Setelah jurnalis Ukraina berusia 49 tahun, Yevhenii Sakun, tewas akibat serangan Rusia ke sebuah menara televisi di Kyiv pada Selasa (1/3/2022), seorang jurnalis kembali menjadi korban pasukan Rusia pada Minggu (13/3/2022). Ia adalah Brent Renaud, jurnalis dan filmmaker asal Amerika Serikat, yang tewas akibat tembakan tentara Rusia di Irpin, sebuah kota di dekat Kyiv, Ukraina.
1. Tewas tertembak di dalam mobil
Brent Renaud dan rekannya, Juan Arredondo, berada di dalam mobil dekat pos pemeriksaan dan tengah merekam para pengungsi yang melarikan diri, sebelum kemudian ditembaki. Mereka pun berusaha berbalik arah, tetapi tembakan terus berlanjut. Renaud pun mendapat luka tembakan di bagian leher.
Setelah itu Arredondo dibawa ambulans ke rumah sakit, sedang Renaud tewas seketika. Jurnalis PBS, Jane Ferguson kemudian mengatakan bahwa ia melihat jasad Brent Renaud terbaring di bawah selimut. Seorang polisi Ukraina yang marah kemudian mengatakan pada Ferguson untuk memberi tahu Amerika dan dunia, apa yang telah dilakukan pasukan Rusia terhadap jurnalis.
2. Pergi ke Ukraina untuk mengerjakan proyek dari TIME Studios
Awalnya Renaud sempat dikira bekerja untuk The New York Times karena kartu pers yang ia bawa. Namun ternyata itu adalah kartu pers lama yang dikeluarkan untuk tugas bertahun-tahun lalu.
Dilansir TIME, kepergiannya ke Ukraina kini bertujuan untuk membuat dokumenter tentang krisis pengungsi di seluruh dunia bagi TIME Studios. Renaud sendiri sudah pernah meliput dari sejumlah zona konflik termasuk Afghanistan dan Irak.
3. Renaud pernah menerima sejumlah penghargaan sepanjang kariernya
Pernah menjadi kontributor untuk sederet media kenamaan di Amerika Serikat seperti The New York Times, HBO, dan VICE, pria berusia 50 tahun asal Arkansas ini telah menerima sejumlah penghargaan untuk karya-karyanya. Kerap bekerja sama dengan sang adik, Craig, Renaud pernah memenangkan Peabody Awards pada tahun 2014 untuk program VICE News berjudul Last Chance High dan dinominasikan untuk beberapa Emmy Awards.
Banyak pihak mengeluarkan pernyataan atas kejadian ini, diantaranya Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay. Dilansir UN News, Azoulay mengatakan, “Jurnalis memiliki peran penting untuk menyediakan informasi dalam sebuah konflik, dan tidak boleh menjadi sasaran.” Ia menyerukan untuk menghormati standar-standar kemanusiaan internasional untuk memastikan jurnalis dan pekerja media terlindungi.
Baca Juga
Artikel Terkait
News
-
Muda, Berbudaya, dan Adaptif: Tukar Akar Hadirkan Sastra yang Lebih Inklusif
-
Dinner with Strangers: Jawaban atas Tingginya Tingkat Kesepian di Yogyakarta
-
Maaf PSSI, Timnas Indonesia Memang Layak Pulang Cepat dari SEA Games Kali Ini
-
Ini 3 Top Skill yang Dicari HR Kalau Kamu Mau Mulai Karir Kerja Remote
-
Niatnya Bikin Konten Nakal di Bali, Bintang OnlyFans Ini Malah Berakhir Didenda dan Dideportasi
Terkini
-
Deforestasi: Investasi Rugi Terbesar dalam Sejarah Pembangunan Indonesia
-
Bingung Pilih OOTD? Ini 5 Aplikasi Terbaik untuk Inspirasi Gaya Anda
-
Dituding Jadi Orang Ketiga, Ade Tya Bongkar Ari Lasso Ngaku Single?
-
Kata-Kata Ivar Jenner usai Timnas Indonesia Kandas di Fase Grup SEA Games
-
Ulasan Novel Timun Jelita: Bukti Mengejar Mimpi Nggak Ada Kata Terlambat!