Pandemi COVID-19 merupakan epidemi penyakit yang menyebar dengan wilayah yang luas. Dampak pandemi sangat dirasakan oleh masyarakat, tidak semata hanya menyerang kesehatan fisik, tapi juga kesehatan mental. Kehadiran virus ini memaksa pemerintah di berbagai negara untuk menetapkan lockdown dengan mewajibkan setiap masyarakatnya berdiam diri di rumah dan membatasi aktivitas sehari-hari.
Meskipun dapat meminimalkan penyebaran COVID-19, tapi nyatanya lockdown juga punya dampak buruk bagi kesehatan mental, membuat masyarakat semakin khawatir dan cemas sehingga mengalami stres. Apabila ingin mengetahui lebih jauh mengenai lockdown dan dampaknya bagi kesehatan mental, simak ulasan singkat di bawah ini, yuk!
Apa itu lockdown?
Seperti yang telah disinggung sedikit di atas, lockdown merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meminimalkan risiko penyebaran COVID-19, dengan mengimbau masyarakat tidak keluar rumah saat melakukan aktivitas sehari-hari seperti sekolah, bekerja atau aktivitas lain di luar rumah. Sebagai gambaran, seseorang yang terkonfirmasi positif COVID-19 memiliki kemungkinan untuk menularkan virusnya kepada beberapa orang di sekitarnya yang tidak terinfeksi.
Hal tersebut bisa meningkatkan jumlah orang yang terkonfirmasi positif COVID-19. Jika upaya lockdown ini tidak dijalani dengan baik oleh masyarakat, tentu akan meningkatkan risiko penyebaran COVID-19 itu sendiri, maka dari itu penting sekali menaati peraturan terkait lockdown ini karena dampak yang ditimbulkan akan sangat besar. Namun, tahukah kamu? Kalau lockdown juga memiliki pengaruh cukup kuat untuk kesehatan mental masyarakat, lho.
Dampak lockdown terhadap kesehatan mental
Tujuan dari lockdown itu sendiri memang untuk membantu sebuah negara dalam mengurangi atau meminimalkan penyebaran virus COVID-19, tapi juga dapat berisiko buruk bagi masyarakat, baik secara ekonomi maupun psikologis (kesehatan mental). Seperti yang telah kita ketahui bahwa lockdown adalah upaya pemerintah yang mengharuskan warganya untuk menempatkan diri mereka di rumah sehingga membuat mereka tidak memiliki kebebasan dalam beraktivitas.
Situasi seperti itu dapat meningkatkan tekanan psikologis atau gangguan pada kesehatan mental, terlebih untuk orang-orang yang cara merawat kesehatan mentalnya dengan bertemu teman atau melakukan aktivitas di luar. Tentu, hal ini menjadi tantangan sekaligus tekanan tersendiri bagi mereka. Belum lagi, mereka yang terpaksa harus "dirumahkan" oleh perusahaan tempatnya bekerja, karena dampak lockdown yang menyebabkan banyak perusahaan atau tempat usaha tutup.
Hal-hal tersebut tentu membentuk sebuah tekanan-tekanan baru terhadap mental bahkan tak jarang berdampak pula pada kesehatan fisik. Tekanan terhadap mental semakin diperparah dengan syarat lockdown yang mewajibkan masyarakat hanya beraktivitas di dalam rumah, tidak bisa beraktivitas seperti biasa, dan sulit untuk melakukan interaksi dengan lingkungan luar.
Alhasil, banyak masyarakat yang merasa bahwa hari-hari begitu terasa sangat lambat. Dengan begitu, lockdown dapat meningkatkan kebosanan luar biasa hingga menimbulkan gangguan kesehatan mental. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan positif untuk mengatasi perasaan tidak menyenangkan atau tekanan yang muncul sebagai dampak dari lockdwon, seperti di bawah ini.
1. Menemukan aktivtas baru
Untuk membunuh rasa bosan sekaligus merawat kesehatan mental selama lockdown berlangsung, kamu bisa mencari aktivitas-aktivtas baru yang menyenangkan di dalam rumah. Misalnya, membaca buku, menonton film, mengembangkan hobimu, mengobrol dengan teman lewat media sosial, atau memelihara hewan seperti kucing atau anjing.
2. Mengedukasi diri
Selama lockdown, kamu juga disarankan untuk terus mengedukasi diri tentang berbagai hal, terutama dampak lockdown bagi kesehatan mental dan cari tahu cara mencegah atau mengatasinya. Hal ini dapat meminimalkan dampak buruk bagi kesehatan mentalmu selama lockdown, karena kamu sudah tau cara mencegah atau mengatasinya.
