Lagi-lagi kelakuan anggota DPR di Senayan bikin kita semua geleng-geleng kepala. Setiap ada pernyataan atau kebijakan kontroversial, netizen langsung ramai-ramai meluapkan kekesalannya. Di tengah riuhnya komentar, ada satu nama yang selalu auto disebut: Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Yap, Presiden Keempat RI ini memang terkenal paling vokal dan berani kalau sudah urusan mengkritik DPR. Bedanya, Gus Dur nggak cuma marah-marah. Ia membungkus kritiknya dengan humor cerdas yang saking tajamnya, mungkin lebih nyelekit dari omelan biasa.
Puncak perseteruannya terjadi pada 23 Juli 2001, saat Gus Dur nekat mengeluarkan dekret yang salah satu isinya adalah membubarkan DPR/MPR. Meskipun dekret itu gagal, keberaniannya jadi legenda.
Nah, selain aksi nekat itu, Gus Dur juga punya koleksi sindiran abadi yang sampai sekarang masih sering dikutip orang. Ini dia 4 di antaranya.
1. DPR Nggak Beda Jauh sama Taman Kanak-Kanak (TK)
Ini mungkin sindiran paling ikonik dari Gus Dur. Ucapan ini dilontarkan saat ia sedang menghadiri sidang paripurna DPR. Konteksnya, Gus Dur sedang menjelaskan rencananya membubarkan Departemen Penerangan dan Departemen Sosial, tapi para anggota dewan terus-menerus menyela dan berdebat kusir.
Merasa penjelasannya tidak dipahami, Gus Dur pun nyeletuk santai:
"Keterangan saya tidak begitu dipahami karena memang enggak jelas bedanya antara DPR dan TK."
Sontak seisi ruangan heboh. Para anggota dewan banyak yang protes dan menuntut Gus Dur menarik ucapannya. Belakangan, Gus Dur menjelaskan kalau itu hanyalah humor khas kiai di pesantren dan tidak ada niat merendahkan. Tapi pesannya sudah sampai, kan?
2. Turun Pangkat dari TK jadi Playgroup
Ternyata, Gus Dur nggak berhenti di situ. Beberapa waktu setelahnya, saat situasi politik memanas karena perseteruan antar koalisi di parlemen, ia merasa kelakuan DPR bukannya membaik, malah makin parah.
Dengan santai, ia memberikan “update” untuk sindiran sebelumnya. Menurutnya, level DPR sudah tidak cocok lagi disamakan dengan TK.
"DPR sekarang biarkan saja seperti ini. Termasuk adanya komisi tandingan dari Koalisi Kerakyatan. Karena DPR bukan taman kanak-kanak lagi tetapi sudah melorot menjadi Playgroup."
Sindiran ini seolah ingin bilang kalau kualitas perdebatan dan sikap para anggota dewan saat itu bahkan lebih kekanak-kanakan dari sebelumnya.
3. Nyesel Samain DPR sama Anak-Anak yang Masih Suci
Ini nih yang paling nyelekit. Kalau dua sindiran sebelumnya membandingkan DPR dengan anak-anak, kali ini Gus Dur justru merasa berdosa telah melakukannya. Cerita ini diungkapkan oleh K.H. Maman Imanulhaq (Kang Maman) dalam bukunya yang berjudul "Fatwa dan Canda Gusdur".
Saat sedang berbincang santai, Gus Dur mengaku menyesal pernah menyamakan DPR dengan anak TK. Alasannya? Karena kedua entitas itu sangat bertolak belakang.
"Saya merasa berdosa telah meremehkan anak-anak yang suci, cerdas, dan kreatif dengan anggota DPR yang kotor dan kreatif mencari celah mencari uang," ujar Gus Dur seperti yang ditulis Kang Maman.
Ini adalah sebuah kritik yang sangat dalam, menyoroti integritas para wakil rakyat yang seharusnya suci seperti anak-anak, tapi dalam pandangannya justru sebaliknya.
4. Panggilan ‘Prof’ yang Ternyata Singkatan ‘Profokator’
Humor Gus Dur juga sering menyasar individu. Cerita ini diungkap oleh Chandra Hamzah dalam bukunya "Gus Dur Menertawakan NU". Gus Dur pernah bercerita tentang temannya yang menjadi anggota DPR. Sejak duduk di Senayan, teman-temannya di kampung memanggilnya dengan julukan baru: ‘Prof’.
Tentu saja banyak yang mengira ‘Prof’ adalah singkatan dari profesor, sebuah gelar akademis yang terhormat. Tapi, usut punya usut, ternyata bukan itu kepanjangannya.
Menurut Gus Dur, ‘Prof’ di sini adalah singkatan dari ‘Provokator’. Sebuah sindiran cerdas yang menggambarkan bagaimana sebagian anggota dewan lebih sibuk memprovokasi dan membuat gaduh daripada bekerja untuk rakyat.
Keempat sindiran ini jadi bukti, kritik nggak harus selalu disampaikan dengan urat tegang. Dengan humor, pesan Gus Dur justru jadi lebih abadi dan terus relevan sampai hari ini.
Baca Juga
-
Amanda Manopo Lepas Lajang, Pernikahan Mewah Disiarkan Langsung Malam Ini!
-
Dua Kesalahan Patrick Kluivert Saat Timnas Indonesia Ditaklukkan Arab Saudi
-
Cincin Tunangan Amanda Manopo Nyaris Rp600 Juta, Netizen: Cocok Banget!
-
Banyak Pemain Sayap, tapi Mengapa Miliano Jonathans Berbeda dan Layak Jadi Andalan Kluivert?
-
Review Film Ballad of a Small Player: Visual Ciamik tapi Kesan Akhir Kosong
Artikel Terkait
-
Demo di DPR Kian Memanas, Satu Pos Penerimaan Tamu Rusak dan Satu Motor Dibakar Massa
-
Tercecer dari Gerombolannya, Polisi Bermotor Disoraki Demonstran Bubarkan DPR
-
Setara Tunjangan Beras DPR, Budget 12 Juta Bisa buat Beli Motor Bekas Apa?
-
Pendukung 02, Bang Madun Kini Tagih Janji Prabowo dan Gibran: Lihat ke Bawah Pak!
-
'STM Datang Bawa pasukan', Aparat Bertameng Hadang Laju Pelajar yang Coba Terobos DPR
News
-
Cerita Abdul Hannan: Doa dan Air Mata di Reruntuhan Pondok Pesantren Al Khoziny
-
Ancaman Bom Di Sekolah, Cerita Anak Ke Mamanya: 450 Juta? Dikit Banget Bun!
-
Alergi Anak Hampir Merenggut Nyawa: Bakery Viral Ini Diduga Jual Roti Gluten Free Palsu!
-
Belajar dari Neraka 'Kota Hantu' di Bekasi: Perumahan Mewah Mangkrak, Konsumen Rugi Miliaran!
-
Demam Emas Makin Gila! Harga Antam Sehari Naik Rp55 Ribu, Sekarang Waktunya Beli atau Jual?
Terkini
-
Amanda Manopo Lepas Lajang, Pernikahan Mewah Disiarkan Langsung Malam Ini!
-
Dua Kesalahan Patrick Kluivert Saat Timnas Indonesia Ditaklukkan Arab Saudi
-
Cincin Tunangan Amanda Manopo Nyaris Rp600 Juta, Netizen: Cocok Banget!
-
Banyak Pemain Sayap, tapi Mengapa Miliano Jonathans Berbeda dan Layak Jadi Andalan Kluivert?
-
Review Film Ballad of a Small Player: Visual Ciamik tapi Kesan Akhir Kosong