2024, seorang professor Universitas Tokyo, Jepang, bernama Hidesaburo Ueno, membeli seekor anjing ras Akita. Anjing itu diberi nama Hachiko, diambil dari bahasa Jepang. Hachi berarti keberuntungan.
Tak butuh waktu lama, ia dan Hachiko langsung begitu akrab. Tidak sekadar menjadi tuan dan binatang peliharaan, melainkan menjelma bak teman dekat.
Professor memiliki agenda harian, salah satunya mengajar di Universitas Tokyo. Untuk mencapai tempatnya mengajar, ia menggunakan kereta api dari area rumah menuju kampus.
Setiap kali pergi, Hachiko selalu menemani sang professor. Ia mengantar sampai stasiun, lalu pukul 3 sore kembali ke sana menunggu tuannya datang.
Begitu Hachiko lakukan tiap hari tanpa merasa bosan. Sang professor pun tak pernah libur mendapati Hachiko menyambutnya pulang di Stasiun Shibuya.
Hingga suatu hari, pada tanggal 21 Mei 1925, Professor Ueno yang sedang mengajar tetiba ambruk. Ia meninggal dunia sebab terkena serangan stroke.
Hachiko yang tidak tahu kabar tuannya menunggu di tempat biasa hingga malam. Seperti biasa, ia hendak menunggu tuannya pulang mengajar.
Keesokan harinya, Hachiko kembali ke Stasiun Shibuya. Ia datang bak sangat berharap professor Ueno pulang seperti biasa.
Hanya saja, tiap kali Hachiko menunggu, sang professor tak kunjung datang. Hachiko tak putus asa. Ia tetap berada di sana.
Orang-orang pada mulanya acuh. Akan tetapi, lama kelamaan mereka menaruh simpati. Ia diadopsi beberapa majikan yang kebetulan rumahnya jauh dari Stasiun Shibuya.
Hachiko tak menyerah. Ia seringkali kali kabur dan berlari ke stasiun demi menunggui tuan professor pulang.
Sampai pada akhirnya, salah seorang warga yang tinggal tidak begitu jauh dari Stasiun Shibuya mengadopsi Hachiko lantaran kasihan melihat kegigihannya.
Kesetiaan Hachiko akhirnya mulai dikenal publik Jepang ketika murid professor Ueno datang ke Stasiun Shibuya.
Ia yang mendengar rumor tentang Hachiko membuktikan sendiri tentang kesetiaan Hachiko. Ia pun menulis banyak kisah tentang Hachiko yang salah satunya dimuat koran nasional.
Sejak saat itu, Hachiko semakin terkenal dan menarik perhatian publik. Kesetiannya menunggu professor Ueno tak tanggung-tanggung.
Selama 9 tahun 9 bulan 15 hari, Hachiko terus mendatangi Stasiun Shibuya demi menunggui majikannya.
Hingga akhirnya, Hachiko ditemukan meninggal di jalanan Shibuya pada 8 Maret 1935. Ia pun dikremasi, dan abunya ditaruh di samping makam Professor Ueno.
Pemerintah pun memutuskan untuk mengabadikan kesetiaan Hachiko dengan membangun patung Hachiko dan ditaruh di Stasiun Shibuya. Dengan begitu, Hachiko menjadi simbol kesetiaan seekor anjing pada tuannya.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Sebelum Mobil Listrik, Ada Kendaraan Bertenaga Anjing! Sejarah Kelam Cynosphere yang Terlupakan
-
Pengakuan Jujur Thom Haye soal Kualitas Timnas Indonesia saat Dibantai Jepang: 30 Menit Pertama Bagus Tapi....
-
Kevin Diks Ketakutan Habis Cedera di Timnas Indonesia vs Jepang: Saya Sampai Lakukan...
-
Review Film River, Terjebak dalam Pusaran Waktu
-
Profil Febru Danar Surya, Ilustrator Bantul di Balik Koreografi Godzila Vs Gundala saat Lawan Jepang
Ulasan
-
Ulasan Novel The Years of the Voiceless: Potret Kehidupan di Bawah Represi
-
Review Film Officer Black Belt, Kisah Kim Woo Bin dalam Menangkap Penjahat
-
Review Film We Live in Time, Kisah Romansa yang Dibintangi Andrew Garfield
-
Menguak Misteri Pembunuhan Sebuah Keluarga dalam Novel 'Pasien'
-
Ulasan Buku 'Di Tanah Lada': Pemenang II Sayembara Menulis Novel DKJ 2014
Terkini
-
Gagal Raih Juara Dunia 2024, Seperti Apa Nasib Pecco Bagnaia Musim Depan?
-
Kolaborasi Tim Peserta Pilkada Polewali Mandar 2024 Melalui Gerakan Pre-Emtif dalam Pencegahan Politik Uang
-
Jung Woo-sung Konfirmasi Punya Anak dengan Model Moon Ga-bi
-
Bikin Awet Muda! 3 Rekomendasi Sunscreen dengan Kandungan Anti-Aging
-
PSSI Rilis 27 Nama Pemain Timnas untuk AFF Cup 2024, Ada Alumni PD U-17