Scroll untuk membaca artikel
Haqia Ramadhani
Anggota Geng Tai Kasus Bullying SMA Binus Serpong. (Twitter/ @tanyarlfes)

Kasus bullying atau perundungan SMA Binus Serpong yang dilakukan oleh Geng Tai tengah menjadi perbincangan publik. Tak hanya identitas pelaku bullying yang dikuliti tetapi juga sosok orangtua mereka.

Usut punya usut netizen membongkar dugaan identitas orangtua dari pelaku bullying SMA Binus yang memiliki profesi mentereng. Pertama, satu pelaku bullying merupakan anak dari artis Vincent Rompies.

BACA JUGA: Abidzar Minta Maaf Atas Pernyataan Umi Pipik Menduga Prabowo Lakukan Kecurangan di Pilpres 2024

Ada pelaku bullying lain yang diduga anak dari dokter Edwin Tobing. Selain itu, ada pelaku bullying yang orangtua berprofesi sebagai pemimpin redaksi sebuah stasiun televisi dan mantan anggota DPR.

"Anak pesohor lainnya selain anak Vincent Rompies. Di situ ada anak dr Edwin Tobing, dokter dan dosen. Ada anak dari Pemimpin Redaksi Metro TV (mantan anggota DPR 2014-2019), Arief Suditomo. Jangan sampai lolos. Buset dah Mario Dandy Jilid 2," cuit akun X @Irfanmasbro.

Sebelumnya, akun X @BosPurwa yang memviralkan kasus bullying SMA Binus Serpong ini sudah pernah menyebut soal orangtua pelaku.

"Gw dapat info, ada perundungan di SMA Binus Intl BSD, seorang anak dipukulin sama belasan seniornya hingga masuk rumah sakit, mereka anak-anak pesohor, dan ngerinya lagi sampai disundut rokok!" demikian tulis akun tersebut dikutip pada Senin (19/02/2024).

BACA JUGA: Nikita Willy Alami Keguguran Anak Kedua, Hanya Bertahan di Usia Kehamilan 7 Minggu

Identitas orangtua pelaku bullying SMA Binus Serpong yang dikuliti netizen. (Instagram/ lambe_danu)

Dalam keterangannya, diinformasikan mengenai Geng Tai dari awal mula terbentuk hingga proses perekrutan anggota baru yang sudah berlangsung 9 generasi.

Akibat dari kejadian bullying dan kekerasan ini seorang siswa menjadi korban Geng TAI sampai harus dilarikan ke rumah sakit. Para pelaku berjumlah lebih dari 40 orang, ada yang mendapatkan skorsing dan drop out dari sekolah.

"Dalam kejadian tanggal 2 Februari, kelas 11 dan 10 menjadi saksi mata kejadian. Lebih dari 40 orang terlibat dala insisden ini, beberapa mengakibatkan skorsing dan bahkan drop out," tulisnya.

Cek berita dan artikel yang lain di GOOGLE NEWS