Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Regina Tyestapiana Timmerman
Maria Halim, pemilik Cemara Trashion (Dok. Pribadi/Regina Tyestapiana Timmerman)

Di tangan Ibu Maria Halim, sampah plastik multilayer yang sering dianggap tidak memiliki nilai guna, berubah menjadi produk-produk fesyen berkelas seperti tas ransel, dompet, shopping-bag hingga cooling-bag. Melalui Cemara Trashion, Maria telah menginspirasi banyak orang untuk melihat sampah sebagai peluang, bukan sekadar masalah.

Perjalanannya dalam pengelolaan sampah plastik multilayer dimulai pada tahun 2009. Kala itu, ia terdorong untuk menjalankan prinsip Go Green demi menjaga lingkungan hidup sekaligus menopang perekonomian keluarganya.

Dengan kemampuan menjahit seperti sang ibu, Maria menemukan passion baru dalam mendaur ulang sampah plastik menjadi produk fesyen.

“Saat saya menekuni daur ulang sampah multilayer ini, saya merasa memiliki passion di bidang ini. Apalagi ketika konsumen selalu puas dengan hasil karya saya,” ujar Maria saat diwawancarai pada Jumat (29/11/2024).

Berawal dari Kebutuhan, Berakhir Menjadi Inspirasi

Produk Cemara Trashion (Dok. Pribadi/Regina Tyestapiana Timmerman)

Maria menceritakan bahwa sampah plastik multilayer tidak seperti botol plastik. Plastik multilayer sulit untuk diolah kembali menjadi barang baru. Hal ini justru menjadi tantangan baginya.

Dengan kreativitas dan keuletan, ia menciptakan berbagai produk seperti tas bekal, laundry-bag, hingga tempat tisu dari sampah plastik multilayer dengan harga mulai dari Rp5.000 hingga Rp150.000.

“Saya memilih sampah plastik multilayer karena saat itu tidak ada yang mau mengolahnya. Saya merasa itu tanggung jawab saya untuk memberi nilai tambah pada barang-barang yang sering diabaikan,” jelasnya.

Momen Bermakna dalam Perjalanan Panjang

Bagi Maria, menjalankan Cemara Trashion bukanlah perjalanan yang selalu mulus. Meskipun produknya banyak dipuji karena kualitasnya, ada saat-saat penjualan produk tidak sesuai harapan. Ada kalanya produk tidak laku terjual. Namun, semangatnya tetap berkobar berkat tanggapan positif dari konsumen.

“Mereka selalu memuji kualitas produk saya, tapi saya berharap ada yang memberi kritik agar saya bisa terus berkembang,” katanya.

Salah satu momen yang membuat Maria semakin yakin dengan langkahnya adalah saat ia diundang memberikan pelatihan daur ulang.

Pada tahun 2015, selama sebulan, ia menjadi guru tamu di SMK Negeri 2 Godean, Yogyakarta. Sejak itu, Maria sering diundang untuk berbagi ilmu, mulai dari dalam negeri hingga webinar lingkungan hidup internasional di Dublin, Irlandia.

Inspirasi dan Prinsip Hidup

Maria tak lupa menyebutkan peran besar sang ibu sebagai inspirasinya.

“Ibu saya, yang menerima jahitan di kampung Melayu, Teluknaga, mengajarkan saya untuk tidak menyia-nyiakan barang apa pun. Itu tertanam di alam bawah sadar saya hingga sekarang,” kenangnya.

Prinsip Maria sederhana namun mendalam, yaitu selalu menghasilkan produk yang terbaik.

“Saya membuat produk sebaik mungkin supaya orang-orang puas dan bisa pesan lagi,” tambahnya.

Pesan untuk Bumi yang Lebih Baik

Melalui Cemara Trashion, Maria mengajak masyarakat untuk bertanggung jawab atas sampah masing-masing.

“Dengan keadaan bumi kita yang semakin memprihatinkan, saya berharap semua orang bertanggung jawab atas sampahnya masing-masing. Jika tidak bisa mengelola sendiri, salurkanlah ke orang yang concern pada lingkungan hidup. Mari kita merawat bumi, rumah kita bersama,” pesannya.

Kini, Cemara Trashion tidak hanya menjadi wadah untuk berkarya, tetapi juga sarana edukasi bagi masyarakat. Maria berharap usahanya ini terus tumbuh dan membawa dampak positif bagi lingkungan dan perekonomian.

Cemara Trashion membuktikan bahwa dari tangan kreatif dan hati yang tulus, sampah bisa menjadi berkah, baik untuk bumi, maupun untuk manusia.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Regina Tyestapiana Timmerman

Baca Juga