M. Reza Sulaiman
Ilustrasi investasi bodong. [Shutterstock]

Gengs, di zaman sekarang, ajakan buat "cepet kaya" itu seliweran di mana-mana. Dari DM Instagram, iklan di YouTube, sampai grup WhatsApp keluarga, semuanya nawarin iming-iming cuan instan. Tapi, di balik janji-janji manis itu, ada jebakan batman yang siap bikin tabunganmu ludes dalam sekejap: investasi bodong.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sendiri sudah teriak-teriak, bilang kalau masih banyak banget masyarakat kita yang jadi korban. Biar kamu nggak jadi korban selanjutnya, yuk kita bedah tuntas tujuh ciri paling umum dari investasi abal-abal ini. Waspadalah!

1. Iming-iming Keuntungan yang 'Nggak Masuk Akal Sehat'

Ini adalah "lampu merah" pertama dan paling jelas. Kalau ada yang nawarin keuntungan pasti, misalnya 10% per bulan atau 100% dalam setahun, sudah hampir pasti itu bodong. Ingat prinsip dasar investasi: high risk, high return. Nggak ada di dunia ini investasi yang untungnya super gede tapi risikonya nol.

"Pastikan bahwa keuntungan atau imbal hasil yang dijanjikan itu masuk akal dan realistis," tegas Inarno Djajadi dari OJK.

2. Pakai Akun Centang Biru Palsu di Medsos

Nah, ini modus baru yang lagi marak. Para penipu sekarang makin canggih. Mereka nggak segan-ragan pakai akun media sosial dengan centang biru (yang kadang palsu atau hasil hack) untuk membangun citra terpercaya. Mereka sering pamer gaya hidup mewah dan testimoni palsu biar kamu makin yakin. Jangan gampang terbuai, ya!

3. Legalitasnya Nggak Jelas

Ini yang paling sering dilupakan. Sebelum kamu transfer sepeser pun, lakukan "PR"-mu dulu. Cek apakah perusahaan atau platform investasi itu terdaftar dan diawasi oleh OJK. Gampang banget kok, tinggal buka situs resmi OJK atau hubungi kontak layanannya. Kalau namanya nggak ada di sana, langsung lari!

Ingat selalu prinsip 2L dari OJK: Legal (terdaftar resmi) dan Logis (keuntungannya masuk akal).

4. 'Rekrut Member, Dapet Cuan!'

Kalau kamu diajak investasi tapi tugas utamamu adalah mencari anggota baru di bawahmu, dan keuntunganmu dijanjikan dari uang pendaftaran mereka, itu namanya Skema Ponzi. Sistem "piramida" ini cuma menguntungkan orang-orang yang gabung di awal. Begitu nggak ada lagi anggota baru yang bisa direkrut, sistemnya bakal runtuh dan duitmu bakal hilang.

5. Produknya Nggak Jelas atau Terlalu Rumit

Coba tanya ke mereka, "Uang saya ini diinvestasikan ke mana sebenarnya?" Kalau jawabannya muter-muter, nggak jelas, atau pakai istilah-istilah super rumit yang bahkan mereka sendiri nggak paham, ini pertanda bahaya. Investasi yang benar itu transparan. Kamu harus tahu persis uangmu "bekerja" di mana, entah itu di saham, obligasi, atau properti.

6. Dipaksa Ambil Keputusan Cepat

"Promo ini cuma berlaku hari ini!" atau "Slotnya terbatas, kalau nggak transfer sekarang nanti kehabisan!" Ini adalah taktik psikologis klasik para penipu. Mereka sengaja menciptakan rasa urgensi biar kamu panik dan nggak punya waktu buat berpikir jernih atau melakukan riset. Investasi yang benar itu butuh pertimbangan matang, bukan keputusan impulsif.

7. Testimoninya Terlalu 'Sempurna'

Coba deh lihat testimoni yang mereka pamerkan. Kalau isinya cuma orang-orang yang pamer mobil mewah, liburan ke luar negeri, dan semuanya kelihatan "terlalu sempurna untuk jadi kenyataan", kamu patut curiga. Sering kali, testimoni-testimoni ini adalah hasil rekayasa atau cuma melibatkan segelintir orang yang memang diuntungkan di awal (biar jadi "umpan").

Intinya, di dunia investasi, nggak ada yang namanya jalan pintas. Kalau ada tawaran yang kedengarannya terlalu bagus untuk jadi kenyataan, kemungkinan besar itu memang nggak nyata. Jadilah investor yang cerdas, bukan yang cuma modal nekat dan FOMO.