Nakal di Bali, Bintang OnlyFans Ini Malah Berakhir Didenda dan Dideportasi
Terkini
-
Indra Sjafri Minta Maaf usai Timnas Indonesia Tersingkir di SEA Games 2025
-
Puaskan Penonton, Wake Up Dead Man: A Knives Out Mystery Raih Rating 94%
-
Di Antara Ombak & Bukit Hijau, Harapan Way Haru Tak Pernah Tumbang
-
Logika Sesat dan Penyangkalan Sejarah: Saat Kebenaran Diukur dari Selembar Kertas
-
Anime Black Torch Umumkan Jadwal Tayang Lewat Trailer dan Visual Baru