Di tengah canggihnya teknologi digital yang membuat minat baca masyarakat menurun, terselip sebuah karya seni yang masih diminati. Bukan seni lukis ataupun seni grafis, melainkan tulisan indah bernama sastra.
Bagi sebagian orang, sastra dianggap sebagai bahasa yang tinggi dan hanya bisa dipahami oleh kalangan tertentu. Pandangan tersebut membuat sastra terasa berjarak, terutama bagi generasi muda. Anggapan inilah yang kemudian mendorong munculnya upaya-upaya untuk menghadirkan sastra agar lebih dekat dan inklusif.
Kei Kurnia (28), pendiri Tukar Akar, mewujudkan mimpinya melalui secarik kertas berisi sastra. Baginya, sastra menjadi ruang untuk mengungkapkan perasaan lewat rangkaian kata-kata indah.
Namun, dari pengalaman dan pengamatannya, ia melihat sastra kerap dianggap hanya bisa digunakan atau dipahami oleh generasi terdahulu.
“Pada tahun 2023, aku dan beberapa teman sering ikut acara baca puisi yang diadakan komunitas Majelis Puisi. Di acara itu, rata-rata pesertanya orang tua atau orang dewasa. Sebenarnya, ruang yang diberikan sudah bagus, tapi aku merasa kurang terkoneksi dan kurang nyambung dengan generasi di atas kami,” ucap Kei.
Keresahan itulah yang kemudian mendorong Kei untuk membentuk ruang baru bagi teman-teman yang ingin berkarya dan berbagi pengalaman lewat sastra. Pada 6 Agustus 2023, menjadi saksi lahirnya sebuah ruang karya dari anak muda untuk mengenal dan memperdalam sastra.
“Kami merasa bahwa tidak banyak orang yang terjun dalam berkarya sastra. Kami menulis, tapi kami bingung menceritakan karya ini ke siapa. Di situlah Tukar Akar ada untuk mewadahi teman-teman muda, khususnya untuk saling belajar,” ucapnya.
Kini, komunitas Tukar Akar memiliki 55 anggota dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Meskipun berasal dari disiplin ilmu yang beragam, kesamaan minat dan kecintaan terhadap sastra menjadi benang merah yang menyatukan mereka.
Apa pun latar belakangnya, Tukar Akar tetap terbuka sebagai ruang belajar bersama, tempat saling berbagi, berkontribusi, dan saling mendukung.
Akbar Ariantono (22) menjadi salah satu contoh anggota Tukar Akar dengan latar belakang pendidikan yang tidak berkaitan langsung dengan sastra. Ia merupakan mahasiswa Program Studi Kesejahteraan Sosial yang secara tidak sadar memiliki keahlian di bidang sastra. Akbar pertama kali mengenal sastra saat duduk di bangku kelas 4 SD melalui membaca cerpen, novel, hingga puisi.
“Aku mulai mengenal dunia sastra, dikenalkan oleh teman saat kelas 4. Aku disuruh untuk membaca cerpennya, kemudian aku direkomendasikan beberapa novel. Awalnya, aku mau lanjut pendidikan di bidang sastra, tapi diterimanya di Kesejahteraan Sosial. Walaupun tidak berkaitan dengan sastra, aku tetap suka. Soalnya, kalau tidak ada sastra seperti tidak ada warna-warninya,” ucap Akbar.
Sikap inklusif seperti inilah yang membuat Tukar Akar menjadi ruang aman bagi anak muda. Hal ini sejalan dengan slogan yang dimiliki, yaitu “Muda, Berbudaya, dan Adaptif.” Siapa pun yang ingin belajar, walaupun tidak berasal dari latar belakang sastra, tetap memiliki kesempatan untuk belajar bersama melalui kegiatan-kiatan yang diselenggarakan.
Forum Sastra sebagai Tempat Berbagi
Forum Sastra menjadi ruang terbuka bagi siapa saja yang ingin mengenal dan memperdalam dunia sastra. Melalui forum yang digelar setiap bulan, komunitas Tukar Akar membuka ruang diskusi dan berbagi, membahas berbagai isu seputar sastra, mulai dari buku-buku sastra hingga tokoh-tokoh yang memberi inspirasi.
