Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | melvia erfaryndra
ilustrasi menonton Netflix (pixabay).

Layanan streaming acara TV dan film yang berbasis langganan sangat populer dan digandrungi banyak orang. Terlebih lagi di saat pandemi COVID-19, layanan ini semakin diminati banyak orang untuk menghabiskan waktu di rumah. Berbicara mengenai layanan streaming acara TV dan film, maka hal ini erat kaitannya dengan Netflix.

Netflix adalah perusahaan penyedia layanan streaming online yang berpusat di Los Gatos, California. Berdasarkan CNBC (2021), jumlah pelanggan Netflix secara global pada kuartal 3 tahun 2021 berjumlah 214 juta. Hal tersebut menjadikan Netflix berada di peringkat pertama jumlah pelanggan terbanyak di antara beberapa layanan streaming lainnya.

Kesuksesan tersebut menjadi bukti bahwa Netflix mampu mengembangkan perusahaan dengan baik. Kesuksesan tersebut membuat kita bertanya-tanya, bagaimana Netflix mampu mengembangkan perusahaannya sedemikian rupa sehingga menjadi perusahaan nomor satu dalam jasa layanan streaming online?

Mengantisipasi perkembangan teknologi

Mungkin banyak orang yang tidak tahu bahwa Netflix telah berdiri sejak tahun 1997. Sebelum menjadi perusahaan raksasa seperti saat ini, Netflix merupakan perusahaan yang menjual dan menyewakan DVD dengan sistem digital dan keanggotaan untuk menjadi pelanggan. Pada 2007, Netflix mengubah bisnisnya menjadi layanan streaming online.

Perubahan bisnis tersebut tidak dilakukan secara tiba-tiba begitu saja. Di saat bisnis rental DVD Netflix berada di puncak kesuksesan, Netflix telah memiliki rencana untuk masuk ke bisnis streaming online. Namun Netflix hanya bisa menunggu perkembangan teknologi. Hingga pada akhirnya di tahun 2007, di saat teknologi internet telah berkembang pesat, Netflix akhirnya meluncurkan layanan streaming online di Amerika Serikat dengan koleksi tayangan yang berlisensi Studio Hollywood. Sejak saat itu bisnis Netflix semakin tumbuh, di sisi lain penjualan DVD semakin menurun. 

Perubahan menjadi streaming online menjadikan Netflix dapat dengan mudah mengekspansi pasarnya. Tahun 2010, Netflix pertama kali melakukan ekspansi internasional ke Kanada dan terus melakukan perkembangan ke berbagai negara. Hingga saat ini Netflix telah mampu menyediakan layanan streaming di lebih dari 190 negara.

Terus melakukan pengembangan

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, perubahan paling besar yang dilakukan Netflix yaitu mengubah bisnisnya menjadi bisnis layanan streaming online. Namun, Netflix tidak berhenti begitu saja. Setelah melakukan perubahan besar. Inc.com (2021) melansir, Netflix mengembangkan bisnisnya untuk memproduksi berbagai TV Series dan film.

Beberapa TV Series dan film produksi Netflix yang sangat sukses adalah Stranger Things, House of Cards, Bridgerton, dan masih banyak lagi. Pengembangan bisnis yang dilakukan Netflix dapat dikatakan sangat berisiko, namun nyatanya Netflix dapat berhasil melakukannya.

Tidak berhenti begitu saja, Netflix selanjutnya melakukan pengembangan konten dengan menambahkan konten internasional untuk penonton dari berbagai negara. Netflix bahkan menjadi produsen dan distributor TV Series dan film dari berbagai negara, seperti Korea Selatan, Prancis, Inggris, dan sebagainya.

Terbuka kepada karyawan

Tidak hanya dari faktor lingkungan eksternal, kesuksesan Netflix didorong oleh sumber daya manusia sebagai penggerak roda bisnis perusahaan. Dalam menggerakkan roda bisnisnya, Netflix turut mengikutsertakan para karyawannya saat mengambil keputusan.

Netflix meyakini karyawannya akan melakukan apa yang menurut mereka terbaik untuk Netflix, dengan memberikan mereka kebebasan, kekuatan, dan informasi untuk mendukung keputusan yang mereka ambil. Dengan memberikan keleluasaan, maka karyawan akan merasa bertanggung jawab untuk memberikan pekerjaan yang baik dan bernilai positif kepada perusahaan.

