Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Abidin
Ilustrasi petani (pixabay)

Bulan Agustus segera berlalu. Dalam hitungan hari, akan berganti dengan bulan September, bulan yang sarat dengan makna bagi dunia agromaritim Indonesia. Di bulan September akan diperingati Hari Tani Nasional pada tanggal 24 September yang akan datang. Hari Tani Nasional diperingati sejak tahun 1963 setelah Presiden pertama Indonesia yaitu Ir. Soekarno menerbitkan Keputusan Presiden nomor 169/1963.

Dipilihnya tanggal 24 September sebagai Hari Tani Nasional bukan tanpa alasan. Hari Tani Nasional ditetapkan sebagai penghargaan terbesar bagi para petani Indonesia, sekaligus mengenang terbitnya Undang-undang nomor 5/1960 tentang pokok-pokok agraria (UUPA).

Dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional tahun 2021, mari kita kenali industri agromaritim Indonesia. Agromaritim adalah sebuah konsep yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para petani dan nelayan Indonesia. Jika dipandang sebagai potensi sumberdaya alam, maka agromaritim merupakan kekayaan yang berpotensi kuat menjadi solusi kebangkitan ekonomi Indonesia pasca pandemi Covid-19.

Laksana peribahasa, tak kenal maka tak sayang. Begitulah nasib industri agromaritim Indonesia. Karena banyak yang tak kenal, maka banyak yang tak sayang terhadap agromaritim Indonesia. Lhooo…. Kok bisa begitu? Yaa… begitulah kenyataanya. Banyak yang memilih jadi makelar impor daripada mendukung pengembangan industri agromaritim di Indonesia.

Oleh karena itu, untuk memulai pengembangan industri agromaritim, harus diawali dengan analisis situasional atau pemetaan “kembali” terhadap potensi di setiap belahan negeri kita ini. Pemetaan menjadi langkah awal yang penting untuk mengidentifikasi potensi dan kelemahan agromaritim yang ada di setiap daerah.  

Biar semuanya kenal, mari kita identifikasi. Tapi sedikit aja ya….

Sebagai contoh, apakah ada daerah lain yang potensial untuk pengembangan industri berbasis kelapa selain di Sulawesi Utara dan Kepulauan Riau? Selain di Brebes Jawa Tengah, apakah bawang merah dihasilkan di daerah lain? Berapa potensi produksi udang di Jawa Timur? Bagaimana dengan ikan, apakah hanya potensial di Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah?

Contoh tadi baru potensi di sisi hulunya saja lho. Selanjutnya, perlu juga dipetakan jenis produk turunan yang sudah dihasilkan dari bahan baku agromaritim yang ada saat ini. Produk apa saja yang belum dikembangkan namun potensial? Kita bisa memetakan produk-produk ini menjadi pohon industri dari setiap komoditi.

Mau yang lebih menantang?

Coba kita identifikasi potensi nilai cuan dari setiap tahapan proses produksi, misalnya menggunakan peta rantai nilai (value chain map). Adakah produk antara atau bahkan limbah yang masih dapat dimanfaatkan dalam proses pembuatan produk utama? Dengan menggunakan value chain map ini kita dapat mengidentifikasi potensi pendapatan dari setiap tahapan produksi.

Bukan hanya itu yang perlu dan harus dipetakan untuk mengembangkan industri agromaritim. Pada saat yang bersamaan, kita juga harus mengenal peluang pasar serta hambatan pengembangan industri agromaritim. Produk apa saja yang sudah ada, produk yang potensial untuk dikembangkan, kompetisi di pasar, hingga hambatan masuk dan keluar dari pasar.

Terkait dengan peluang pasar, sampai hari ini saya tetap meyakini bahwa pangsa pasar di dalam negeri saja untuk produk agromaritim sangatlah besar. Bayangkan saja, dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa, Indonesia merupakan pasar yang sangat besar dan menantang bukan? Kalau saja peluang pasar ini bisa dimanfaatkan dengan baik, niscaya para petani, nelayan, dan pelaku bisnis agromaritim akan menikmati tujuan konsep agromaritim. Hmmmm…..

Semoga bukan mimpi ya….

Karena bukan isapan jempol lagi, terkadang ada saja kebijakan “aneh” yang diambil oleh penguasa. Memilih impor beras misalnya, di kala menjelang bahkan saat panen raya. Apalah daya, petani hanya bisa meratapi nasibnya. Cuan yang dibayangkan, berubah mejadi pil pahit yang terpaksa harus ditelan. Nyesek dan seddihhh rasanya kalau melihat hal ini terjadi lagi.

Hambatan pengembangan industri agromaritim di Indonesia juga terjadi dalam rantai tata niaga produk-produk agromaritim. Adanya asimetri harga antara produsen dan konsumen misalnya, menyebabkan posisi petani dan nelayan sering mengalami kerugian. Petani dan nelayan tidak bisa menentukan harga jual dari produk yang dihasilkannya. Sebaliknya konsumen juga tidak bisa membeli produk dengan harga yang wajar.

Lantas siapa yang menjadi aktor intelektualnya? Diduga kuat adalah para broker alias middleman sebagai penyebabnya. Semakin panjang rantai tata niaga, berarti semakin banyak broker yang bermain, maka harga semakin tidak wajar. Di sini lah peran pemerintah diharapkan. Misalnya menetapkan harga ecaran tertinggi (HET), mengatur supply-demand, hingga membuat sistem informasi terpadu penawaran dan permintaan produk-produk agromaritim.       

Penyakit lainnya adalah masih rendahnya rasa cinta produk dalam negeri di hati konsumen bangsa Indonesia sendiri. Terkadang ada rasa bangga mengkonsumsi produk luar negeri. Gengsi mengkonsumsi produk dalam negeri. Sehingga tidak heran, kalau pasar komoditas produk-produk agromaritim saat ini banyak dikuasai oleh produk-produk yang di setiap ujung sebutannya ada tambahan nama kota bahkan negara lain. Tahu kan contohnya?

Memang masih banyak pekerjaan rumah (PR) bagi pengembangan produk-produk industri agromaritim Indonesia. PR tersebut ada di seluruh bagian, baik hulu maupun hilir, di area on farm maupun off farm. Mulai dari kuantitas hingga kualitas. Kemasan hingga ketepatan pengiriman. Kontinuitas pasokan hingga keseragaman ukuran.   

Sudah ah, ga usah bahas yang berat-berat, kita serahkan saja ke Dilan ya. Setuju?

Sebagai akhir dari tulisan ini, saya tetap meyakini bahwa industri agromaritim adalah industri pilihan bangsa Indonesia untuk kembali bangkit dari keterpurukan ekonomi saat ini. Besarnya potensi dan peluang yang ada, akan mampu mengatasi kelemahan dan hambatan yang menghadang. Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mengembangkan potensi yang ada, menjadi tuan rumah di negeri sendiri, dan bangga menggunakan produk-produk dalam negeri.

Selamat Hari Tani Nasional untuk seluruh sahabatku para petani Indonesia. Jasa kalian sangatlah besar. Kalian adalah pahlawan untuk kita semua. Semoga perhatian pemerintah terhadap kalian, tidak kalah besar dengan jasa kalian. Mari sejahterakan petani, sejahterakan negeri.

Abidin