“Forum Sastra ini terbuka untuk umum. Siapa saja berhak untuk mengutarakan pengetahuan, opini, dan sudut pandangnya mengenai sastra. Dengan begitu, tidak ada anggapan bahwa orang tersebut sedang menggurui,” ucap Kei.
Semangat keterbukaan itu juga tercermin dalam cara Tukar Akar menjalankan kegiatannya. Tukar Akar kerap berkolaborasi dengan kafe maupun komunitas lain sebagai upaya memperluas jangkauan sastra ke ruang-ruang yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Melalui kolaborasi tersebut, Tukar Akar ingin menegaskan bahwa sastra dapat dinikmati oleh siapa saja, sekaligus membuka kesempatan bagi anak muda untuk ikut terlibat tanpa harus menjadi anggota terlebih dahulu.
Ramuan Akar Cinta: Perasaan yang Tumbuh Lewat Kata
Tak hanya menjadi ruang diskusi, komunitas Tukar Akar juga membuka kesempatan bagi para anggotanya untuk merangkai aksara menjadi sebuah karya. Kesempatan itu diwujudkan melalui penerbitan buku Ramuan Akar Cinta, sebuah kumpulan puisi yang lahir dari tulisan seluruh anggota Tukar Akar.
“Dalam pembuatan buku Ramuan Akar Cinta, buku perdana Komunitas Tukar Akar, semua anggota dilibatkan dan terbuka untuk siapa pun. Syukurnya, banyak yang antusias dan mengirimkan karya-karya terbaiknya,” ucap Kei.
Buku Ramuan Akar Cinta berisi kumpulan puisi bertema cinta dengan lingkup yang luas. Melalui buku ini, Tukar Akar memberi kebebasan kepada para penulisnya untuk mengeksplorasi makna cinta berdasarkan pengalaman personal masing-masing, pengalaman yang dekat dan bersinggungan dengan kehidupan pembaca. Kehadiran buku ini sekaligus menjadi tonggak awal bagi Tukar Akar dalam menerbitkan karya sastra pertamanya.
Kehadiran buku Ramuan Akar Cinta menjadi kelanjutan dari upaya Tukar Akar dalam menghadirkan sastra yang dekat dengan pengalaman sehari-hari. Dari ruang diskusi hingga karya yang lahir dari pengalaman personal anggotanya, komunitas ini tumbuh sebagai tempat belajar dan berbagi bagi anak muda.
Di tengah anggapan bahwa sastra kerap terasa jauh dan eksklusif, Tukar Akar hadir sebagai ruang yang membuktikan bahwa sastra dapat dirawat bersama dan dinikmati oleh siapa saja.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Dinner with Strangers: Jawaban atas Tingginya Tingkat Kesepian di Yogyakarta
-
Waspada Produk Identik AHRS Tegaskan Komitmen Lindungi Kepercayaan Konsumen
-
Komunitas Bermain Yogyakarta: Ruang Rehat Gen Z dari Gempuran Dunia Maya
-
Komunitas Boardgame Yogyakarta Bangun Ruang Interaksi di Tengah Era Gadget
-
Komunitas Bermain Yogyakarta "Ruang Pulang Anak Rantau di Kota Pelajar"
News
-
Dinner with Strangers: Jawaban atas Tingginya Tingkat Kesepian di Yogyakarta
-
Maaf PSSI, Timnas Indonesia Memang Layak Pulang Cepat dari SEA Games Kali Ini
-
Ini 3 Top Skill yang Dicari HR Kalau Kamu Mau Mulai Karir Kerja Remote
-
Niatnya Bikin Konten Nakal di Bali, Bintang OnlyFans Ini Malah Berakhir Didenda dan Dideportasi
-
Bukti Nyata Seni Inklusif: Arif Onelegz dan Lauren Russel Buktikan Setiap Tubuh Bisa Menari
Terkini
-
Di Antara Ombak & Bukit Hijau, Harapan Way Haru Tak Pernah Tumbang
-
Logika Sesat dan Penyangkalan Sejarah: Saat Kebenaran Diukur dari Selembar Kertas
-
Anime Black Torch Umumkan Jadwal Tayang Lewat Trailer dan Visual Baru
-
Cari Laptop Baru? Model Core i5 Ini Wajib Masuk Wishlist!
-
Ulasan Novel The Mint Heart: Romansa Gemas Reporter dengan Fotografer Cuek