Pernahkah kamu mengamati kondisi saat menjelang Tahun Baru Imlek? Biasanya, sepanjang jalan ataupun rumah akan dihias dengan dekorasi berwarna merah yang melambangkan kekayaan serta keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa.
Beberapa dekorasi yang kerap dilihat adalah gantungan yang menggambarkan shio yang menaungi tahun tersebut, hiasan dengan bentuk menyerupai nanas, hingga lampion yang biasanya identik dengan warna merah.
Tapi, tahukah kamu sejarah lampion yang sering digunakan untuk mendekor sepanjang jalan saat Tahun Baru Imlek? Atau, tahukah kamu bahwa ternyata lampion memiliki banyak jenis?
BACA JUGA: Yuk Buat Suasana Imlek Jadi Meriah dengan 5 Hiasan Ini, Ada Maknanya Lho!
Dilansir dari laman China Highlights, berikut dirangkum beberapa hal mengenai lampion, dimulai dari sejarah hingga waktu penggunaan lampion. Simak baik-baik.
1. Sejarah Lampion
Seorang kaisar Han Timur, Mingdi yang memerintah sejak 57-75 M memerintahkan orang-orang di istana kekaisaran untuk menyalakan lentera atau lampion guna menyembah Buddha pada hari ke lima belas bulan lunar. Sejak saat itu, tanggal tersebut ditetapkan sebagai Festival Lampion.
Selama Dinasti Tang (618–907M), orang-orang mulai menggunakan lampion untuk merayakan kedamaian kehidupan mereka serta kekuatan negara. Hal ini yang kemudian menjadikan lampion semakin terkenal.
Di zaman Tiongkok kuno, ada tiga jenis lampion yang utama, yakni lampion istana, lampion kain kasa, dan lampion gambar bayangan. Jenis yang paling banyak digunakan adalah lampion istana.
Pada lampion tersebut, elemen utamanya berbentuk pola naga dan phoenix yang dianggap mewakili status kerajaan atau masyarakat kelas atas. Naga dipandang sebagai simbol kaisar di Tiongkok kuno.
Mereka membawa makna kebijaksanaan, kemakmuran, kekuatan besar, dan kekuatan. Lampion yang dihiasi dengan pola naga hanya dapat digunakan di rumah-rumah keluarga kerajaan di Tiongkok kuno.
Sementara itu, ilustrasi gunung atau sungai yang biasanya ada pada lampion merah mengungkapkan makna keharmonisan dan keseimbangan antara alam, elemen, atau keluarga.
BACA JUGA: 15 Ucapan Imlek 2023 dalam Bahasa Mandarin, Bisa Dipakai untuk Kartu Ucapan!
3. Kapan lampion digunakan?
Jika dulu lampion digunakan sebagai penerang, maka sekarang mungkin tidak lagi dibutuhkan mengingat telah adanya sumber cahaya dari lampu.
Akan tetapi, lampion ini tetap dibuat serta digunakan oleh masyarakat Tionghoa pada acara-acara penting atau saat diadakannya festival. Biasanya, saat Tahun Baru Imlek, lampion merah akan menghiasi jalanan, entah itu di kota-kota besar ataupun di kota kecil.
Demikian sejarah, jenis, hingga waktu pemasangan lampion yang mesti kamu ketahui. Semoga bermanfaat.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
4 Hal yang Bikin Si Doi Ilfeel Banget sama Kamu, Yuk Hindari!
-
5 Ciri yang Menunjukkan Seseorang Memiliki Kepribadian Omega, Kamu Termasuk?
-
Pasangan Tidak Peka? Ini 4 Cara untuk Menghadapinya!
-
4 Gejala Batu Amandel, Salah Satunya Bau Mulut
-
5 Hal Penting tentang Ablutophobia, dari Definisi hingga Treatment
Artikel Terkait
-
Yuk Buat Suasana Imlek Jadi Meriah dengan 5 Hiasan Ini, Ada Maknanya Lho!
-
Hari Raya Imlek untuk Agama Apa? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
Tempat Wisata di Indonesia Untuk Merayakan Imlek, Bagus Untuk Berfoto
-
Simak Makanan Khas Imlek, Salad Yu Sheng yang Ternyata Banyak Manfaatnya
-
7 Ucapan Selamat Tahun Baru Imlek Dalam Bahasa Inggris
Ulasan
-
Curug Balong Endah, Pesona Air Terjun dengan Kolam Cantik di Bogor
-
Wonwoo SEVENTEEN Ungkap Pesan Cinta yang Tulus Lewat Lagu Solo 99,9%
-
First Impression Good Boy: Aksi Seru, Visual Keren, dan Cerita Bikin Nagih
-
Ulasan Don Quixote: Perjalanan Ksatria Gila dan Khayalannya
-
SHINee Ring Ding Dong: Anthem Ikonik K-Pop saat Cinta Datang Tak Diundang
Terkini
-
Rahasia Kulit Lembap dan Glowing, 4 Rekomendasi Masker Korea Berbahan Madu
-
10 Rekomendasi Drama China yang Memakai Kata "Legend" pada Judulnya
-
Doyoung Usung Tema Yakin dan Percaya di Highlight Medley Album Soar Part 3
-
Jackson Wang Ungkap Rasa Sakit Jalani Hubungan Toksik di Lagu Hate To Love
-
Mainan Anak dan Stereotip Gender: Antara Mobil-mobilan dan Boneka