3. Menjaga pola hidup sehat
Tidak hanya dari faktor luar, tetapi faktor dalam juga dapat mempengaruhi kesehatan mentalmu selama lockdown. Jadi, pastikan kamu tetap menjaga pola hidup sehat selama lockdown untuk mengurangi risiko terganggunya kesehatan mental. Kamu bisa menjalani pola hidup segat dengan istirahat cukup, mengonsumsi makanan bergizi, kelola stres dengan berolahrgara ringan dalam rumah atau meditasi, dan lain-lain.
4. Mengembangkan pola pikir positif
Apa pun situasi dan kondisi kamu saat lockdown berlangsung, pastikan kamu tetap menjaga pola pikir positif. Tak hanya saat lockdown, berpikir positif dalam menyikapi situasi apa pun nyatanya dapat menjaga ketenangan diri dan kedamaian hidupmu. Jadi, buang jauh-jauh pikiran buruk yang tak berarti agar kesehatan mentalmu tetap terjaga dengan baik.
5. Berkonsultasi dengan ahli
Berkonsultasi dengan tenaga ahli atau profesional guna menjaga kesehatan mental adalah wajib hukumnya, terlebih saat situasi yang mengelilingimu membuat hidupmu tak tenang. Oleh karena itu, jangan pernah malu untuk mencari bantuan profesianal apabila kamu merasa membutuhkannya, ya.
Itulah ulasan singkat mengenai dampak lockdown terhadap kesehatan mental selama pandemi COVID-19 yang harus kamu ketahui. Satu hal yang harus kamu ingat, kamu tidak sendirian dan semuanya akan baik-baik saja. Tetap bertahan!
Referensi
Diaz KM, Thanataveerat A, Parsons FE, Yoon S, Cheung YK, Alcántara C, et al. The influence of daily stress On Sedentary BEHAVIOR: Group and Person (N of 1) level results of a 1-Year observational study. Psychosomatic Medicine. 2018Sep1;80(7):620–7.
Atalan A. Is the lockdown important to prevent the COVID-19 pandemic? effects on psychology, environment and economy-perspective. Annals of Medicine and Surgery. 2020;56:38–42.
Khazanah Islam, "Dompet Dhuafa," https://dompetdhuafa.org/id/berita/detail/jika-lockdown-Indonesia
4. Droit-Volet S, Gil S, Martinelli N, Andant N, Clinchamps M, Parreira L, et al. Time and covid-19 stress in the lockdown situation: Time Free, «dying» of boredom and sadness. PLOS ONE. 2020;15(8).
5. Diaz KM, Thanataveerat A, Parsons FE, Yoon S, Cheung YK, Alcántara C, et al. The influence of daily stress on sedentary behavior: Group and person (N of 1) level results of a 1-year observational study. Psychosomatic Medicine. 2018;80(7):620–7.
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Cak Imin Akui BPJS Kesehatan Belum Bisa Diklaim untuk Pengobatan Judol di Beberapa RS
-
Hari Guru Nasional: Momentum Tingkatkan Kesadaran Pentingnya Cek Kesehatan Bagi Para Guru
-
SPP Cuma Rp3.500, Murid PAUD Yuni Shara di Kota Batu Tetap Dapat Fasilitas Kesehatan Selengkap Ini
-
Bek Timnas Rizky Ridho Selalu Minum Sambil Jongkok, Ini Alasannya
-
Mengenal Prosedur Radio Frequency Ablation: Solusi Minim Invasif untuk Pembesaran Kelenjar Tiroid
Ulasan
-
Review Gunpowder Milkshake: Ketika Aksi Bertemu dengan Seni Visual
-
Ulasan Buku My Home: Myself, Rumah sebagai Kanvas Kehidupan
-
Menggali Makna Kehidupan dalam Buku Seni Tinggal di Bumi Karya Farah Qoonita
-
Bisa Self Foto, Abadikan Momen di Studio Terbesar Kota Jalur
-
Ulasan Buku Bersyukur Tanpa Libur: Belajar Menerima Apa yang Kita Miliki
Terkini
-
PSSI Targetkan Timnas Indonesia Diperingkat ke-50 Dunia pada Tahun 2045 Mandatang
-
Memerankan Ibu Egois di Family by Choice, Kim Hye Eun: Saya Siap Dihujat
-
3 Serum yang Mengandung Tranexamic Acid, Ampuh Pudarkan Bekas Jerawat Membandel
-
3 Varian Cleansing Balm Dear Me Beauty untuk Kulit Kering hingga Berjerawat
-
Alfan Suaib Dapat Panggilan TC Timnas Indonesia, Paul Munster Beri Dukungan