Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Naufal Ikbar
Presiden Soekarno [Instagram Soekarno_Presidenku]

Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945 merupakan titik penting bagi perjalanan bangsa ini. Melalui proklamasi, Indonesia menasbihkan diri sebagai negara yang berdaulat.

Bangsa Indonesia telah mengorbankan banyak hal untuk sampai pada gerbang kemerdekaan. Proklamasi kemerdekaan pun harus diraih dengan tumpahan darah dan keringat.

Berbagai peristiwa penting juga mewarnai perjalanan bangsa Indonesia menuju proklamasi kemerdekaan. Dikutip dari laman Museum Perumusan Naskah Proklamasi Kemendikbud, berikut ini merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi sebelum proklamasi.

Sekutu Menjatuhkan Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki

Pada 6 Agustus 1945, sekutu memberikan serangan telak pada Jepang. Hiroshima yang merupakan salah satu kota penting di Jepang dijatuhi serangan bom atom. Ledakan dahsyat kemudian meluluhlantakkan seisi kota.

Tiga hari kemudian, sekutu kembali melancarkan serangan bom atom di kota Nagasaki. Serangan bom atom ini membuat Jepang kehilangan banyak kekuatan.

Pertemuan Tiga Tokoh Bangsa dan Jenderal Terauchi di Dalat

Jenderal Terauchi Hisaichi mengundang tiga tokoh bangsa untuk menemuinya di Markas Besar Tentara Wilayah Selatan di Dalat, Vietnam. Tiga tokoh bangsa itu yakni, Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Radjiman Wediodiningrat.

Ketiganya berangkat ke Vietnam pada 9 Agustus 1945. Mereka kemudian bertemu oleh Jenderal Terauchi pada 12 Agustus 1945. Pada intinya, dalam pertemuan itu Jepang berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Jepang Resmi Menyerah pada Sekutu

Pada 15 Agustus 1945 Kaisar Hirohito menyatakan secara bahwa Jepang telah menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Kabar ini kemudian berembus hingga ke tanah air.

Perseteruan Golongan Tua dan Golongan Muda

Kabar menyerahnya Jepang pada sekutu sampai ke telinga golongan muda. Menurut mereka ini merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya.

Golongan muda kemudian mendesak agar proklamasi kemerdekaan Indonesia dilangsungkan paling lambat pada 16 Agustus 1945. Namun, Soekarno-Hatta menolak gagasan ini.

Dwitunggal berpendapat, lebih baik menunggu hingga 24 Agustus 1945 yakni tanggal kemerdekaan Indonesia yang dijanjikan oleh Jenderal Terauchi. Selain itu, Soekarno bersikeras untuk menunggu pendapat dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada akhirnya tidak ada titik temu antara golongan tua dan golongan muda.

Peristiwa Rengasdengklok

Buntunya dialog dengan golongan tua membuat golongan muda tidak punya pilihan lain selain membawa Soekarno-Hatta ke luar kota. Rengasdengklok kemudian dipilih sebagai tempat untuk mengamankan dua tokoh bangsa itu. Peristiwa ini terjadi pada 16 Agustus 1945.

Langkah ini diambil oleh golongan muda untuk menekan Soekarno-Hatta agar bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Setelah melalui perundingan, akhirnya golongan tua bersedia untuk segera menyatakan kemerdekaan Indonesia.

Rapat di Rumah Laksamana Maeda

Pada 16 Agustus 1945 di malam hari, Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta. Bersama dengan tokoh nasional lainnya mereka berkumpul di rumah Laksamana Maeda untuk merundingkan persiapan proklamasi kemerdekaan.

Perundingan yang berlangsung sejak malam hingga pagi itu kemudian menghasilkan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Pembacaan Proklamasi

Pada 17 Agustus 1945 pukul 10 pagi, naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56. Kabar mengenai proklamasi ini kemudian segera disebarkan ke seluruh negeri.

Naufal Ikbar