Kesantunan berbahasa menjadi salah satu indikator yang menentukan bagaimana adab yang dimiliki seseorang. Walau ucapan tidak dapat sepenuhnya memperlihatkan sifat seseorang yang sesungguhnya, tak dapat dipungkiri bahwa seseorang yang menggunakan bahasa santun dapat menarik hati dan membuat orang-orang di sekitarnya kagum, karena ia dinilai sebagai orang yang beradab dan memahami norma kesopanan.
Namun, dewasa ini, kalimat berupa sumpah serapah, ucapan kasar dan kata-kata yang tidak panas tampaknya sudah tak asing kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Kesantunan berbahasa mulai luntur dan tak sedikit orang yang tampak lebih senang menggunakan kata-kata yang sekadar memuaskan hati, baik dalam percakapan dengan orang lain secara langsung maupun tidak langsung seperti dalam penggunaan sosial media.
Mirisnya, fenomena ini bukan hanya terjadi di kalangan remaja atau orang dewasa, cara berbahasa seperti ini juga sudah menjangkiti anak-anak kecil di sekitar kita. Ada beragam alasan yang melatarbelakanginya, di antaranya ialah kebiasaan lingkungan keluarga, pergaulan di luar rumah, tontonan, dan lain sebagainya.
Saya pernah mendengar sebuah anggapan bahwa bahasa yang tidak pantas hanya ada di kawasan yang tingkat pendidikannya rendah. Nyatanya, fakta di lapangan menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi sering kali juga tidak bisa menjadi patokan seseorang mampu menggunakan bahasa yang santun. Kata-kata yang kurang santun atau bahkan sumpah serapah juga masih sering terdengar di kalangan mahasiswa atau orang-orang yang telah menyabet gelar tinggi sekalipun, meski sedikit banyaknya, tingkat pendidikan menunjang kesadaran akan perilaku berbahasa yang santun.
Tentunya, semua tetap kembali kepada diri kita sendiri. Kesantunan berbahasa menjadi tanggung jawab kita sebagai masing-masing individu dan kitalah yang memilih bagaimana kita akan menghargai diri kita sendiri di hadapan orang lain melalui bahasa yang kita gunakan.
Diperlukan komitmen yang kuat untuk menjadi manusia yang lebih beradab dengan membiasakan diri berbahasa santun kepada setiap orang, baik kepada yang lebih tua, sebaya, maupun kepada orang lebih muda. Juga, alangkah baiknya jika kita mampu mengingatkan anggota-anggota keluarga atau teman-teman kita ketika kita mendengar mereka mengucapkan kata-kata yang kurang pantas.
Pun, kita tentunya juga harus menyadari bahwa kesantunan berbahasa perlu dibentuk sedini mungkin. Bagi yang sudah memiliki anak dan menjadi orang tua, tentunya penting untuk menanamkan kebiasaan berbahasa yang baik kepada anak dan menegaskan bahwa ada kata-kata yang tidak pantas untuk diucapkan.
Ketika anak-anak kita berbicara tidak pantas, jangan sampai kita mengabaikan mereka, apalagi sampai dianggap lucu dan ditertawakan. Sebab, hal itu akan mengakibatkan anak-anak tidak akan merasa bahwa apa yang mereka ucapkan adalah salah, sehingga menyebabkan kebiasaan tersebut terbawa hingga dirinya dewasa. Lebih jauh lagi, hal ini dapat menciptakan lingkaran setan, masalah yang tak berujung pangkal, karena tidak menutup kemungkinan bahasa yang sama akan diturunkan pada cucu dan cicit kita.
Ada baiknya jika kita mengoreksi diri kita dari hal yang paling kecil sebelum mewujudkan mimpi untuk melakukan hal-hal yang hebat dan hal ini dapat dimulai dari memperbaiki cara kita berbicara dan berbahasa. Sebab, kita tidak akan bisa maju dan melakukan hal-hal yang lebih besar, jika kita abai terhadap hal-hal yang biasa terjadi di sekitar kita.
Baca Juga
-
Wajib Tahu! Ini 3 Alasan Pentingnya Riset bagi Penulis
-
Selamat! Go Ayano dan Yui Sakuma Umumkan Pernikahan Mereka
-
Selamat! Keita Machida Resmi Menikah dengan Aktris Korea-Jepang Hyunri
-
4 Manfaat Membuat Kerangka Karangan dalam Kegiatan Menulis
-
NiziU Nyanyikan Lagu Tema Film Animasi 'Doraemon: Nobita's Sky Utopia'
Artikel Terkait
-
15 Ucapan Paskah Bahasa Jawa 2025: Menyentuh Hati & Penuh Berkah!
-
Mengungkap Arti Kata 'Stecu' yang Viral di Media Sosial, Ternyata Berasal dari Daerah Ini
-
Tertarik Belajar Bahasa Korea? Cek Dulu Langkah Awal Ini
-
Orang RI Mulai Cemas, Kudu Mikir 1.000 Kali Untuk Belanja! Sri Mulyani Justru Diam Seribu Bahasa
-
Adu Kaya Nadiem Makarim vs Abdul Mu'ti, Beda Kebijakan soal Penjurusan SMA Tuai Pro-Kontra
Rona
-
Apakah Hari Kartini Menjadi Tameng Emansipasi oleh Kaum Wanita?
-
Perkuat Nilai Komoditas dan Pemasaran Berkualitas, GEF SGP Indonesia dan Supa Surya Niaga Teken MoU
-
Kopicek: Ketika Komunitas Mata Hati Mengubah Stigma Tunanetra Melalui Kopi
-
Lakukan Penanaman Pohon, Suara.com Luncurkan Suara Hijau dan Green Media Network
-
Membincang Pertolongan Pertama pada Psikologis
Terkini
-
Masalah Pecco Bagnaia Belum Usai, Davide Tardozzi: Hadapi Saja!
-
Review Film In the Lost Lands: Perjalanan Gelap Sang Penyihir dan Pemburu
-
Melahirkan Generasi Muda Nasionalis dalam Buku Indonesia Adalah Aku
-
4 Padu Padan Kasual Anti Mainstream ala J-Hope BTS, Cocok Buat Daily Style
-
Fresh dan Trendi, Ini 4 Ide Padu Padan OOTD Kasual Sporty ala Yuqi (G)I-DLE