Fight Club (1999) adalah sebuah film yang disutradarai oleh salah satu sutradara terbaik saat ini David Fincher. Film ini dianggap karya masterpiece-nya seorang David Fincher. Film yang dibintangi oleh Brad Pitt, Helena Bonham Carter, dan Jared Leto ini menceritakan seorang pekerja kantoran yang bosan dengan norma dan standar hidup sosial yang telah ditentukan masyarakat, lalu dia dan temannya membuat klub bertarung jalanan untuk melepas hal-hal duniawi dan melakukan gaya hidup ekstrim. Dalam film Fight Club, gaya hidup yang digambarkan adalah Cynicism. Lalu apa itu Cynicism itu?
Mengenal Cynicism dalam Film Lawas Fight Club
Filosofi Cynicism adalah aliran hidup yang ngasal, sembrono dan jauh dari kata kenyamanan, namun katanya bisa memberikan kebahagiaan. Cynicism adalah aliran filsafat yang dianut oleh Tyler Durden dalam film Fight Club. Bukan materi, kemapanan dan kestabilan hidup yang menjadi tujuan hidup seorang Tyler, namun Tyler mampu hidup penuh dan bahagia dengan caranya yang ekstrim itu.
Baca juga: Westlife Gelar Konser Tambahan 9 Februari 2023, Intip Harga Tiketnya
Cynicism berawal mula dari sosok Diogenes yang kemudian dalam istilah Yunani disebut Kynikoi yang berarti filsuf anjing, kata ini lalu berevolusi menjadi kata Cynic. Praktik kehidupan Diogenes sangatlah ekstrim dia tidak punya rumah, tidak mandi, memakan makanan mentah dan jorok, kerjaannya mengisengi orang-orang kaya dan menghina orang-orang kaya, Diogenes sering kencing sembarangan dan bahkan masturbasi di tempat umum benar-benar seperti anjing liar. Namun filosofi ini banyak diikuti oleh orang-orang dan Diogenes mendapatkan banyak pengikut.
Dalam Bahasa Indonesia sinisme itu berarti orang yang negative thinking tetapi dalam filosofi ini sinisme itu aliran yang percaya bahwa kebahagiaan sejati itu didapatkan ketika ketidak tergantungannya kita terhadap suatu hal yang materialistis dan duniawi. Kaum sinis itu menolak mendapatkan kebahagiaan dari kekayaan, kepamoran, maupun kekuatan.
Sebab, kebahagiaan sejati itu sebenarnyasebenarnya dapat dimunculkan dari sisi internal kita bukan eksternal. Cara hidup Cynicism juga berarti hidup dalam ketidaknyamanan, yang mana Cynicism itu mengajarkan kita untuk bisa menerima penderitaan kita dan bagaimana kita memanfaatkan penderitaan itu untuk menjadi sumber pemenuhan hati dan hidup kita.
Baca juga: Seventeen Tak Sabar Gelar Konser Tambahan di Jakarta: Jaga Kesehatan Yah Carat
Inti filosofi Cynicism terdapat tiga poin utama, pertama Cynicism meyakini bahwa seni, pengetahuan, dan teknologi itu merusak moral manusia, karena hal-hal tersebut manusia terdoktrin dengan apa yang kita lihat dan yang kita cerna dari media-media di sekeliling kita. Contoh paling mudah adalah media sosial, kita jadi terdoktrin bahwa bahagia itu adalah punya rumah megah nan mewah, punya mobil bagus, punya trophy wife, dan lain sebagainya.
Kedua, Cynicism menyuruh kita untuk hidup di”sini” dan pada “saat ini”, maksudnya adalah kita haruslah memaksimalkan apa yang terjadi “saat ini’, bukanlah selalu berfikiran “seandainya”. Ketiga kita harus menjadi Non Comformist. Non Comformist adalah bertindak tidak seperti kebanyakan orang lain bertindak.
Penerapannya Cynicism dalam Tyler Durden, ia memboikot gaya hidup dan membantah norma ajaran masyarakat yang dianggap ideal, lalu Tyler dalam filmnya mengatakan "I say, never be complete, I say stop being perfect, I say.. lets evolve, let the chips fall where they may." Inti dari perkataan Tyler adalah berhentilah menjadi sempurna.
Tyler juga mempercayai bahwa dengan melihat hal-hal yang ada dimedia membuat tujuan hidup kita menjadi ambigu karena kita terdoktrin untuk mengikuti apa yang menjadi standar hidup kita, padahal seharusnya kitalah yang menentukannya. Tak hanya itu, Tyler mengatakan untuk menerima penderitaan dengan tangan dan hati yang terbuka lebar, itulah yang namanya hidup kita selalu mendapatkan penderitaan tetapi jangan jadikan itu sebagai alasan kita tidak bisa mendapatkan kebahagiaan.
Video yang Mungkin Anda Suka.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Fedi Nuril Terlalu Sering Poligami, Ernest Prakasa Ingin Sang Aktor Perankan Tokoh Pastur
-
Ulasan Film 'Green Book': Bersatunya Dua Perbedaan dalam Satu Mobil
-
Tayang 2025, Film Korea Sister Kenalkan 3 Pemeran Utama
-
Ulasan Film The Lobster: Dunia Distopia yang Tak Ramah untuk Para Jomblo
-
Sinopsis Cells at Work, Film Jepang Dibintangi Mei Nagano dan Takero Satoh
Ulasan
-
Ulasan Novel Semasa, Mencari Arti Rumah dalam Kisah Keluarga Kecil
-
Review Aku Tahu Kapan Kamu Mati: Desa Bunuh Diri, Sekuel yang Lebih Ngeri
-
Ulasan Film 'Green Book': Bersatunya Dua Perbedaan dalam Satu Mobil
-
Mengungkap Sisi Lain Jakarta dalam Novel Cerita-Cerita Jakarta
-
Ulasan Film The Lobster: Dunia Distopia yang Tak Ramah untuk Para Jomblo
Terkini
-
7 Drama Korea Tayang Desember 2024, Ada Squid Game Season 2!
-
Transparansi Menjaga Demokrasi di Balik Layar Pemilu, Wacana atau Nyata?
-
Sinopsis Drama Korea Who Is She, Dibintangi Kim Hae Sook dan Jung Ji So
-
Polemik KPU Menghadapi Tekanan Menjaga Netralitas dan Kepercayaan Publik
-
Coffee Shop Menjamur di Era Sekarang, Apakah Peluang bagi Para Pengusaha?