Kolaborasi dari pihak eksternal dibutuhkan untuk mempercepat pembangunan Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur. Keterbatasan kapasitas fiskal bikin pemerintah daerah bergantung pada bantuan organisasi non-pemerintah (LSM) dan lembaga donor guna mengatasi tantangan serta mengoptimalkan potensi lokal yang melimpah.
Pernyataan tersebut disampaikan Wakil Bupati Sabu Raijua Thobias Uly saat menerima audiensi Sekretariat Nasional Global Environment Facility Small Grants Programme (GEF SGP Indonesia) di Kantor Bupati Sabu Raijua, NTT, Senin (21/7).
"Kami sangat membutuhkan dukungan karena kapasitas fiskal kami sangat rendah. Kami hanya mengandalkan dana dari pusat dan sumber daya alam yang ada. Kami tidak punya banyak dana untuk membangun daerah ini," ujar Thobias Uly.
Dukungan serupa disampaikan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sabu Raijua, Victor Rada Muri. Victor menekahkan peran krusial mitra pembangunan di masa depan. Dia berharap LSM bisa membantu pengembangan potensi lokal dan pembangunan Kabupaten Sabu Raijua.
"Harapan kami ke depannya, teman-teman LSM, NGO, dan juga lembaga lainnya dapat membantu kami di Sabu. Kami selalu siap untuk kerja sama. Kami siap berdialog dan lainnya. Ini untuk pembangunan Sabu Raijua yang akan berbeda," imbuhnya menegaskan komitmen sinergi.
Pertemuan dalam suasana akrab tersebut dihadiri juga oleh mitra lokal GEF SGP Indonesia seperti Yayasan Pikul, PMPB, Bapalok, dan Ecology Rai Hawu. Dalam momen itu, dibahas pula sejumlah potensi daerah yang bisa dikembangkan di Kabupaten Sabu Raijua.
Koordinator Nasional GEF SGP Indonesia, Sidi Rana Menggala, menyoroti tingginya potensi nilai lontar di Sabu Raijua. Dia menekankan perlunya promosi lewat pembentukan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) untuk menjaga nilai ekonomi potensi lokal tersebut.
"Kami menyadari bahwa lontar yang ada di Pulau Sabu ini jumlahnya sangat banyak, namun diperlukan dukungan promosi yang gencar seperti pembentukan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) guna meningkatkan dan menjaga nilai ekonominya,” jelas Sidi.
Sabu Raijua tidak hanya memiliki lontar. Mereka memiliki kekayaan varietas lokal yang unik. Sebut saja, bawang merah lokal berwarna putih yang khas, serta kacang hijau hitam yang serasi dengan sorgum lokal. Selain itu, ada juga varietas padi merah yang merupakan makanan pokok tradisional masyarakat setempat dan dikenal kuat menghadapi kondisi kering.
Keempat varietas lokal akan dikonservasi dan dibiakkan secara intensif melalui program GEF SGP Indonesia. Dengan demikian, diharapkan dalam beberapa tahun ke depan varietas-varietas ini dapat menjadi tanaman kultivar khas Pulau Sabu.
Melalui mitra Kupang Batanam dan Klinik Agro, keempat varietas lokal tersebut sedang dalam tahap uji laboratorium dan penulisan dokumen spesifikasi kultivar tanaman Sabu-Raijua. Inisiatif ini nantinya akan menerapkan self-declare sebagai bentuk pengakuan dan perlindungan terhadap keunikan serta potensi varietas tanaman lokal, seperti dijelaskan oleh Hery Budiarto, Asisten Program GEF SGP Indonesia.
“Dengan adanya self-declare, petani dan pelaku usaha kecil dapat mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan mempromosikan kultivar lokal mereka, yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai jual dan daya saing produk mereka di pasar,” tutur Hery.
Ada juga komoditas potensial lainnya. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Sabu Raijua memiliki dua komoditas unggulan yang menjadi prioritas: garam dan rumput laut. Sabu Timur diharapkan menjadi pemasok utama guna mendorong hilirisasi, dengan rencana pembangunan dermaga untuk meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas.
Wakil Bupati Sabu Raijua, Thobias Uly, mengusulkan pembangunan kebun bibit rumput laut sebagai langkah awal untuk hilirisasi. Ia menekankan pentingnya pengolahan rumput laut menjadi produk turunan bernilai tambah.
"Kami berharap rumput laut yang telah dikembangkan oleh masyarakat tidak hanya dijual mentah, tetapi ada penambahan nilai sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi," ujarnya.
Kepala Bappeda menambahkan bahwa pabrik pengolahan rumput laut di Kabupaten Sabu Raijua tidak beroperasi karena keterbatasan sumber daya manusia yang memadai.
"Dengan adanya pengembangan bibit berkualitas dan terdapat sebuah pabrik pengolahan yang konsisten berjalan harapannyan dapat menjadi kunci optimalisasi dari potensi rumput laut di Kabupaten Sabu-Raijua," jelasnya.
Pertemuan ini diharapkan menjadi titik tolak inisiasi kerja sama antara Kabupaten Sabu Raijua dan GEF SGP Indonesia. Tujuannya adalah memaksimalkan sinergi antara potensi alam yang melimpah dan pemberdayaan masyarakat berkelanjutan guna mewujudkan visi pembangunan bersama.
Baca Juga
-
Membeli Buku karena Covernya: Antara Gaya Hidup dan Kebiasaan Membaca
-
4 Daily OOTD ala Cho Yi Hyun yang Bikin Gaya Makin Sweet
-
Gerald Vanenburg Soroti Fleksibilitas Dony Tri Pamungkas, Mengapa?
-
Review Film Believe: Kobaran Cinta Tanah Air
-
Solidaritas di Dunia Futsal: Tentang Rasa, Dukungan, dan Persaudaraan
Artikel Terkait
-
Lontar hingga Rumput Laut: Potensi Sabu Raijua Butuh Mitra untuk Berkembang
-
Gunung Lewotobi Laki-laki Kembali Erupsi, Begini Keadaan Terkininya
-
Gunung Lewotobi Erupsi: Ribuan Warga Mengungsi, Kemensos Salurkan Bantuan Rp5 Miliar
-
Status Awas! Gunung Lewotobi Laki-laki Kembali Erupsi
-
Malapari, Harapan Bioenergi dari Lembata untuk Masa Depan Berkelanjutan
News
-
Indonesia Siap Ukir Sejarah Baru Triple Crown Indonesia di IHR-Indonesia Derby 2025
-
Gaung Gamelan: Simfoni Ratusan Penabuh Gamelan Membuka Yogyakarta Gamelan Festival ke-30
-
KSPM FEB UI Selenggarakan Kursus Pasar Modal, Daftar Sekarang!
-
Joe Hattab Hadir! Pacu Jalur Kuansing Jadi Sorotan Dunia
-
Karnaval Kaula Muda 2025: Ketika Gen Z dan Milenial "Debat" Pakai Tawa
Terkini
-
Membeli Buku karena Covernya: Antara Gaya Hidup dan Kebiasaan Membaca
-
4 Daily OOTD ala Cho Yi Hyun yang Bikin Gaya Makin Sweet
-
Gerald Vanenburg Soroti Fleksibilitas Dony Tri Pamungkas, Mengapa?
-
Review Film Believe: Kobaran Cinta Tanah Air
-
Solidaritas di Dunia Futsal: Tentang Rasa, Dukungan, dan Persaudaraan