Lebih dari 50 relawan dari berbagai komunitas turun ke sekolah-sekolah di Gunungkidul, DIY, Rabu (17/7/2024).
Mereka bertujuan untuk menciptakan ruang aksi muda bagi siswa-siswi agar dapat merasakan dan mengalami pembelajaran langsung di lapangan, sejalan dengan visi besar Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang manusiawi.
Kolaborasi antara GSM dengan komunitas Milenial Bergerak ini didukung oleh banyak pihak, tidak terkecuali partner-partner lain seperti, Duta Kampus UINSUKA Yogyakarta, komunitas Sumelang, juga HMP-PBI (Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris) UNU Yogyakarta.
Kegiatan dimulai pada pagi hari, dengan titik keberangkatan dari Gereja Kristen Jawa Sarimulyo menggunakan 2 bus, membawa para relawan menuju kantor Dinas Pendidikan wilayah Gunungkidul.
"Di GSM, kami selalu yakin bahwa pendidikan adalah tempat perjumpaan, interaktif. Jika di dalam kelas tidak ada komunikasi antara murid dan guru, itu bukanlah pendidikan," ujar Bu Lily, sebagai leader GSM Gunungkidul pada saat penyambutan para relawan berlangsung di halaman kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul.
"Oleh karena itu, kami yakin bahwa perjumpaan hari ini antara relawan dengan generasi Alpha adalah ruang yang menginspirasi," tambahnya.
Beberapa karyawan Dinas Pendidikan, guru-guru SD, bahkan kepala sekolah dari sekolah tujuan GTS (Gerakan Turun ke Sekolah) juga ikut dalam upacara penyambutan teman-teman relawan di halaman kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul.
Dipimpin oleh Bapak Asbani, S.Pd., M.Pd. sebagai Kabid Kurikulum dan Penilaian SD Kabupaten Gunungkidul, upacara penyambutan tersebut berjalan dengan khidmat.
"Kami berharap ini menjadi momen yang tidak terlupakan bagi relawan dan anak-anak. Nikmati satu hari di Gunungkidul," kata Kabid SD Hary Sulaksana, S.H., dalam sambutannya di upacara tersebut.
"Harapan kami dalam kegiatan ini adalah agar relawan dapat memberikan inspirasi kepada siswa, sehingga mereka memiliki cita-cita dan motivasi untuk belajar," lanjutnya.
Aksi relawan ini menjadi langkah konkret dalam mewujudkan pendidikan yang berorientasi pada pengalaman langsung dan interaksi yang bermakna antara pendidik, siswa, dan komunitas.
Pasalnya, baiknya suatu negara berawal dari pendidikan dari SDM-nya. Dengan diadakannya ruang interaksi ini, besar harapan untuk para siswa bisa mendapatkan motivasi belajar guna menggapai cita-cita mereka.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Cetak 2 Gol, Bukti "Anak Emas" Tak Sekadar Julukan bagi Marselino Ferdinan
-
Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah Sejak Juli 2024, Mahar Emas 3 Gram dan Uang 200 Ribu
-
Ulasan Buku Sabar, Syukur, dan Ikhlas: Kunci Sukses Bahagia Dunia Akhirat
-
Spoiler! Hunter X Hunter Chapter 403: Balsamilco vs Pangeran Halkenburg
Artikel Terkait
-
Wapres Gibran ke Mendikdasmen: Zonasi Sekolah Harus Dihilangkan!
-
Pendidikan Nissa Sabyan, Diduga Diam-Diam Sudah Nikah dengan Ayus
-
Kuliah S2 di Australia dengan Biaya Lokal, Bagaimana Caranya?
-
Riwayat Pendidikan Rieke Diah Pitaloka yang Ambil S1 Lagi, Pernah Kantongi Gelar Doktor
-
Pendidikan Mufti Anam, Anggota DPR yang Menuding Isa Zega Lakukan Penistaan Agama
News
-
Harumkan Indonesia! The Saint Angela Choir Bandung Juara Dunia World Choral Championship 2024
-
Usaha Pandam Adiwastra Janaloka Menjaga, Mengenalkan Batik Nitik Yogyakarta
-
Kampanyekan Gapapa Pakai Bekas, Bersaling Silang Ramaikan Pasar Wiguna
-
Sri Mulyani Naikkan PPN Menjadi 12%, Pengusaha Kritisi Kebijakan
-
Tingkatkan Kompetensi, Polda Jambi Gelar Pelatihan Pelayanan Prima
Terkini
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Cetak 2 Gol, Bukti "Anak Emas" Tak Sekadar Julukan bagi Marselino Ferdinan
-
Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah Sejak Juli 2024, Mahar Emas 3 Gram dan Uang 200 Ribu
-
Ulasan Buku Sabar, Syukur, dan Ikhlas: Kunci Sukses Bahagia Dunia Akhirat
-
Spoiler! Hunter X Hunter Chapter 403: Balsamilco vs Pangeran Halkenburg