Masyarakat era ini sudah terbiasa dengan hidup simpel dan tak ingin repot. Segala sesuatu dikemas dengan praktis sehingga sangat menarik minat siapa pun. Barang-barang sekali pakai pun sangat melekat sehingga menjadi budaya yang tak terpisahkan dari aktivitas. Baik sekolah, rumah tangga, bidang kesehatan, dan proses jual beli semuanya menggunakan bahan-bahan sekali pakai.
Manusia semakin konsumtif menyebabkan sektor perekonomian semakin ganas berlomba-lomba menciptakan produk-produk tak ramah lingkungan demi kepuasan. Pada akhirnya, semua hanya bersisa sampah tak terkendali. Tanpa kita sadari, tempat pembuangan sampah mulai meluap, lautan tercemar, dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) ditinggalkan dengan miliaran ton sampah yang tidak dapat terurai selama ratusan tahun dan tidak dapat didaur ulang. Sampah tak pernah terlepas dari kehidupan manusia. Perubahan iklim terus berdampak pada lapisan atmosfer bumi akibat proses penguraian limbah non-organik ini.
Banyaknya penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari berhasil membuat lingkungan tercemar dan terancam. Sampah yang tidak terurai merusak tanah, air, dan laut. Faktanya, Indonesia merupakan penghasil sampah tersebesar ke-5 di dunia tahun 2020. Menurut laporan Bank Dunia yang bertajuk The Atlas of Sustainable Development Goals 2023, Indonesia memproduksi sekitar 65,2 juta ton sampah. Bila hal ini dibiarkan terus-menerus, maka akan merusak ekologi, menyebarkan polusi air, banjir, hingga mengganggu kehidupan flora dan fauna.
Umat manusia sudah seharusnya mengambil langkah tegas dalam usaha mengurangi dampak kerusakan lingkungan demi bumi yang ramah di masa mendatang. Salah satu gerakan yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan planet bumi adalah less waste. Apa itu less waste? Less waste adalah sebuah jargon yang dipakai untuk mendorong siklus hidup sumber daya.
Gerakan less waste ini mengajak manusia untuk membiasakan diri dengan gaya hidup bebas sampah. Tindakan ini menunjukkan manusia peduli lingkungan dengan meminimalkan konsumsi makanan atau barang yang tidak dibutuhkan. Jika hal ini dapat dibudayakan dengan konsisten, maka less waste akan menjadi zero waste.
Ada banyak cara praktis yang dapat dengan menerapkan 3R dalam kehidupan sehari-hari agar konsumsi sampah dapat berkurang hingga mencapai zero case. Berikut penjelasannya :
1. Reuse (Menggunakan Kembali)
Kontainer didesain dengan sangat menarik di kalangan bisnis food and beverage demi menarik hati konsumen karena penggunaannya yang efektif dan efisien. Namun, efek jangka panjangnya tak kalah penting jika tidak digunakan kembali karena lamanya proses penguraian di dalam tanah. Memanfaatkan kembali kontainer makanan sebagai wadah di lemari pendingin adalah salah satu langkah tepat untuk menyelamatkan bumi.
2. Reduce (Mengurangi Penggunaan Barang)
Pengunaan sapu tangan sudah sangat langka di kalangan anak muda. Tisu menjadi alternatif paling populer untuk membersihkan segala hal. Tentunya, hal ini harus dipertimbangkan mengingat efek penebangan pohon yang terlalu masif. Selain itu, menggunakan keranjang belanjaan juga sangat efektif untuk mengurangi jumlah sampah plastik berlebih.
3. Recycle (Mendaur Ulang Sampah)
Pengelolaan kembali sampah menjadi barang baru merupakan salah satu alternatif yang banyak dikerjakan orang saat ini. Baik sampah organik dan nonorganik, semuanya dapat menjadi kreasi yang bernilai jual dan tentunya bermanfaat. Misalnya, membuat kreativitas cangkang telur menjadi hiasan dan kompos, sampah plastik rumah tangga dapat menjadi karya seni tas atau dompet, botol plastik menjadi ecobrick, dan tutup botol plastik dapat menjadi kotak tisu.
Langkah ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat untuk mengevaluasi gaya hidup kita dan melihat bagaimana dampak dari tindakan ini di masa mendatang. Lingkungan bersih dan sehat, bumi asri dan lestari semuanya dapat terwujud jika dimulai dari diri sendiri. Pastinya, tidak ada yang sempurna dari Langkah zero waste ini. Namun, ketidaksempurnaan itu dapat ditutupi dengan bersama-sama menjaga lingkungan dengan penerapan 3R. Menjadikan zero waste menjadi gaya hidup merupakan investasi jangka panjang demi bumi dan generasi manusia.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
SIG 'Sulap' 559 Ribu Ton Sampah Jadi Bahan Bakar Alternatif Pengganti Batu Bara
-
Minimalis Sampah, Maksimalis Dampak: Menata Masa Depan yang Berkelanjutan
-
Gaya Hidup Less Waste dengan Seni Mengelola Sisa Makanan Menggunakan Maggot
-
Tangani Sampah Plastik di Laut, Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Abu Dhabi
-
Mulai Bluebird, Skoda, BYD, Damri sampai ComfortDelGro Siap Garap Sektor EV di Ibu Kota Nusantara
Rona
-
Kisah Akbar, Disabilitas Netra yang Berkelana di Ruang Sastra Tukar Akar
-
Warriors Cleanup Indonesia: Gerakan Anak Muda Ubah Kegelisahan Akan Lingkungan Jadi Aksi Nyata
-
Bandung Sustainability Summit 2025: Kota Kembang Pimpin Gerakan Hijau Nasional!
-
Mengenal Lutung Jawa: Si Hitam Penjaga Rimba yang Terancam Punah
-
Pengen Berkiprah di Pekerjaan Hijau? Ini Tiga Sektor Pekerjaan Hijau Paling Menjanjikan
Terkini
-
5 HP Vivo Turun Harga Gila-gilaan! Mana yang Paling Worth It?
-
Joko Anwar Rilis First Look Film Horor Komedi Terbarunya, Ghost in the Cell
-
Konservasi Penyu di Pantai Sukamade Banyuwangi yang Menginspirasi
-
Review ASUS ExpertBook PM3: Laptop Bisnis Kencang dan Ringan, Cocoknya Buat Siapa?
-
Spoiler Drakor Dynamite Kiss Episode 9-10 Sub Indo, Ada Cameo Nam Goong Min