Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Angel Denise Hutubessy
Stop Asian Hate (Unsplash.com/ Jon Tyson)

Mungkin kebanyakan orang menjumpai beberapa public figure berkebangsaan Asia yang menetap di Amerika menyerukan tagar #StopAsianHate. Sebut saja actor Gemma Chan, Rendall Park atau youtuber Eugeune Lee Yang dan Ryan Higa. Bukan hanya para public figure tetapi juga media memberitakan banyaknya terjadi bentuk kebencian atau kekerasan yang ditujukan untuk para keturunan Asia yang menetap di Amerika. Tetapi sebenarnya apa sih Asian Hate itu? Nah, sebelum membahas lebih lanjut mengenai Asian Hate, mari kita membahas akar permasalahannya mulai dari Covid-19 hingga peran politik dalam menangani bahkan memicunya. 

Mulai dari kebencian non verbal seperti satu keluarga keturunan Asia yang sedang berada di restoran, California dimarahi dan diejek oleh warga lokal, seorang wanita Korea-Amerika di tengah kota Manhattan dijambak rambutnya, didorong, dan ditinju wajahnya oleh seorang penyerang sambal meneriakan “You’ve got coronavirus, you Asian (makian)” yang berarti “Kamu terkena virus corona, dasar kamu orang Asia” (Miles, 2020).

Rasisme terhadap keturunan Asia di Amerika sebanarnya sudah lama terjadi, tetapi semakin menyulut semenjak Donald Trump menggunakan istilah “China virus” untuk Covid-19 dalam berbagai pidato dan tweetnya (James Fallow, 2020) Semenjak itu jumlah kekerasan meningkat, media sosial menjadi platform yang mengekspos kejahatan yang melibatkan kekerasan fisik hingga pelecehan. Tagar Twitter seperti #WashTheHate dan #HateIsAVirus menjadi tren di platform media sosial. 

Kejahatan yang ditujukan menargetkan Keturunan Asia secara khusus, meski penyakit tersebut berdampak pada semua ras/etnis (Gover et al., 2020), bahkan penyebarannya tidak berhubungan sama sekali dengan ras. Kekerasan yang ditujukan pada imigran dan keturunan Asia, diperkirakan karena terdapat kelompok yang merasa dirinya menjadi puncak hierarki (Kulit putih Amerika) dan juga karena kepercayaan bahwa Asia-Amerika tidak pantas berada di Amerika Serikat.

Kejahatan berbasis kebencian terhadap kelompok minoritas sebenarnya sudah muncul dari berdekade lalu tetapi tidak banyak terfokus dengan kejahatan yang ditujukan pada imigran dan keturunan Asia. Penelitian tentang kejahatan rasial terhadap minoritas rasial lebih terfokus pada orang Afrika-Amerika (Craig, 1996). Namun, dengan hadirnya Covid-19, yang diyakini muncul di Wuhan, Tiongkok pada akhir Desember 2019, hal ini mulai membebani para imigran dan keturunan Asia karena ketegangan rasial yang meningkat serta serangan yang ditujukan pada mereka.

Padahal masyarakat keturunan Asia menjadi kelompok yang paling cepat pertumbuhannya di Amerika. Pada tahun 2018, diperkirakan jumlah masyarakat Asian di Amerika Serikat adalah 22,2 Juta (Asian-American and Pacific Islander Heritage Month: May 2019, 2019), sehingga diperkirakan akan menjadi kelompok imigran terbesar di Amerika Serikat. Di antara semua kelompok ras di Amerika Serikat, imigran Asia menjadi yang paling cepat berkembang, di antara tahun 2000 dan 2015 dengan presentase 72% (Abby Budiman, 2021).

Walau sudah lama menetap dan menjadi kelompok imigran terbesar, Rasisme dan Xenophobia sebenarnya sudah mengakar di Amerika Serikat, bukan hanya dari individu bahkan hingga institusional. Kejahatan berbasis rasial juga muncul seiring dengan pandemi Covid-19. Untuk menanggapi ini pada akhir Meret, Anggota Kongres Grace Menge (D-NY) memperkenalkan solusi yang menyerukan semua pejabat publik untuk memvonis diskriminasi anti-Asia.

Selain itu, resolusi tersebut menyerukan lembaga penegak hukum federal untuk menangani kejahatan kebencian terkait pandemi melalui pengumpulan data, dokumentasi, dan investigasi (Jeung et al., n.d.). Kekerasan yang ditujukan pada imigran dan keturunan Asia tidak hanya datang dari individu, tetapi juga institusional yang disebabkan masa krisis pandemi yaitu Covid-19. Akibatanya, hadir rasisme karena dibutuhkan seseorang disalahkan oleh pandemic yang terjadi, sehingga Asian-Amerika menjadi rentas terhadap kejahatan rasial.

Angel Denise Hutubessy

Baca Juga