Siapa yang tidak mengenal nama Soe Hok Gie. Aktivis yang satu ini begitu familier di telinga kita, terlebih di kalangan mahasiswa. Ia merupakan sosok idola. Gie menjadi ikon idealisme di era ’66 dan awal Orde Baru.
Hidup Gie memang tidak lama. Namun, perjalanan hidupnya penuh dengan perjuangan, maka tidak heran jika namanya masih dikenang hingga saat ini.
Semasa hidupnya, Gie kerap kali melayangkan kritikan pada penguasa negara. Melalui berbagai tulisan, ia tumpahkan keresahannya melihat realitas masyarakat kala itu. Karena tulisannya itulah dia lebih dikenal sebagai seorang demonstran atau istilah keren sekarang aktivis.
Gie merupakan pria yang produktif menulis. Dari karya tulis berupa artikel, puisi, dan karya skripsinya yang dibukukan, kita tahu sepak terjang Gie. Ia kerap menyuarakan kritikan untuk membela rakyat yang tertindas.
Bukan hanya itu, Gie juga menulis di buku catatan harian. Generasi sekarang, barangkali dapat mengetahui bahwa film Gie yang disutradarai Riri Riza adalah film yang disadur dari catatan harian Gie.
Ketika Orde Lama tumbang, Gie tidak berhenti menyuarakan kritikannya. Hal ini dinilai oleh berbagai kalangan, karena Gie melihat harapan perubahan di era Orde Baru justru tidak tampak.
Gie menentang kediktatoran Presiden Soekarno sebagai pemimpin rezim Orde Lama dan kecewa terhadap kepemimpinan Presiden Soeharto di rezim Orde Baru. Ia yang berharap di Orde Baru itu Indonesia lebih demokratis, malah sebaliknya. Ia kecewa di era baru ini, karena melihat negara lebih otoriter.
Banyak fakta menarik dari sosok Soe Hok Gie ini. Namun, ada hal yang paling menarik. Hal unik itu adalah tanggal lahir dan tanggal meninggalnya.
Gie lahir pada tanggal 17 Desember 1942. Kemudian ia meninggal pada tanggal 16 Desember 1969. Jika dihitung, maka genap usia Gie 27 Tahun.
Namun, orang lebih menggenapkan hitungan hari ulang tahun pada tanggal yang sama dengan tanggal kelahirannya. Padahal, seharusnya hitungan genap adalah dari tanggal awal dan tanggal akhir.
Gie meninggal sehari sebelum tanggal kelahirannya. Gie, sang pendiri Mapala Universitas Indonesia, ikon idealisme di Era ’66 dan awal Orde Baru itu meninggal saat mendaki gunung Semeru. Semeru menjadi saksi genap hitungan usianya, 27 tahun.
Berbahagialah dalam ketiadaanmu, Gie!
Referensi
Maxwell, John R.(2001). Soe Hok Gie: Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani. Jakarta: Grafiti Pers.
Baca Juga
Artikel Terkait
Ulasan
-
Matahari Mata Hati: Mimpi yang Tumbuh dari Pesantren dan Persahabatan
-
Review Film Good Boy: Horor dari Sudut Pandang Seekor Anjing yang Setia
-
Menariknya Film Kang Solah from Kang Mak x Nenek Gayung, Sekuel yang Berani Ganti Sudut Pandang
-
Film Rest Area yang Terlalu Ambisius dan Lupa Caranya Memikat Penonton
-
Bukan Tentang Siapa yang Selamat, Memahami Lebih Dalam Film Tukar Takdir
Terkini
-
Ngampus Tetap On Point! Ini 4 OOTD Xaviera Putri yang Bikin Auto Stylish
-
A24 Hadirkan Rom-Com Afterlife Paling Menyentuh Lewat Film Eternity
-
Bukan Skincare Biasa! Brand Lokal Rilis Serum dari Rambutan dan Alga Hijau
-
Filosofi MBG: Kunci MAN 1 Sukabumi ke Grand Final AXIS Nation Cup 2025
-
Runway Virtual: 3 Game Fashion Show untuk Para Fashionista di Roblox