Puisi adalah bentuk seni tulis yang mampu menggambarkan perasaan, pikiran, dan pengalaman manusia dengan kata-kata yang indah. Salah satu puisi yang menggugah hati dan memperlihatkan keindahan alam adalah "Mandalawangi Pangrango" karya Soe Hok Gie. Ia seorang aktivis Indonesia keturunan tionghoa yang turut andil dalam penurunan kekuasaan Orde Lama.
Selain tulisan-tulisannya yang begitu lantang mengkritik bobroknya rezim, Gie juga dikenal sebagai penulis terkenal pada era tahun 1960-an di Indonesia, memiliki kecintaan yang mendalam terhadap alam dan lingkungan. Dalam puisi "Mandalawangi Pangrango," ia berhasil menggambarkan keindahan lembah Mandalawangi di gunung Pangrango, gunung yang terletak di wilayah Jawa Barat, Indonesia. Melalui kata-kata puitisnya, Soe Hok Gie mampu mengekspresikan kekaguman dan keterikatan emosionalnya terhadap keajaiban alam.
Mandalawangi-Pangrango
Karya Soe Hok Gie
Senja ini, ketika matahari turun
Ke dalam jurang-jurangmu
Aku datang kembali
Ke dalam ribaanmu, dalam sepimu
Dan dalam dinginmu
Walaupun setiap orang berbicara
Tentang manfaat dan guna
Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
Dan aku terima kau dalam keberadaanmu
Seperti kau terima daku
Aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
Hutanmu adalah misteri segala
Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta
Malam itu ketika dingin dan kebisuan
Menyelimuti mandalawangi
Kau datang kembali
Dan bicara kepadaku tentang kehampaan semua
Hidup adalah soal keberanian,
Menghadapi yang tanda tanya
Tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar
Terimalah, dan hadapilah
Dan antara ransel-ransel kosong
Dan api unggun yang membara
Aku terima itu semua
Melampaui batas-batas hutanmu
Melampaui batas-batas jurangmu
Aku cinta padamu Pangrango
Karena aku cinta pada keberanian hidup
Puisi "Mandalawangi Pangrango" karya Soe Hok Gie adalah ungkapan cinta dan kekaguman yang mendalam terhadap keindahan alam dan keberanian hidup. Dalam puisi ini, Soe Hok Gie menggambarkan kedekatannya dengan gunung Pangrango dan pegunungan Mandalawangi, serta hubungan yang kuat antara manusia dan alam.
BACA JUGA: 6 Fakta Menarik Anjing Laut yang Miliki Kemampuan Adaptasi Luar Biasa!
Puisi ini dimulai dengan senja, ketika matahari turun ke dalam jurang-jurang gunung, menciptakan suasana yang penuh dengan kesunyian dan keromantisan. Dalam keheningan itu, Soe Hok Gie datang kembali ke gunung-gurun yang ia cintai, merasakan kehadiran alam dalam kesepian dan kedinginan yang menggigit. Ia melihat alam bukan hanya sebagai sumber manfaat materi, tetapi juga sebagai objek keindahan yang memancarkan cinta yang mendalam.
Pangrango, yang dijelaskan sebagai dingin dan sepi, menjadi objek cinta Soe Hok Gie. Sungai-sungainya dinyanyikan sebagai nyanyian keabadian tentang ketiadaan, dan hutan-hutannya adalah misteri yang tak terpecahkan. Dalam keheningan dan keindahan alam, cinta Soe Hok Gie dan cinta alam bersatu, menciptakan kebisuan yang meluas ke seluruh semesta.
Pada malam yang dingin dan sunyi, Mandalawangi hadir kembali. Dalam momen itu, Soe Hok Gie berdialog dengan alam tentang kehampaan dan makna hidup. Ia menyadari bahwa hidup adalah tentang keberanian untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab. Tanpa kemampuan untuk memahami atau menegosiasikannya, kita harus menerimanya dan menghadapinya dengan kepala tegak. Melampaui batas-batas hutan dan jurang, Soe Hok Gie menerima segala hal yang ada dan mengalami keberanian hidup yang sejati.
Pada akhir puisi, Soe Hok Gie menyatakan cintanya yang mendalam pada Pangrango. Cintanya bukan hanya karena keindahan fisik gunung tersebut, tetapi juga karena gunung tersebut melambangkan keberanian hidup yang ia yakini. Dalam keberanian menghadapi ketidakpastian hidup, Soe Hok Gie menemukan kedekatan dengan alam dan merasakan keberadaan yang sejati.
Puisi "Mandalawangi Pangrango" mengajak kita untuk melihat alam sebagai sumber keindahan, keheningan, dan keberanian hidup. Soe Hok Gie mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan menghargai alam sebagai bagian integral dari kehidupan kita. Puisi ini menjadi pengingat bahwa dalam keberanian kita untuk menghadapi tantangan hidup, alam selalu menjadi teman yang memberikan inspirasi dan ketenangan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Struktur Cinta Yang Pudar, Melawan Kenangan yang Perih
-
Ulasan Buku Susah Payah Mati di Malam Hari Susah Payah Hidup di Siang Hari, Tolak Romantisasi Hujan dan Senja
-
Ulasan Buku Menjala Kunang-Kunang, Rayakan Patah Hati Lewat Sebuah Puisi
-
Ulasan Buku Pencurian Terbesar Abad Ini, Puisi dengan Perspektif Tak Biasa
-
Trump Tunjuk Aktivis Anti-Vaksin Robert F. Kennedy Jr. Jadi Menteri Kesehatan!
Ulasan
-
Ulasan Buku Patah Paling Ikhlas, Kumpulan Quotes Menenangkan Saat Galau
-
Tetap Kuat Menjalani Hidup Bersama Buku Menangis Boleh tapi Jangan Menyerah
-
Ulasan Novel 'Tari Bumi', Kehidupan Perempuan Bali di Tengah Tekanan Kasta
-
Belajar Percaya Diri Melalui Buku The Power of Confidence Karya Palupi
-
Hakikat Kebebasan, Novelet Kenang-kenangan Mengejutkan Si Beruang Kutub
Terkini
-
Akui Man City Sedang Rapuh, Pep Guardiola Optimis Pertahankan Gelar Juara?
-
Laris Banget! Lagu 'Tak Segampang Itu' Tembus 500 Juta Streams di Spotify
-
Motor M1 Masih Bermasalah, Yamaha Minta Maaf ke Alex Rins
-
Berjaya sebagai Pembalap, Berapa Total Kekayaan Marc Marquez?
-
Sinopsis Film I Want To Talk, Film Terbaru Abhishek Bachchan dan Ahilya Bamroo