Melalui buku kumpulan esai Sastra, Sebuah Jalan Panjang ini, pembaca dapat mengetahui bahwa agar bisa menjadi manusia seutuhnya, seseorang dimatangkan melalui jalan memahami karakter orang lain sebanyak-banyaknya, selamanya, salah satu jalan adalah dengan membaca sastra.
Identitas Buku
Judul: Sastra, Sebuah Jalan Panjang
Penulis: Hasta Indriyana
Penerbit: Shira Media
Cetakan: I, 2022
Tebal: x + 170 halaman
ISBN: 978-602-7760-66-0
Ulasan Buku
Buku ini menjadi semacam esai gado-gado sebab di dalamnya membahas persoalan sastra, pendidikan, seni, kebudayaan dan politik. Mengenai politik, terdapat uraian yang menarik perhatian saya; Pemimpin atau Penguasa?
Esai dengan judul tersebut sangat layak untuk kita renungkan bersama, bahwa mereka yang sedang duduk di kursi gedung istana, adalah pemimpin ataukah penguasa?
Lebih lanjut, Hasta Indriyana mengutip dari beberapa sumber dan pendapat ahli tentang perbedaan antara pemimpin dan penguasa.
Pemimpin, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat (2008) berarti orang yang mengetuai atau mengepalai, yang menuntun, memandu. Dalam hal ini, pemimpin diberi amanah oleh sekumpulan orang untuk mengemudikan atas pertimbangan kecakapan dan sifat bijaknya.
Menurut ahli kepemimpinan, Chung dan Megginson, pemimpin selalu berusaha memenuhi kebutuhan dan perasaan masyarakat yang dipimpinnya (Wuradji, 2009). Setelah menjelaskan panjang lebar soal pengertian kepemimpinan, penulis juga mengutip sifat kebaikan yang seharusnya dimiliki oleh pemimpin sebagaimana dalam cerita pewayangan.
Dalam lakon Wahyu Makutharama disebutkan adanya konsep hasthabrata, delapan sifat kebaikan yang ideal harus dimiliki seorang pemimpin. Salah satu di antaranya adalah Surya (matahari). Sifat Brata pertama ini dimaksudkan bahwa pemimpin mesti menerangi, menjadi sumber energi, dan sangat dibutuhkan. Jadi, pemimpin tidak hanya membawa perubahan, tapi sekaligus pencerahan.
Sementara penguasa berarti kemampuan orang atau golongan untuk menguasai orang atau golongan lain berdasarkan kewibawaan, wewenang, kharisma, dan kekuatan fisik. Oleh karena sifatnya yang ingin menguasai terhadap pihak lain, penguasa tak ubahnya individu yang anasionalis.
Selanjutnya penulis menyitir pendapat beberapa tokoh terkait penguasa. Machiavelli dalam The Prince menulis bahwa tabiat penguasa itu suka berbohong dan merugikan. Biasanya berpenampilan menarik, sopan, intelektual dan alim. Penguasa akan menanggalkan pertimbangan moral, ia akan mati jika berbuat baik terus.
Penguasa harus pandai berpura-pura, harus terlihat seperti orang religius (Russel, 2002: 666). Kemudian, di akhir tulisan penulis dengan berani dan tak gentar menyatakan bahwa Indonesia dipenuhi penguasa. Nyaris segelintir pemimpin yang bisa dijadikan teladan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Vivo V60 Resmi Rilis, Andalkan Kamera Telefoto ZEISS dan Snapdragon 7 Gen 4
-
Review Buku Indonesia Merdeka, Akhir Agustus 2025 Benarkah Sudah Merdeka?
-
Samsung Segera Kenalkan Galaxy S25 FE, Dibekali Prosesor Exynos 2400 dan CPU 10 Core
-
Vivo X Fold 5 Resmi Masuk Indonesia, HP Lipat dengan Durabilitas Tinggi serta Engsel Kuat dari Baja
-
Menganalisis Ideologi Negara dalam Buku Ragam Tulisan Tentang Pancasila
Artikel Terkait
-
Makin Panas! PKB Peringatkan Menag Yaqut: Hati-hati Jaga Mulutnya!
-
Menag Yaqut Minta Warga Tak Pilih Pemimpin Mulut Manis-Wajah Ganteng, PKB: Buzzer, Provokator!
-
Foto Gibran Muncul di Angkot Kabupaten Bandung, Ada Tulisan 'Pemimpin Muda'
-
Dihadapan Ribuan Kader KOKAM, Presiden Jokowi: Jangan Pilih Pemimpin yang Ganti Visi
-
4 Tips Simpel Melatih Leadership Skills ke Anak, Biar Siap Jadi Pemimpin!
Ulasan
-
Ulasan Novel Mayday, Mayday: Berani untuk Berdiri Setelah Apa yang Terjadi
-
Review Film Red Sonja: Petualangan Savage yang Liar!
-
Review Film DollHouse: Ketika Boneka Jadi Simbol Trauma yang Kelam
-
Di Tengah Krisis Literasi, Kampung Ini Punya Perpustakaannya Sendiri
-
Ulasan Novel Mean Streak: Keberanian Memilih Jalan Hidup Sendiri
Terkini
-
Jago Matematika Disebut Pintar: Kenapa Angka Jadi Ukuran Cerdas di Indonesia?
-
Zita Anjani dan Gelombang Kritik: Antara Tanggung Jawab dan Gaya Hidup
-
Ghosting Bukan Selalu Soal Cinta: Saat Teman Jadi Avoidant
-
Demo Ojol Geruduk DPR di Tengah Hujan: Ini Tuntutan Pedas Mereka!
-
Belum Juga Jera, AFC Kembali Bikin Ulah Jelang Bergulirnya Ronde Keempat Babak Kualifikasi