Hal serupa juga diungkapkan Cummings dan Worley (2018) yang menyatakan bahwa keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan akan memberikan dampak positif kepada perusahaan, seperti pengambilan keputusan yang lebih cepat dan lebih responsif, peningkatan kinerja, dan peningkatan kepuasan karyawan.

Dalam proses pengambilan keputusan, Netflix sangat mengedepankan transparansi informasi kepada seluruh karyawannya. Cara yang dilakukan Netflix adalah dengan berbagi dokumen secara internal. Hampir setiap dokumen sepenuhnya terbuka dan dapat dibaca maupun dikomentari oleh siapa saja. Baik dokumen terkait keputusan strategi, pesaing, dan uji fitur produk terbuka untuk dibaca oleh semua karyawan. Sering kali Netflix dihadapkan pada peristiwa kebocoran dokumen, tetapi Netflix menganggap nilai karyawan yang memiliki informasi dan berpengetahuan tinggi lebih berharga dibandingkan dengan bocornya dokumen-dokumen internal.

Inklusif

Seperti yang diketahui, Netflix selalu menyuguhkan tontonan yang mempresentasikan keragaman, baik budaya, etnis, gender, dan sebagainya. Tidak hanya di dalam tontonan saja, inklusi dan keberagaman itu juga tercermin di internal perusahaan Netflix pula. Netflix percaya bahwa keragaman dan inklusi akan memberikan inovasi dan kreativitas bagi perusahaan.

Sebagai perusahaan global, Netflix memiliki pegawai yang berasal dari latar belakang yang beragam, baik ras, etnik, usia, dan gender. Menyadari hal tersebut Netflix ingin menciptakan perasaan yang nyaman bagi seluruh karyawannya dengan menciptakan Employee Resource Group (ERGs) sebagai ruang kepada para karyawan yang memiliki kesamaan satu dengan yang lain.

Netflix memiliki 15 ERG yang melayani komunitas karyawan yang memiliki kesamaan, sebagai contoh Black@Netflix yaitu komunitas karyawan berkulit hitam dan Pride@Netflix, yaitu untuk karyawan yang termasuk dalam LGBTQ+.

360-degree Feedback

Karyawan adalah aset berharga bagi perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan harus mampu mengelola karyawan agar berkinerja baik. Sebagai perusahaan yang bergerak pada bidang media dan teknologi, Netflix harus berhadapan dengan cepatnya perubahan lingkungan, seperti perubahan teknologi dan preferensi masyarakat. Perubahan di lingkungan eksternal Netflix harus dibarengi dengan kemampuan adaptasi para karyawan.

Ketidakmampuan karyawan dalam beradaptasi akan berdampak kepada kinerja perusahaan dan akhirnya berdampak pula pada kinerja perusahaan. Di Netflix, penilaian kinerja dilakukan dengan pendekatan “360 degree” yang berarti dapat dilakukan oleh siapa saja, baik oleh pegawai magang atau chief executives.

Harvard Business Review (2014) melansir penilaian “360 degree” yang diadopsi Netflix dilakukan dengan menilai apa yang harus dihentikan, dimulai, dan terus dilakukan oleh para karyawan dalam bekerja. Pada awalnya, penilaian ini dilakukan dengan sistem anonim menggunakan software. Namun, seiring perkembangan waktu, penilaian dilakukan secara langsung.

Referensi

Bill Murphy Jr. (2021, August 21). Netflix Made 9 Big Changes, and Most Subscribers Now Have No Idea. Retrieved December 17, 2021, from Inc.com website: https://www.inc.com/bill-murphy-jr/netflix-made-9-big-changes-most-subscribers-have-no-idea-about-them.html

Cummings, Thomas G & Worley, Christopher G . (2009). Organization Development & Change, Australia: South-Wester.

How Netflix Reinvented HR. (2014). Retrieved December 17, 2021, from Harvard Business Review website: https://hbr.org/2014/01/how-netflix-reinvented-hr

Netflix. (2021, january 13). Inclusion Takes Root at Netflix: Our First Repost. Retrieved from https://about.netflix.com/en/news/netflix-inclusion-report-2021.

Netflix. (n.d). Netflix Culture. Retrieved from https://jobs.netflix.com/culture

Sherman, A., & Subin, S. (2021, November 10). Disney makes the trend clear: Growth is slowing for streaming services. Retrieved December 18, 2021, from CNBC website: https://www.cnbc.com/2021/11/10/disney-netflix-and-other-streaming-services-subs-arpu-q3-2021.html

melvia erfaryndra