Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Moe
Ilustrasi patung Hachiko (Pixabay/Mantas Volungevicius).

2024, seorang professor Universitas Tokyo, Jepang, bernama Hidesaburo Ueno, membeli seekor anjing ras Akita. Anjing itu diberi nama Hachiko, diambil dari bahasa Jepang. Hachi berarti keberuntungan.

Tak butuh waktu lama, ia dan Hachiko langsung begitu akrab. Tidak sekadar menjadi tuan dan binatang peliharaan, melainkan menjelma bak teman dekat.

Professor memiliki agenda harian, salah satunya mengajar di Universitas Tokyo. Untuk mencapai tempatnya mengajar, ia menggunakan kereta api dari area rumah menuju kampus.

Setiap kali pergi, Hachiko selalu menemani sang professor. Ia mengantar sampai stasiun, lalu pukul 3 sore kembali ke sana menunggu tuannya datang.

Begitu Hachiko lakukan tiap hari tanpa merasa bosan. Sang professor pun tak pernah libur mendapati Hachiko menyambutnya pulang di Stasiun  Shibuya.

Hingga suatu hari, pada tanggal 21 Mei 1925, Professor Ueno yang sedang mengajar tetiba ambruk. Ia meninggal dunia sebab terkena serangan stroke.

Hachiko yang tidak tahu kabar tuannya menunggu di tempat biasa hingga malam. Seperti biasa, ia hendak menunggu tuannya pulang mengajar.

Keesokan harinya, Hachiko kembali ke Stasiun Shibuya. Ia datang bak sangat berharap professor Ueno pulang seperti biasa.

Hanya saja, tiap kali Hachiko menunggu, sang professor tak kunjung datang. Hachiko tak putus asa. Ia tetap berada di sana.

Orang-orang pada mulanya acuh. Akan tetapi, lama kelamaan mereka menaruh simpati. Ia diadopsi beberapa majikan yang kebetulan rumahnya jauh dari Stasiun Shibuya.

Hachiko tak menyerah. Ia seringkali kali kabur dan berlari ke stasiun demi menunggui tuan professor pulang.

Sampai pada akhirnya, salah seorang warga yang tinggal tidak begitu jauh dari Stasiun Shibuya mengadopsi Hachiko lantaran kasihan melihat kegigihannya.

Kesetiaan Hachiko akhirnya mulai dikenal publik Jepang ketika murid professor Ueno datang ke Stasiun Shibuya.

Ia yang mendengar rumor tentang Hachiko membuktikan sendiri tentang kesetiaan Hachiko. Ia pun menulis banyak kisah tentang Hachiko yang salah satunya dimuat koran nasional.

Sejak saat itu, Hachiko semakin terkenal dan menarik perhatian publik. Kesetiannya menunggu professor Ueno tak tanggung-tanggung.

Selama 9 tahun 9 bulan 15 hari, Hachiko terus mendatangi Stasiun Shibuya demi menunggui majikannya.

Hingga akhirnya, Hachiko ditemukan meninggal di jalanan Shibuya pada 8 Maret 1935. Ia pun dikremasi, dan abunya ditaruh di samping makam Professor Ueno.

Pemerintah pun memutuskan untuk mengabadikan kesetiaan Hachiko dengan membangun patung Hachiko dan ditaruh di Stasiun Shibuya. Dengan begitu, Hachiko menjadi simbol kesetiaan seekor anjing pada tuannya.

Moe