Saya gak bisa berkata-kata selama dan setelah menamatkan novel "Di Tanah Lada". Buku fiksi bercover kuning karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie ini benar-benar membuat emosi saya teraduk.
Novel terbitan Gramedia Pustaka Utama tahun 2023 ini ditulis dengan POV 1 dari sudut pandang anak kecil perempuan berusia 6 tahun. Novelnya gak terlalu tebal, cuma 245 halaman.
Cerita ini dimulai dari Ava, anak yang baru berusia 6 tahun yang bingung dengan sikap orang tuanya. Keluarga yang gak utuh membuat Ava menjadi skeptis dengan sosok ayah. Dia selalu mikir kalau sosok ayah pasti jahat karena perlakuan kasar papa ke mamanya.
Sangking skeptisnya, Ava sampai meminta P, sahabat laki-lakinya untuk kelak tidak menjadi papa karena dia nggak mau teman bermainnya itu jadi orang jahat. Kondisi tidak menyenangkan ini pun membuat Ava terpaksa harus dewasa sebelum waktunya. Bagian ini membuat saya benar-benar sedih.
Selain berasal dari keluarga broken home, Ava juga selalu jadi sasaran kemarahan sang papa. Semua perlakuan yang gak pantas diterima anak kecil ini membuat pikiran lugu dan polosnya menjadi ragu dengan sosok papa. Mirisnya, dia tidak sendiri karena ada P, bocah laki-laki 10 tahun yang namanya cuma satu huruf, yang juga sama atau mungkin lebih sengsara dibanding Ava.
Persamaan nasib ini membuat kedua bocah ini menjadi dekat. Mereka saling mengerti dan memahami, lebih baik daripada orang-orang dewasa yang ada di sekeliling mereka.
Adegan demi adegan kedua bocah ini benar-benar mengoyak hati dan perasaan. Ditambah lagi akhir dari cerita ini yang mengejutkan dan di luar prediksi saya.
Menurut saya, penulis pandai memilih isu dan mengolahnya menjadi sesuatu yang dalam. Karena ditulis dari POV 1 anak korban orang tua yang tidak bertanggung jawab dan belum siap menjadi orang tua.
Terakhir, penulis menulis catatan di belakang buku yang tak kalah menyentuh bahwa setiap anak harus bahagia. Sehingga isu ini benar-benar dikemas dengan sangat baik.
Akhirnya saya bisa membaca salah satu karya penulis yang namanya unik ini. Setelah sekian lama penasaran akhirnya saya tahu mengapa buku-bukunya begitu digemari para pembaca Indonesia. Gak heran kalau dia menjadi pemenang kedua di Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2014.
Baca Juga
-
Doyoung NCT 'The Story': Ceria Hidup Layaknya Healing dan Pelukan Hangat
-
Lovelyz "November": Kamu sebagai Tujuan Hidup yang Tidak Pernah Berubah
-
Drama Korea Virtuous Business: Ibu Polos yang Dobrak Moral demi Ekonomi Keluarga
-
Jawaban Pertanyaan Hidup di Buku Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan
-
Key SHINee 'Golden': Warna-warni Masa Muda yang Relevan dengan Banyak Orang
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Al Ghazali karya Shohibul:Jejak Spiritual Sang Hujjatul Islam
-
Tren Childfree di Indonesia Melonjak, Sejauh Mana Negara Hadir?
-
Berani Menceritakan Kembali Hasil Bacaan dalam Buku Festival Buku Favorit
-
Ulasan Buku Apakah Aku yang Biasa-Biasa Ini Bisa Berbuat Hebat Karya Miftahuddin
-
Ulasan Novel Dari Arjuna untuk Bunda, Kisah Luka Seorang Anak
Ulasan
-
Ulasan Novel Dari Arjuna untuk Bunda, Kisah Luka Seorang Anak
-
Ulasan Buku Al Ghazali karya Shohibul:Jejak Spiritual Sang Hujjatul Islam
-
Berani Menceritakan Kembali Hasil Bacaan dalam Buku Festival Buku Favorit
-
Ulasan Buku Apakah Aku yang Biasa-Biasa Ini Bisa Berbuat Hebat Karya Miftahuddin
-
Bittersweet Marriage: Jodoh Jalur Hutang, 'Sampai Hutang Memisahkan Kita!'
Terkini
-
3 Cleanser Lokal Mengandung Chamomile, Cocok untuk Pemilik Kulit Sensitif
-
Usai Kualifikasi Piala Dunia, STY Langsung Dihadapkan Misi Juara AFF Cup?
-
Intip Keseruan Idola SM Entertainment di Teaser Program The Game Caterers 2
-
Erick Thohir Evaluasi Kinerja STY, Singgung Pemain Naturalisasi di Timnas
-
Regenerasi Terhambat: Dinasti Politik di Balik Layar Demokrasi