Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | YESRUN EKA SETYOBUDI
Ilustrasi sampah elektronik (Freepik.com)

Dalam era digital yang semakin maju penggunaan perangkat elektronik seperti ponsel, laptop, dan televisi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun di balik manfaatnya yang besar, ada masalah serius yang mulai mengancam lingkungan, yaitu sampah elektronik atau yang sering disebut e-waste.

Sampah elektronik merupakan limbah dari perangkat elektronik yang sudah tidak terpakai atau rusak. Menurut data dari Global E-Waste Monitor 2022, Indonesia menghasilkan lebih dari 1,1 juta ton sampah elektronik setiap tahunnya  dan angka ini terus meningkat seiring bertambahnya konsumsi gadget oleh masyarakat. Namun, kesadaran untuk mengelola e-waste secara benar masih sangat rendah.

Padahal, jika tidak dikelola dengan baik sampah elektronik bisa membahayakan kesehatan dan lingkungan. Di dalamnya terdapat bahan beracun seperti timbal, merkuri, arsenik, dan kadmium yang dapat mencemari tanah, air, serta udara.

Selain itu, proses pembakaran sembarangan sering dilakukan untuk memisahkan logam berharga dari komponen elektronik dan ini melepaskan gas beracun ke atmosfer.

Sebagai bagian dari gaya hidup ramah lingkungan atau eco-friendly lifestyle  kita bisa mulai peduli terhadap sampah elektronik. Langkah pertama yang sederhana adalah tidak langsung membuang gadget lama begitu mendapatkan perangkat baru.

HP atau laptop usang masih bisa dimanfaatkan sebagai alat cadangan, media penyimpanan eksternal, bahkan dikonversi menjadi alat IoT rumah tangga.

Jika gadget memang sudah tidak bisa digunakan lagi, penting untuk menyerahkannya ke layanan daur ulang resmi. Beberapa produsen elektronik seperti Samsung, Apple, dan LG menyediakan program daur ulang produk mereka. Dengan begitu, gadget rusak akan dikelola secara aman dan ramah lingkungan.

Selain itu, kita juga bisa menyumbangkan perangkat elektronik yang masih berfungsi kepada sekolah atau yayasan sosial. Banyak komunitas yang membutuhkan gadget untuk mendukung aktivitas belajar mengajar atau produktivitas kerja. Ini bukan hanya langkah menjaga lingkungan tetapi juga berbagi manfaat bagi orang lain.

Menjalani eco-friendly lifestyle juga harus dimulai dari keluarga kecil. Orang tua bisa mulai mengedukasi anak-anak tentang pentingnya menjaga lingkungan, termasuk cara mengelola sampah elektronik.

Mengajarkan anak bahwa gadget bekas bukanlah sampah biasa, melainkan limbah yang butuh penanganan khusus, bisa menjadi awal dari kesadaran lingkungan sejak dini.

Kesadaran akan bahaya e-waste dan cara mengelolanya adalah bagian penting dari hidup sehat dan berkelanjutan. Dengan langkah sederhana seperti tidak membuang gadget sembarangan, mendaur ulang, atau menyumbang perangkat lama, kita semua bisa turut serta dalam upaya menjaga bumi dari ancaman sampah elektronik.

Mari mulai hari ini. Tidak perlu menunggu momentum besar atau perubahan sistem untuk ikut menjaga bumi. Setiap langkah sederhana seperti tidak membuang gadget sembarangan, menyumbangkan perangkat elektronik yang masih berfungsi, atau membawa HP rusak ke tempat daur ulang resmi bisa menjadi awal dari perubahan yang lebih luas.

Kita mungkin hanya satu orang dari jutaan pengguna gadget di Indonesia, tetapi jika setiap individu melakukan hal yang sama, dampaknya akan terasa secara kolektif.

Kesadaran akan bahaya sampah elektronik harus dimulai dari diri sendiri, lalu ditularkan kepada keluarga, teman, hingga lingkaran sosial yang lebih luas. Bukan hanya soal peduli lingkungan, tapi juga tanggung jawab moral terhadap generasi mendatang.

Jadi, mulailah dari hal kecil. Simpan dulu gadget yang rusak, cari informasi tentang layanan daur ulang terdekat  atau bagikan artikel seperti ini ke media sosialmu agar semakin banyak orang yang tahu. Karena percayalah, setiap tindakan kecil yang kita lakukan hari ini punya arti besar untuk masa depan kita bersama.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

YESRUN EKA SETYOBUDI