Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Aulia Natasha
Ilustrasi bendera NATO. (Foto: AFP)

Pada Kamis, 12 Mei 2022 Presiden Finlandia Sauli Niinistö dan Perdana Menteri Sanna Marin mengumumkan persiapan dan rencana negaranya untuk bergabung ke North Atlantic Treaty Organization (NATO) atau Pakta Pertahanan Negara Atlantik Utara.

Melansir dari CNBC, dalam menanggapi rencana Finlandia tersebut, Rusia lewat Kementerian Luar Negerinya memperingatkan bahwa negaranya akan mengambil langkah teknis militer jika Finlandia benar-benar bergabung dengan NATO.

Rencana bergabungnya Finlandia ke NATO mendatangkan banyak kekhawatiran akan ancaman baru stabilitas di Eropa, karena sebelumnya rencana serupa pernah diajukan Ukraina, namun berakhir dengan invasi Rusia terhadap Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu.

Melansir dari BBC News, sebelumnya Rusia lewat Presiden Vladimir Putin pernah menyatakan bahwa NATO sempat berjanji untuk tidak akan melakukan perluasan ke kawasan Eropa Timur, namun nyatanya mereka melanggar janji tersebut dengan menjalin kerjasama dengan beberapa negara Eropa Timur seperti Swedia, Ukraina, dan Finlandia.

Penolakan Rusia akan NATO merupakan bentuk perlindungan diri Rusia akan ancaman keamanan militer yang ditimbulkan pakta pertahanan tersebut jika berhasil masuk ke negara-negara tetangga yang berbatasan langsung dengannya, seperti Ukraina dan juga Finlandia. Rusia menganggap bahwa Eropa Timur merupakan kawasan-kawasan bekas pecahan Uni Soviet sehingga dengan masuknya pengaruh Amerika Serikat yang merupakan bekas rival utama Uni Soviet dianggap sebagai langkah pengepungan dan ancaman serius bagi kawasan ini.

Dengan bergabungnya Finlandia ke NATO, tentunya akan memancing aksi agresor yang dilakukan oleh Rusia terhadap negara tersebut, hal ini sekaligus mengancam stabilitas kawasan Eropa. Kawasan Eropa merupakan kawasan dengan keadaan negara-negaranya berdekatan secara geografis dengan perbatasan darat antara satu sama lain, yang mana ketika terjadinya konflik maka akan memberikan pengaruh secara langsung baik pada aspek ekonomi, politik, dan keamanan negara-negara di sekitarnya.

Ketika terjadi perang atau kerusuhan, pasti saja akan mengancam keamanan negara lain, di mana keadaan yang tidak aman dari suatu negara telah membuat warga negara tersebut mencari tempat perlindungan ke negara-negara sekitarnya, sehingga hal ini akan mengakibatkan perpindahan manusia secara tidak teratur dan membuat keadaan negara sekitar menjadi kacau balau. 

Sebelumnya, invasi Rusia ke Ukraina telah menimbulkan krisis pengungsi pada negara-negara sekitar seperti Jerman, Polandia, Hungaria dan Slovakia. Mengutip data dari United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), ditemukan bahwa sebanyak lima juta warga negara Ukraina telah meninggalkan negara mereka menuju negara tetangga sejak 24 Februari 2022. Jika kejadian serupa terjadi pada Finlandia, maka tidak diragukan lagi bahwa Eropa akan mengalami krisis pengungsi besar-besaran yang mengancam stabilitas kawasan tersebut. 

Selain itu, dari aspek ekonomi akan menimbulkan ketidakstabilan perekonomian. Perang akan memberikan pengaruh yang besar pada perekonomian, tidak hanya kawasan Eropa namun juga dalam skala global. Perang dan konflik yang terjadi sangat mengancam sektor keuangan dunia. Sebelumnya, Amerika Serikat telah menghentikan dua institusi keuangan Rusia di negaranya akibat invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina, di sisi lain konflik Ukraina dan Rusia juga mengakibatkan melonjaknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM), di mana hal ini sangat berpengaruh pada aktivitas produksi, yang berimbas pada kelangkaan kebutuhan hidup seperti makanan dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Jika Finlandia benar bergabung dengan NATO, maka ditakutkan Rusia akan benar-benar melakukan invasi ke negara ini dan berakhir dengan inflasi global.

Aulia Natasha

Baca Juga