Buku "Cahaya di Tirai Sakura" oleh Riza Perdana Kusuma bercerita tentang perjalanan Riza yang diberi tugas untuk bekerja di Nagoya, Jepang.
Kehadirannya di Jepang membawa pengalaman baru dalam hidupnya, dengan bantuan dari Yuta Takashima, seorang staf yang bisa berbahasa Indonesia.
Di sana, Riza mengalami tantangan besar dalam menyesuaikan diri dengan budaya Jepang. Mulai dari aturan memberi salam dengan membungkuk yang memiliki tingkatan berbeda, hingga pentingnya tepat waktu yang dijunjung tinggi.
Bahkan hal sekecil datang terlalu cepat pun dianggap kurang sopan. Selain itu, kebiasaan melepas sepatu di rumah dan aspek-aspek lain dari kehidupan sehari-hari di Jepang juga menjadi bagian dari proses adaptasi Riza.
Selama bekerja di Jepang, Riza juga tidak menemui budaya santai seperti berbincang dengan rekan kerja saat jam kerja berlangsung.
Ketepatan waktu menjadi prinsip utama, bahkan ada yang mengambil cuti setengah hari jika terlambat datang ke kantor.
Hal-hal seperti aturan membagi oleh-oleh juga menjadi salah satu hal yang membuat Riza awalnya bingung.
Melalui pengalaman Riza, pembaca diajak untuk memahami budaya kerja di Jepang secara lebih dalam, termasuk hal-hal yang mungkin tidak diketahui oleh banyak orang, seperti praktik harakiri, etika menggunakan sumpit, dan mitos hantu di toilet.
Buku ini ditulis dengan gaya bahasa yang ringan dan mengalir, mirip dengan buku harian yang mengajak pembaca merasakan pengalaman Riza di Jepang.
Sebagai seorang muslim, Riza juga menghadapi tantangan dalam beradaptasi, terutama terkait dengan budaya minum-minum yang berbeda dengan prinsipnya.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Riza berhasil menemukan solusi dan berbagi pemahaman dengan rekan-rekannya, yang pada akhirnya menerima perbedaan tersebut.
Buku ini tidak hanya menghibur, namun juga memberi wawasan mendalam tentang budaya Jepang, serta memerikan inspirasi bagi pembaca.
Buku ini juga menampilkan perbandingan dan perbedaan antara budaya Jepang dan budaya Jawa, yang menambah daya tarik dari buku ini.
Secara keseluruhan, buku ini menginspirasi, menghibur, dan memberikan wawasan baru tentang Jepang, serta memberikan tips bermanfaat bagi mereka yang ingin mengunjungi atau bekerja di negara Jepang.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Memaknai Filosofi Futsal dalam Pembentukan Karakter Manusia
-
Menyusuri Struktur Futsal dan Ikatan Sosial Lewat Kacamata Sosiologi
-
Manis Tapi Menyakitkan, Kupas Tuntas Perihnya Lagu 'Tampar' Juicy Luicy
-
XG Lepaskan Suara Hati yang Kuat dan Bebas lewat Lagu Bertajuk Howling
-
Gen Z Geser Prioritas Hidup: Menikah Muda Bukan Tujuan Utama Lagi
Artikel Terkait
-
Boyong Keluarga dan Tim RANS ke Jepang, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Sewa Puluhan Vila
-
Fahri Hamzah Pamer Buku Putih Karyanya, Malah Diadu Buku Merah SBY soal Cawe-cawe Jokowi
-
Sebelum Justin Hubner, Begini Karier 4 Pemain Indonesia yang Mentas di Liga Jepang
-
Beda Gaji Justin Hubner vs Pratama Arhan yang Sempat Main di Liga Jepang
-
Detik-detik Roket Startup Jepang Meledak 5 Detik Setelah Diluncurkan
Ulasan
-
Ulasan Film Night Always Comes: Perjuangan Sengit di Malam yang Kelam
-
Ulasan Film The Sun Gazer: Drama Romansa yang Menyayat Hati
-
Review Film Labinak: Praktik Sekte Kanibalisme dalam Keluarga Bhairawa
-
Horor Kanibalisme dalam Film Labinak yang Memunculkan Sumanto
-
Ulasan Novel 0 KM (Nol Kilometer): Simbolis Pertemuan dan Perpisahan
Terkini
-
Mulai dari Kita: Mengelola Sampah Rumah Tangga Demi Bumi Lestari
-
Rp100 Juta Per Bulan Hanya untuk Joget? Momen yang Mengubur Kredibilitas DPR
-
Electric Heart oleh 8TURN: Emosi Cinta yang Meledak Seperti Aliran Listrik
-
Ingin Bebas Balapan, Jorge Martin Tak Pasang Target untuk GP Hungaria 2025
-
Megawati Ganti Bambang Pacul dengan FX Rudy, Ini Perbandingan Latar Belakang Keduanya